Analisadaily, Medan - Hari itu, Rabu 9 November 2022. Matahari serasa enggan memperlihatkan teriknya, karena semalaman wilayah Kota Medan diguyur hujan lebat. Sayup-sayup dari kejauhan terlihat pria paruh baya, menyeka keringat di dahi nya. Syahrizal, Bulan Juli silam genap bekerja 8 tahun di PT Elnusa Petrofin, anak perusahaan PT. Pertamina yang fokus pada jasa Awak Mobil Tangki (AMT). Enggan melepas lelah sepulang mengantarkan BBM ke SPBU, Syahrizal setibanya di Depo Terminal BBM langsung melakukan pengecekan rutin kendaraan, sebelum kendaraannya kembali dipanggil operator untuk dimuat kembali muatan BBM nya.
"Alhamdulillah hari ini saya sudah mengantarkan dua trip perjalanan BBM ke SPBU yang ada di Kota Medan saja, ini mungkin selanjutnya agak jauh sedikit di pinggiran kota," ucap Syahrizal sembari memeriksa kendaraannya saat ditemui analisadaily.com
Pjs Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Agustiawan mengatakan hingga November 2022 pihaknya sudah mempekerjakan sekitar 645 sopir AMT 1 dan 2, namun dalam sehari idealnya hanya 420 AMT yang bertugas karena sistem kerja shifting. Dalam seharinya mereka mampu membawa hingga 5 juta liter BBM berbagai jenis seperti dexlite, pertalite, pertadex, pertamax, dan lain-lain.
"Dalam sehari, para AMT ini mampu membawa hingga 5 juta liter total BBM yang nantinya akan diantar ke 292 SPBU yang ada di seluruh Sumut, dan sebagian Aceh. karena jaraknya mereka ini jauh-jauh, semua harus di cek mulai dari kelaikan kendaraan, stamina AMT garus dipastikan oke agar BBM sampai dengan selamat hingga ke SPBU," katanya.
Dikatakan Agustiawan lebih lanjut, dalam perjalanannya para AMT juga dioantau dengan GPS yang terhubung langsung ke ruang kontrol, para AMT diharuskan membawa kendaraan dengan kecepatan 30 hingga 60 km/jam.
"Disini para AMT bekerja 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu dengan metode shifting (bergantian), gunanya agar kita mengantisipasi kekosongan di SPBU, agar masyarakat juga tidak mengalami kelangkaan BBM, dan para sopir juga tidak boleh membawa kendaraan dengan kecepatan diatas 60km/jam," katanya.
Salim Berutu, salah satu AMT yang sudah bekerja 14 tahun juga mengisahkan bagaiman suka duka bergabung dan menjadi tonggak utama penyalur BBM Pertamina. Salim yang dulu nya sopir truk merasa bersyukur sudah bisa menjadi baguan dari Pertamina
"Saya dari 2009 sudah gabung, dukunya sopir truk bawa jeruk dari Karo ke Jawa, dan kini merasa bersyukur keluarga tidak perlu lama-lama ditinggal, anak-anak juga bisa saya kuliahkan di perguruan tinggi, dan Alhamdulillah saya sudah oernah diberangkatkan umrah ke tanah suci, kalau duka nya ya jika ditugaskan mengantar BBM ke wilayah Blangkejeren Aceh, itu butuh waktu lama, dan kita melewati Tanjakan Gurah di Ketambe, medan nya curam dan harus hati-hati agar BBM kita pastikan sampai dengan selamat ke SPBU,' kata Salim.
Salim, Syahrizal dan 643 AMT lainnya kini terus berjuang membuktikan bahwa mereka layak disebut pahlawan. Pahlawan Pertamina sebagai ujung tombak penyalur BBM hingga pelosok negeri.