Aksata Pangan menginisiasi Food Bank Talk dengan tema 'Fighting food insecurity and tackling surplus unsold bread in Medan'. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Aksata Pangan mencoba untuk berkontribusi dalam menyelesaikan isu kerawanan pangan (food insecurity) dan juga kemubaziran serta susut pangan (food loss and waste).
Di mana, Yayasan Aksata Pangan Indonesia adalah organisasi yang bergerak sebagai Food Bank atau Bank Makanan yang mengumpulkan, menyimpan, dan mendistribusikan makanan berlebih dari berbagai sumber dan membagikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
CEO Aksata Pangan, Siti Suci Larasati mengatakan Aksata Pangan telah resmi menjadi anggota global bersertifikat dari Global Foodbanking Network (GFN) di Chicago, Amerika Serikat. GFN bekerja untuk mendukung Food Bank di lebih dari lima puluh negara dan telah membantu bank makanan di sepuluh negara lainnya melalui pendanaan, pelatihan, dan pembelajaran.
"Selain itu Aksata Pangan juga tergabung dalam Gotong Royong Atasi Susut & Limbah Pangan (GRASP) 2030 sebagai komitmen kerjasama secara sukarela untuk mengatasi Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia sebagai Associates Signatories," katanya usai acara Food Bank Talk di Medan, Senin (6/12).
Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh U.S Consul for Sumatera, Gordon S. Church, Board of Director Aksata Pangan, Zaid Perdana Nasution dan perwakilan dari Pemerintah Kota (Pemko) Medan.
Tahun 2022, Aksata Pangan merupakan salah satu penerima grants dari Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Seeds for the Future yang di sponsori oleh The U.S. Department States, U.S. Mission to ASEAN, dan Cultural Vistas.
Hampir 5 tahun beroperasi, Aksata Pangan sudah bekerja sama dengan perusahaan makanan seperti Nestle Indonesia, Nutrifood, Sunpride, distributor, retail, hotel, katering dan F&B dalam menyelamatkan surplus produk. Menyalurkan makanan secara rutin ke puluhan ribu masyarakat di 16 kecamatan Kota Medan dan juga melalui 24 mitra garda terdepan biasa disebut Frontline Organization (FLO) yang terdiri dari panti asuhan, yayasan dan komunitas.
Untuk pengembangan operasi Food Bank, Aksata Pangan menginisiasi Food Bank Talk dengan tema 'Fighting food insecurity and tackling surplus unsold bread in Medan'.
"Tujuannya adalah untuk membantu menginformasikan jumlah makanan berlebih yang dihasilkan dari toko roti, perhotelan, pesta pernikahan dan lainnya di Kota Medan di 11 bulan terakhir dalam program Food Heroes," ucap Larasati.
Selain itu, kata Larasati acara ini bertujuan untuk mendorong kesadaran terhadap pemahaman isu Food Loss and Waste (FLW), peningkatan kerja sama dengan donatur dan penerima manfaat, serta sebagai tolak ukur penilaian yang berkembang atas kinerja Food Bank dari waktu ke waktu dengan dibantu oleh publikasi rekan-rekan media.
"Target kita, awalnya tiga toko roti sekarang jadi lima toko roti dan target kita dari 16 menjadi 25 apa yang kita kerjakan," tuturnya.
U.S Consul for Sumatera, Gordon S. Church menjelaskan bahwa dirinya sangat mendukung pekerjaan baik yang sedang berlangsung di Medan seperti melalui Aksata Pangan untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Organisasi ini dimulai sebagai upaya sukarela beberapa tahun yang lalu. Melalui kerja keras Laras dan dukungan dari masyarakat mulai dari penasihat di Medan seperti Dr Muhammad Idris dan Dr Zaid Nasution, hingga donor dan relawan lokal Organisasi ini mendapatkan sertifikasi dari Global Food-banking Network (GFN) di Chicago. Dan kami berharap mereka berhasil dalam penilaian mereka minggu depan," jelasnya.
Amerika Serikat melalui Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Grant Seeds for the Future memberi Aksata Pangan lebih dari Rp 200 juta untuk meningkatkan upaya mereka. Dan Anda telah melakukan hal-hal luar biasa.
"Tahun lalu, saya diberitahu bahwa Aksata Pangan mengantarkan 50 ton sembako kepada lebih dari 21 ribu orang di Medan, seperti anak yatim piatu dan kaum miskin kota. Upaya kemanusiaan ini juga mengurangi emisi gas rumah kaca dari potensi limbah makanan hingga lebih dari 68 ton," terang Gordon.
"Relawan Aksata Pangan disebut 'pahlawan makanan' dan saya sangat setuju," sambungnya.
Lebih dari 50 relawan, termasuk mahasiswa dari enam universitas berbeda di Medan ikut berpartisipasi. Kata Gordon memasuki musim liburan Tahun Baru, dirinya memuji Aksata Pangan atas pekerjaan mereka dan menyampaikan terima kasih yang tulus kepada para donatur, relawan, penasehat, dan penyelenggara yang bersama-sama memungkinkan pekerjaan penting ini.
"Di Tahun Baru mendatang, baik melalui Aksata Pangan atau organisasi lain, marilah kita masing-masing mencari cara untuk berkontribusi, seperti dengan menyumbangkan waktu, makanan, atau uang untuk membantu mereka yang membutuhkan," katanya.
Sementara itu, Board of Director Aksata Pangan, Zaid Perdana Nasution menambahkan bahwa kelompok ini anak-anak muda yang harus didukung karena membantu masyarakat.
"Kami mengimbau berbagai pihak karena ini salah satu cara untuk kita bisa menyelesaikan masalah lingkungan. Kami minta berbagai pihak mendukung kegiatan kita," tambahnya.
(JW/CSP)