Perdana Menteri Myanmar dan Ketua Dewan Administrasi Negara Min Aung Hlaing menghadiri pertemuan dengan Direktur Jenderal Roscosmos Dmitry Rogozin di Moskow, Rusia, 12 Juli 2022. (Reuters/Roscosmos)
Analisadaily.com, Yangon - Kepala junta Myanmar, Min Aung Hlaing, akan memperpanjang keadaan darurat di negara itu selama enam bulan lagi. Dikabarkan di media pemerintah pada Senin (1/8), dewan keamanan dan pertahanan nasional junta telah memberikan persetujuannya.
Junta pertama kali mengumumkan keadaan darurat setelah merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dalam kudeta pada Februari tahun lalu.
"Anggota (dewan keamanan) dengan suara bulat mendukung proposal untuk memperpanjang periode keadaan darurat selama enam bulan lagi," lapor Global New Light of Myanmar dilansir dari Reuters dan Channel News Asia.
"Di negara kita, kita harus terus memperkuat 'sistem demokrasi multi-partai yang asli dan disiplin' yang merupakan keinginan rakyat," kata surat kabar itu mengutip Min Aung Hlaing.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta, dengan konflik menyebar ke seluruh negara Asia Tenggara setelah tentara menghancurkan sebagian besar protes damai di kota-kota.
Junta mengatakan telah mengambil alih kekuasaan karena kecurangan pemungutan suara dalam pemilihan umum November 2020 yang dimenangkan dengan mudah oleh partai pemenang Nobel Aung San Suu Kyi. Kelompok pemantau pemilu tidak menemukan bukti kecurangan massal.
Militer telah berjanji untuk mengadakan pemilihan baru pada Agustus 2023 meskipun jadwal telah tergelincir dan lawan tidak percaya pemilihan yang direncanakan akan bebas dan adil.(CSP)