Kemendikbudristek Berikan Pendampingan Kurikulum Merdeka di Kota Medan (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Pendampingan untuk merespons tantangan implementasi Kurikulum Merdeka terus dilakukan secara konsisten oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Demikian ungkap Pelaksana tugas (Plt.) Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Zulfikri saat membuka lokakarya di Kota Medan, Senin (12/12).
Zulfikri mengatakan lokakarya yang mengusung tema ‘Sosialisasi Kurikulum Merdeka untuk Memulihkan Pembelajaran’ ditujukan untuk meluruskan miskonsepsi implementasi Kurikulum Merdeka di antara guru dan tenaga kependidikan (GTK) di Kota Medan Provinsi Sumatra Utara (Sumut).
“Setiap anak mempunyai peran penting dalam kehidupan, untuk itu sebagai pendidik memiliki tanggung jawab untuk mengolah hati, mengolah rasa, dan mengolah karya anak untuk berkembang sesuai kodratnya,” tegas Zulfikri.
Ia meyakini, lewat Kurikulum Merdeka potensi peserta didik dapat dikembangkan sejak dini sesuai minat dan bakatnya. Sebab, kurikulum ini memberikan kemerdekaan kepada guru untuk fokus kepada materi esensial serta mengurangi beban administrasi.
Lebih lanjut, dihadapan 150 peserta lokakarya, Zulfikri mengungkapkan selama dua tahun ini, Kemendikbudristek berupaya memberikan penyederhanaan kurikulum, memulihkan pembelajaran melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah dan organisasi profesi.
Senada dengan itu, Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas (Kabid. Pembinaan SMA), Basir S. Hasibuan menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah mendukung proses pemulihan pembelajaran di wilayah Sumut.
Basir mengatakan bahwa pola pikir dalam menyikapi Kurikulum Merdeka penting untuk dipahami oleh seluurh warga ekosistem. Ia menilai, Kurikulum Merdeka berjalan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini diperlukan untuk menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045.
“Selain itu, kami cukup berbangga, karena saat ini Provinsi Sumut masuk di dalam 10 besar peringkat provinsi teratas yang menuntaskan penggunaan akun belajar.id. Capaian ini merupakan hasil sinergi antara Balai Besar Guru Penggerak, pemerintah daerah kabupaten/kota, Kapten dan co-Kapten belajar.id, serta pemangku kepentingan pendidikan di Sumut,” sambungnya. Sebelum ini, Sumut termasuk peringkat 10 provinsi terbawah.
Pada kesempatan yang sama, apresiasi serta dukungan atas implementasi Kurikulum Merdeka di Kota Medan disampaikan langsung oleh Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Sofyan Tan. Dikatakan Sofyan Tan, implementasi Kurikulum Merdeka telah terwujud lewat berbagai pembelajaran berbasis proyek. Contohnya, proyek pengolahan sampah secara sederhana di Kota Medan.
Sofyan menilai penting untuk para pendidik menyesuaikan proses pembelajaran dengan perkembangan situasi dunia. Termasuk menyiapkan generasi untuk menyikapi tantangan teknologi informasi yang berubah secara cepat.
“Karena guru adalah promotor siswa,” tegas Sofyan.
Dalam kegiatan ini, para peserta juga berkempatan untuk berbagi beragam praktik terkait implementasi Kurikulum Merdeka.
Kesempatan pertama diberikan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 24 Medan, Dewi Sri Indriati Kusuma untuk bercerita penerapan Kurikulum Merdeka di kelas VII dan VIII.
“Setelah penerapan Kurikulum Merdeka, terdapat perubahan pada guru. Mereka menjadi lebih kreatif dalam merancang pembelajaran. Di tahun 2022, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di kelas VII dan VIII, kami melakukan budidaya bunga telang yang tertuang dalam tiga tema yaitu kearifan lokal, gaya hidup berkelanjutan, dan kewirausahaan,” urai Dewi yang juga menjabat sebagai Ketua Wilayah Ikatan Guru Indonesia (IGI) Provinsi Sumut.
Kesempatan berikutnya, Kepala UPT SDN 060877 Kecamatan Medan Perjuangan Wirda turut menyampaikan praktik baik di sekolahnya.
“Awal tahun ajaran baru tahun 2022, sekolah kami memiliki inisiatif untuk menerapkan Kurikulum Merdeka Mandiri Belajar. Untuk proyek P5 di kelas I dan IV, kami lakukan proyek penanaman karakter,” jelas Wirda yang juga tergabung dalam pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Medan Bidang Pendidikan dan Pelatihan.
Selanjutnya, guru mata pelajaran Bahasa Inggris pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Taman Siswa Lubuk Pakam 2 Siti Marlina yang juga menjadi Calon Guru Penggerak angkatan IV Deli Serdang juga memberikan motivasi kepada semua guru untuk menjadi Guru Penggerak.
“Sebagai guru, kita harus selalu bergerak mengikuti perkembangan zaman, memuktahirkan pengetahuan kita, dan menyeimbangi rasa keingintahuan peserta didik. Guru Penggerak itu kreatif, inovatif, dan kolaboratif,” tandas Siti yang memiliki hobi menulis buku itu.
Di dalam lokakarya, selain pendalaman materi tentang Kurikulum Merdeka, para peserta juga berkesempatan mendapatkan materi dan berdiskusi aktif mengenai pemahaman Platform Merdeka Mengajar yang disampaikan oleh Kepala Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Sumut, Joko Ahmad Julifan.
(REL/RZD)