Pengamat: Jika Harga BBM Naik, Bansos Harus Lancar Guna Tekan Ongkos Sosial

Pengamat: Jika Harga BBM Naik, Bansos Harus Lancar Guna Tekan Ongkos Sosial
Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Pemerintah belakangan ini memang terus menekankan bahwa APBN masih tetap dijaga dengan tidak menaikkan harga BBM. Hanya saja ketahanan APBN dalam menopang subsidi ini yang dipertanyakan. Sementara di sisi lain, stok atau alokasi BBM bersubsidi kerap disuarakan sudah mendekati batas alokasi, sehingga penyesuaian harga sangat dibutuhkan.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin mengatakan, rencana kenaikan harga BBM ini tentunya tidak akan menjadi kabar baik bagi masyarakat. Dan dampak besar kenaikan harga BBM keekonomi adalah adanya tekanan pada laju pertumbuhan ekonomi nasional, dan laju tekanan inflasi yang mengalami kenaikan.

“Dan di saat ini laju pertumbuhan ekonomi kita kian tergerus dengan laju tekanan infasi yang terus mengalami peningkatan,” kata Gunawan, Minggu (21/8).

Dengan rencana kenaikan harga BBM tersebut, Gunawan menilai bahwa harga laju tekanan inflasi di Sumut naik ke atas. Kalau sebelumnya jika tanpa rencana kenaikan harga BBM dan tarif listrik Gunawan menilai inflasi akan bergerak maksimal 4.9%, namun saat ini mengubah ekspektasi bahwa inflasi akan bergerak dalam rentang 5.7% hingga 6.4% hingga tutup tahun 2022.

“Meskipun hal tersebut sangat bergantung dengan berapa besar kenaikan harga BBM nantinya. Dan apakah hanya pertalite saja atau justru solar juga? Inikan belum terjawab sampai detik ini,” sebutnya.

“Dan saya juga menilai bahwa pernyataan sejumlah pejabat belakangan ini belum ada yang secara pasti menyebut bahwa harga BBM subsidi akan dinaikkan. Semuanya hanya beberapa kemungkinan saja,” sambungnya.

Walaupun secara pribadi Gunawan menilai kemungkinan harga BBM itu naik di saat situasi seperti sekarang ini sangat memungkinkan. Nah jika BBM benar-benar mengalami kenaikan, maka yang paling rentan terpukul adalah masyarakat menengah ke bawah.

“Lompatan angka pengangguran dan kemiskinan akan terjadi, inflasi akan membuat banyak masyarakat yang jatuh dalam jurang kemiskinan. Angkanya bisa naik cukup tinggi pada bulan maret 2022 mendatang,” ucapnya.

Karena kalau dinaikan di akhir Agustus 2022, pada September 2022 belum akan memberikan dampak besar yang terlihat terhadap penambahan jumlah angka kemiskinan. Tetapi kalau diakumulasikan hingga ke Maret 2023 angkanya baru akan terasa, namun Gunawan masih yakin presentase tingkat kemiskinannya akan di bawah 10% di Sumut.

“Pemerintah harus mampu menekan ongkos sosial yang ditimbulkan dari kenaikan harga BBM tersebut,” tegasnya.

Nah, lanjutnya, di saat kondisi seperti itu terjadi, ia menilai bantuan sosial akan menjadi cara pemerintah meredam kenaikan angka kemiskinan. Menurutnya, jurus ini masih akan digunakan guna menjaga daya beli masyarakat setelah kenaikan harga BBM nantinya.

Tetapi, yang patut disayangkan adalah kenaikan harga BBM ini bukan dikarenakan terjadinya pemulihan ekonomi dunia atau nasional. Ada dampak perang yang memicu terjadinya kenaikan harga minyak dunia.

“Yang bermuara pada tidak terjadinya penambahan pendapatan di masing masing rumah tangga, namun yang terjadi justru kebutuhan hidup mengalami kenaikan,” tandasnya.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi