Haul ke-13 Gus Dur di Kampus UIN Sumut (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Peringatan Haul Gus Dur ke-13 digelar Perhimpunan Pergerakan 98 dan Barisan Kader Gus Dur (Barikade) Sumatera Utara di Aula Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, Medan Estate, Deliserdang, Sumut, Jumat (30/12).
Ketua Panitia Haul, Sahat Simatupang mengatakan, melalui haul, keteladan Gus Dur dan komitmen kebangsaannya akan diteruskan oleh generasi muda.
"Banyak yang perlu kita ingat kembali dari pemikiran Gus Dur dan komitmennya pada pluralisme dan kebangsaan. Gus Dur juga mengajarkan kepada kita bahwa yang terpenting dari politik adalah kemanusiaan," katanya, Sabtu (31/12).
Acara Haul Gus Dur yang dihadiri pengurus Nahdlatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda Ansor, tokoh agama, cendikiawan dan aktivis pro demokrasi selain digelar di Medan juga digelar di beberapa tempat di Pulau Jawa bahkan diluar negeri, ujar Sahat, membuktikan bahwa Gus Dur telah menjadi milik semua warga bangsa.
"Tentu Gus Dur tidak hanya milik NU tapi sudah menjadi milik kita semua, jadi teladan dan guru bangsa. Bahkan seorang pengamat politik kelas dunia seperti William Liddle dalam artikel berjudul 'My Name is Abdurrahman Wahid' menggambarkan Gus Dur sebagai sosok pemuda dengan pikiran tajam," ujar Sahat.
Sahat menuturkan, perkenalannya dengan Gus Dur bermula dari diskusi yang kerap digelar Forum Demokrasi (Fordem) yang didirikan Gus Dur bersama sejumlah aktivis pro demokrasi sebelum terpilih jadi Presiden RI.
"Fordem menjadi rumah bagi aktivis pro demokrasi saat itu. Kami sering mampir dalam diskusi Fordem atas undangan Bang Buyung (Adnan Buyung Nasution)," ujar Sahat.
Setelah Gus Dur jadi Presiden tahun 1999 dan dilengserkan paksa oleh MPR yang dipimpin Amien Rais, Juli 2001, Sahat mengatakan, ia dan aktivis PMII, aktivis NU serta pengikut setia Gus Dur membela Gus Dur karena tuduhan keji dugaan penggunaan dana Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan Bulog sebesar 4 juta dollar AS dan dana bantuan Sultan Brunei Darussalam sebesar 2 juta dollar AS, meskipun tuduhan itu tidak pernah terbukti.
"Di Jakarta dan Medan kami melakukan perlawanan. Ada senior PMII Jansen Harahap dkk nya yang terus berjuang untuk Gus Dur di Sumut. Saya kerap wara-wiri Medan-Jakarta bersama Ketua DPW PKB Sumut saat itu (alm) Aris Siagian," ucapnya.
Wakil Rektor III UIN Sumut, Nispul, dalam pidato kebangsaannya mengatakan, keteladanan Gus Dur yang unik dan kontroversial telah menjadi oase di tengah kegersangan politik Indonesia. Menurut Nispul Khoiri, dalam diri Gus Dur terdapat 3 sosok unik.
"Pertama Gus Dur adalah ulama besar yang turun dari kakek dan ayahnya Gus Dur berada dalam satu garis keturunan dengan KH Hasyim Asyari dan KH Wahid Hasyim. Selain itu, Gus Dur juga berada dalam satu garis keturunan dengan KH Bisyri Syansuri yang merupakan ulama pendiri Pondok Pesantren Denanyar, anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), anggota konstituante kemerdekaan RI. Panggilan Gus adalah khusus untuk anak seorang ulama," kata Nispul.
Kedua, sambung Nispul, Gus Dur merupakan akademisi dengan segudang artikel dan buku yang ia tulis membuktikan bahwa fikiran Gus Dur orisinil dan berwatak kerakyatan.
"Dan yang ketiga, Gus Dur sebagai politisi ulung terbukti bisa berada di puncak karir politik tertinggi yakni Presiden RI," ujar Ketua Ikatan Sarjana NU (ISNU) Sumut ini.
Ketua Barisan Kader Gus Dur Sumut Zulkarnain mengatakan, saat Gus Dur menjabat Ketua Umum PB NU kerap melontarkan kritik tajam kepada pemerintahan Orde Baru yang otoriter. Karena sikap Gus Dur itu,ujar Zulkarnain, Gus Dur pernah ditolak mahasiswa datang dan berkunjung ke Aceh.
"Saya saksi bagaimana Gus Dur kami bawa kesalahsatu tempat karena di tolak dan dicaci maki ketika akan menjadi pembicara di salah satu kampus. Tak berselang lama,mahasiswa yang menolak dan mencaci maki Gus Dur datang meminta maaf sembari mencium tangan Gus Dur. Gus Dur sama sekali tidak marah," tuturnya.
Gus Dur, sambung Zulkarnain, menganalogikan seseorang yang memberikan baju kepadanya. "Gus Dur bilang kalau sampeyan diberikan baju, namun baju tersebut tidak sampeyan terima, kan bajunya kembali kepada yang memberikan. Sama, jika saya dicaci maki namun saya tidak menerima cacian itu, kan caci maki nya kembali kepada yang mengeluarkan caci maki," tambah Zulkarnain menirukan ucapan Gus Dur tersebut.
Acara Haul ke-13 di UIN Sumut terbilang istimewa karena dihadiri tokoh agama antara lain tokoh Agama Budha Romo Pandita Kok Hong; tokoh Agama Hindu Panandhita Di'eja Iwayansure, S.Ag; tokoh Agama Konghucu Andili; tokoh Agama Parmalim (keyakinan penghayat kepercayaan) Togu Sirait serta ustad Marwin Tanjung dan ustad Martono.
Selain itu, salah satu 'sahabat politik' Gus Dur yakni Barata Sembiring Brahmana dan Dosen Ilmu Politik Universitas Negeri Medan Dr Bahrul Khair Amal turut memberikan testimoni tentang Gus Dur.
(JW/RZD)