SEMINAR virtual "Arsitektur Rumah Batak" yang diikuti srkitar 700 peserta yang diselenggarakan Kenari Djaja dan Majalah Asrinesia bersama Bidang Pengkajian dan Pelestarian Arsitektur IAI Sumut. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Keunikan arsitektur tradisional memiliki nilai budaya yang dikagumi masyarakat dan wisatawan mancanegara, karena tampil dalam balutan seni bangunan dan filosofi adat lokal yang mengagumkan, seperti ciri khas pada bangunan di Sumatera Utara (Sumut).
Bentuk Rumah Batak yang banyak diketahui dari bentuk atap dan ukiran seninya membuktikan kehidupan masyarakat Batak telah lama dalam mengenal arsitektur sebagai hunian dan kelengkapan ritualnya.
"Penggunaan material kayu dan bambu yang menjadi karakter bangunannya, memberi nilai pada peninggalan tradisional rumah-rumah adat di bumi nusantara. Diharapkan suatu saat ada bangunan rumah Batak modern yang dikembangkan dengan tetap menghargai keluhuran nilai filosofi dan tradisi Batak," ucap Direktur PT Kenari Djaja Prima, Hendry Sjarifudin, dalam siaran pers, Kamis (17/11).
Arsitektur khas Rumah Batak menarik perhatian Kenari Djaja dan Majalah Asrinesia bersama Bidang Pengkajian dan Pelestarian Arsitektur Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Sumut yang kemudian membahasnya dalam seminar virtual arsitektur.
Seminar ini bisa disaksikan melalui aplikasi zoom dan di channel youtube Kenari Djaja dengan jumlah peserta mencapai lebih 700 partisipan yang dihadiri Co Founder dan Chief Executive Officer (CEO) PT Kenari Djaja Prima, Hendra B Sjarifudin.
Latar belakang dan sejarah rumah adat Batak di seluruh pelosok Sumut, pada umumnya hampir sama seperti penelusuran Baja Panggabean ST, bersama Seniman Jesral Tambun, sebagai pegiat yang mendalami arsitektur dan seni budaya khas Batak Toba.
Seni tradisional dan adat Batak pada bangunan yang dilestarikan memperlihatkan tingginya nilai peradaban budaya masyarakat Batak, sebagai potensi yang membanggakan di Sumut.
BANGUNAN "Rumah Batak" dinilai memiliki keunikan arsitektur tradisional dan mengandung nilai seni serta filosofi adat lokal yang mengagumkan.
Keindahan arsitektur bangunan tropis di "Tanah Batak" ini juga dibuktikan dari penelusuran yang lebih detail oleh arsitek Franky Simanjuntak IAI, pegiat Arsitektur Vernakular Indonesia (AVI).
Rumah Batak Pakpak yang masih tersisa keindahannya, dikaji untuk dapat dibangun kembali dari kepunahannya dalam upaya pelestarian agar bermanfaat dalam fungsi yang baru, dan menapaki jejak arsitektur Nusantara di Sumut.
Cerita tentang keindahan, keluhuran dan potensi arsitektur Nusantara yang bisa menjadi daya tarik pariwisata Indonesia, disampaikan arsitek senior, Yori Antar IAI, yang telah lama menelusuri peninggalan budaya nenek moyang kita.
Pengalamannya berkeliling pelosok di Indonesia maupun luar negeri, memberi informasi yang inspiratif tentang merawat situs sejarah seperti peninggalan arsitektur tradisional di tanah Batak ini.
"Rumah Batak banyak memiliki ragam seni dan budaya yang menarik, sehingga kekhasannya membuat sangat dirindukan oleh mereka yang sedang berada jauh dari Sumut," paparnya.
Kekayaan arsitektur Rumah Batak dibahas dalam seminar arsitektur dipimpin Peranita Sagala IAI, dosen arsitektur Universitas Panca Budi, Medan, yang memandu dialog dengan kalangan profesional, mahasiswa arsitektur dan interior, serta pemerhati arsitektur.
Pada seminar "Arsitektur Rumah Batak" mengungkapkan tentang karakter arsitektur khas Sumut sebagai potensi yang memberi rasa bangga kepada bangsa Indonesia.
Seminar ini juga membuktikan bahwa rumah tradisional Batak masih mampu memberi inspirasi dan semangat peradaban pada perkembangan arsitektur di Nusantara. Maka bagi Arsitek anggota IAI yang mengikuti seminar ini diberi sertifikat serta nilai KUM profesi sesuai ketentuan.
(GAS/RZD)