Amerika Serikat Perluas Kemitraan dan Dukung Program Lawan Misinformasi

Amerika Serikat Perluas Kemitraan dan Dukung Program Lawan Misinformasi
Atase Kebudayaan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta, Emily Norris. (Analisadaily/Cristison Sondang Pane)

Analisadaily.com, Medan - Indonesia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia tentu menjadi mitra yang sangat penting bagi negara mana saja, termasuk Amerika Serikat. Dua negara ini telah lama bermitra dalam banyak bidang dan bekerja sama menangani berbagai isu, seperti perekonomian, pendidikan, keamanan, kesehatan, dan menjaga lingkungan hidup.

“Itu adalah tujuan sebagai mitra. Kami ingin perkuat koneksi, pekerjaan di Medan karena kota ini mencakup seluruh Sumatera. Misalnya, kami sudah punya kantor EducationUSA di Badan Aceh. Kemudian meluaskan Konsulat dengan posisi baru di bagian hubungan masyarakat. Supaya hubungan Amerika dengan rakyat, sekolah atau pun universitas di Sumatera bisa berjalan dan kuat,” kata Emily Norris, Atase Kebudayaan dari Kedutaan Besar AS Jakarta di Medan, Rabu (30/11) kemarin.

“Jadi bukan hanya Jakarta, Medan adalah kota penting, dan ada banyak energi ekonomi di tempat ini. Sehingga banyak kesempatan untuk meluaskan kemitraan dengan Indonesia, khususnya di Kota Medan dan begitu juga dengan keragaman budayanya,” sambung Norris yang baru pertama kali berkunjung ke Kota Medan.

Lebih dalam dia menjelaskan mengenai program di bidang pendidikan, ada beberapa program yang mereka punya, seperti Program Fulbright atau pertukaran akademik, EducationUSA. Kata dia, apabila ada masyarakat yang datang dari bidang apa saja ingin melanjutkan studi ke Amerika atau ikut program pertukaran, bisa langsung ke Konsulat Medan. Di sana akan mendapat informasi dan bisa mendaftarkan diri.

“Kami pun berharap Universitas yang ada di Sumatera dengan Amerika dapat berkoneksi, jadi mitra langsung pertukaran pelajar, melakukan riset dan teknologi,” ucapnya.

Sudah banyak kerjasama dengan program berbeda, seperti reservasi sejarah, program ini dijalankan di beberapa negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk mendukung dan melindungi peninggalan bersejarah.

Sejak tahun 2001, sembilan proyek di Indonesia telah didanai, antara lain pelatihan preservasi manuskrip keraton Surakarta dan Yogyakarta (2001), pemugaran karya seni kaca arsitektur di Institut Teknologi Bandung (2006), konservasi status megalitik di Sulawesi Tengah (2010), dan pemugaran bangunan cagar budaya Tjong A Fie Mansion di Medan, Sumatera Utara (2014).

“Selain itu, kami melakukan program dengan Pusaka Rasa Nusantara untuk melindungi dan melestarikan warisan tradisi masakan Indonesia. Pemerintah Amerika juga sudah pergi ke berbagai tempat di daerah indonesia untuk mencari informasi masakan tradisional. Masakan tradisional lebih sustainable, ramah lingkungan dan kami tidak ingin warisan itu hilang. Kami mau mendukung keragaman itu,” papar Norris.

Lawan Misinformasi

Fokus Pemerintahan Amerika Serikat tidak hanya terletak pada bidang-bidang di atas tetapi juga sangat memberikan perhatian terhadap fenomena misinformasi dan disinformasi yang kini melanda banyak negara di dunia. Menurut Norris, itu sesuatu yang paling buruk untuk pemerintah di seluruh dunia, bukan soal di Indonesia, namun juga Amerika.

“Apalagi, kami itu kan negara demokrasi, jadi soal kebebasan pers dan kebebasan orang mendapat informasi, sangat penting. Nah, kalau informasinya salah, bagaimana kami dapat mendukung sistem demokrasi, seperti halnya dalam pemilu. Jadi kami dari pemerintah US mau mendukung program melawan misinformasi dan disinformasi di Indonesia,” ucap Norris.

Program melawan misinformasi dan disinformasi memang ini tidak hanya di Indonesia, tapi juga menyeluruh di negara-negara Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN),, program resmi baru dimulai bulan September 2022. Itu kerja sama dengan pemerintah US, Google dan The Asia Foundation.

“Saya pikir akan mulai di Indonesia dan Vietnam. Langkah ini penting untuk memberikan informasi yang benar kepada masyarakat. Sehingga, masyarakat bisa melihat atau mengidentifikasi mana yang benar dan salah. Literasi di masyarakat juga harus dilakukan agar mereka tidak hanya menerima informasi begitu saja,” tambah Norris.

Misinformasi merupakan informasi yang keliru, tetapi orang yang menyebarkannya percaya itu benar. Menurut The Debunking Handbook (2020), misinformasi disebarkan karena kesalahan atau tanpa maksud untuk menyesatkan.

Disinformasi merupakan informasi yang keliru, dan orang yang menyebarkannya tahu bahwa itu salah, tetapi tetap menyebarkannya. Buku Journalism, ‘Fake News’ & Disinformation (2018) terbitan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), menyebutkan disinformasi adalah kebohongan yang disengaja dan secara aktif diinformasikan oleh aktor jahat.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi