FestiFund 2022 Sukses Edukasi Ribuan Investor Reksa Dana (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Jakarta - Indo Premier Sekuritas sukses menyelenggarakan FestiFund 2022 dengan puncak acaranya Super Fun(d) Series yang digelar secara offline di Lotte Shopping Avenue Kuningan Jakarta Selatan, Sabtu (10/12).
Acara edukasi yang lebih mendalam dan komprehensif ini dilakukan secara eksklusif pada ratusan peserta, setelah sebelumnya sukses mengedukasi ribuan peserta di Fun(d) Series secara online pada 3 Desember 2022.
Direktur Indo Premier Sekuritas, Soehianto menegaskan sebagai salah satu perusahaan sekuritas dengan nilai transaksi tertinggi yang solid secara finansial, Indo Premier mengutamakan transparansi untuk meningkatkan kepercayaan nasabah. Indo Premier juga berkomitmen untuk terus meningkatkan literasi dan inklusi pasar modal di Indonesia, khususnya investasi reksa dana.
Saat ini Indo Premier Sekuritas sebagai perusahaan sekuritas asli karya anak bangsa telah dipercaya lebih dari 1 juta nasabah untuk menemani perjalanan investasinya dan melalui platform reksa dana IPOTFund dijajakan 280 produk reksa dana terbaik dari 40 Manajer Investasi yang terdiri dari 50 Reksa Dana Pasar Uang, 59 Reksa Dana Pendapatan Tetap, 45 Reksa Dana Campuran dan 126 Reksa Dana Saham dan ETF.
Indo Premier juga aktif dalam berbagai edukasi mulai dari konten edukasi di media sosial, kegiatan edukasi gratis yang rutin diselenggarakan hampir setiap hari hingga kegiatan edukasi spesial seperti FestiFund 2022 ini.
“Semoga kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman para peserta tentang investasi reksa dana yang lebih mendalam dan semakin meyakinkan untuk memulai investasi reksa dana melalui IPOTFund,” sebutnya.
Super Fun(d) Series sendiri menghadirkan narasumber ternama tanah air. Mereka adalah Financial Coach dan Financial Advisor Philip Mulyana dan Growth Consultant & Content Creator Jonathan End yang mengulas topik "Set Your Financial Goals & Study Case", Praktisi dan Inspirator Investasi No 1 di Indonesia Ryan Filbert dengan topik "Asset Allocation" dan Personal Finance Enthusiast Dani Rachmat yang membawakan topik "Cara Pilih dan Analisis Reksa Dana".
Philip Mulyana menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan kalau mau bikin financial goals yakni prinsipnya sama seperti personal finance in general yang sangat personal karena satu orang berbeda dengan orang lain.
"Salah satu cara paling mudah untuk membuat financial goals adalah dengan SMART Goals: Specific (S) artinya goals yang spesifik dan jangan cuma abstrak, contohnya ingin traveling ke Jepang selama 2 minggu PP naik business class," terangnya.
Selanjutnya Measurable (M) dengan contoh ingin traveling ke Jepang selama 2 minggu PP naik business class tadi butuh 100 juta, Achieable (A) yakni tiap bulan bisa nabung atau invest 2.5jt, yang berarti paling cepet bisa achieve sekitar 40 bulan, Relatable (R) yakni kesesuaian dengan life value? Kalau ternyata ingin traveling karena influencer favorit kamu sering ke Jepang, sebaiknya perlu di re-evaluasi lagi.
Tapi kalau dengan traveling itu memang bisa menemukan kebahagiaan tersendiri dan itu ada life value-nya berarti itu relatable, dan terakhir Timebound (T) itu konteksnya a goal without deadline is a wish. So, untuk traveling ke Jepang ini, kasih kelonggaran 5 tahun dari sekarang goal ini harus achieve.
Senada diungkapkan Jonathan End saat berbagi pengalaman dalam mencapai financial goal. Ia lantas mengimbau investor untuk tetap optimis mencapai tujuan finansial dengan reksa dana pada 2023 mendatang secara konsisten.
“Mencapai tujuan finansial itu ibarat menyiapkan diri untuk lari marathon: perlu konsistensi. Diprioritaskan dan disiapkan secara rutin, sehingga walaupun sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit,” bebernya.
Sementara itu, Ryan Filbert menegaskan bahwa investasi secara berkala pada instrumen apapun memberikan hasil lebih optimal daripada hanya sekali. "Membeli berkala adalah jalan terbaik dengan effort terkecil. Tapi bila mau menambah ketika diskon besar maka boleh-boleh saja dilakukan."
Apalagi bagi awam, sarannya, semakin awam maka semakin seringlah membeli. Selanjutnya bagi yang memiliki pengetahuan maka ketika terjadi penurunan, justru bisa semakin banyak membeli, kendati harus dipahami kalau mereka yang punya pengetahuan belum tentu punya mental.
Ia pun meyakinkan bahwa untuk jangka panjang, investasi pada instrumen risiko tinggi sebenarnya cenderung memberikan hasil positif. Namun untuk memastikan kinerja positif ini, ia pun menganjurkan investor untuk melakukan monitoring setahun sekali.
"Bila kinerjanya tertinggal maka beri kesempatan 1 tahun lagi. Jika tetap tertinggal maka sebaiknya 'ganti supir'. Selain itu, semisal target reksa dana 5 tahun, tapi telah terpenuhi di tahun ketiga maka sebaiknya tarik dananya dan pindahkan ke deposito atau pasar uang," tegasnya.
Pada sisi yang lebih praktis dalam menganalisis dan memilih reksa dana terbaik untuk mencapai tujuan keuangan, Dani Rahmat menganjurkan investor memerhatikan pilihan platform investasi, timeline dan horizon investasi, profil risiko, kepastian availability, informasi dan reputasi reksa dananya, strategi investasi, fitur pembanding, AUM reksa dana dan biaya-biayanya.
"Platform investasi yang dipilih harus memiliki reputasi bagus, terdaftar dan diawasi oleh otoritas keuangan, memiliki beberapa pilihan investasi dan memudahkan reinvestasi," terangnya.
Begitu juga dalam memilih Manajer Investasi (MI), imbuhnya, pilihlah MI yang terpercaya dan bereputasi bagus, lihat berapa banyak dana kelolaan sebuah reksa dana, cari tahu apa saja isi portfolio reksa dari fund fact sheet reksa dananya dan cari tahu ada tidaknya berita historis reksa dana mengalami gagal bayar ketika dicairkan.
Selanjutnya dalam memilih reksa dana yang terbaik, investor sebaiknya memanfaatkan fitur pembanding dan evaluator seperti yang ada di IPOTFund milik Indo Premier Sekuritas, kemudian pilih berdasarkan kinerja NAV 1 tahun terakhir, cermati bagaimana sharpe ratio-nya atau rasio imbal hasil dibandingkan dengan fluktuasi NAVnya dimana semakin besar berarti semakin bagus dan memahami risikonya berdasarkan drawdown ratio.
"Terkait biaya-biaya, investor sebaiknya paham kalau biaya Manajer Investasi dan Bank Kustodian reksa dana sudah termasuk dalam hitungan kenaikan NAB, namun biaya jual beli dan termasuk transfer antar bank harus dipertimbangkan. Untuk biaya yang lebih murah, investor bisa berinvestasi di reksa dana yang dikelola pasif seperti reksa dana indeks ataupun ETF yang biaya jual belinya sama dengan saham. Selanjutnya, pilih juga agen penjual yang memberikan gratis biaya transaksi jual beli reksa dana," pungkasnya.
(REL/RZD)