Pengamat: Sumut Harus Waspada, Angka Kemiskinan Berpotensi Naik di Awal 2023

Pengamat: Sumut Harus Waspada, Angka Kemiskinan Berpotensi Naik di Awal 2023
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat kemiskinan di wilayah Sumatera Utara (Sumut) mengalami penurunan sebesar 0.09 poin, atau 8.33% pada September 2022, dibandingkan posisi maret 2022 sebesar 8.42%.

Jumlah penduduk miskin di Sumut turun 6.100 jiwa dalam satu semester tersebut. Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menikai, ini capaian bagus pada perekonomian Sumut, terlebih jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah angka kemiskinan secara nasional.

“Tetapi jangan lalai dengan capaian itu, karena indikasi lain menunjukan bahwa tren daya beli masyarakat Sumut, khususnya masyarakat miskin dalam penurunan,” kata Gunawan, Rabu (18/1).

“Mengacu kepada data BPS, kita lihat garis kemiskinan, kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan memberikan gejala bahwa ke depan potensi penambahan jumlah masyarakat miskin Sumut berpeluang naik,” sambungnya.

Garis kemiskinan per kapita Sumut pada bulan September 2022 itu sebesar 592.025, naik dari posisi maret 2022 sebesar 561.004. Tetapi berbicara indeks kedalamam kemiskinan naik dari 1,365 (Maret 2022) menjadi 1,411 (September 2022).

“Artinya pengeluaran masyarakat miskin itu kian tertinggal dengan garis kemiskinannya. Bisa juga begini, standar minimal pengeluaran masyarakat miskin itu makin jauh dari angka garis kemiskinannya. Berarti bisa jadi penduduk miskin pendapatannya tidak mengalami kenaikan, atau justru mengalami penurunan. Tetapi biaya hidup terus merangkak naik karena inflasi,” paparnya.

Kalau berbicara mengenai tingkat keparahan kemiskinan yang membaik, menurut Gunawan, ini berarti masyarakat yang sebelumnya berada tidak jauh dari garis kemiskinan, selama 1 semester kemarin mampu berada di atas garis kemiskinan. Meskipun nantinya hal ini akan bisa dilihat dari besaran rasio gini masyarakat di Sumut untuk menjelaskan fenomena selanjutnya.

Namun, jangan puas sampai di situ. Ada gejala di mana harga CPO mengalami penurunan di tahun ini, yang bisa menambah jumlah orang miskin. Kalau melihat angka kemiskinan Sumut September 2022 dibandingkan dengan September 2021 itu mengalami penurunan sekitar 11 ribu jiwa.

Komoditas unggulan di Sumut khususnya CPO itu naik dari kisaran 4.300 ringgit per ton pada September 2021, dan di 2022 sempat menyentuh 7.100-an per ton pada periode April, dan bertahan di atas 5.500 hingga bulan Juni, sebelum akhirnya sempat turun di kisaran 3.200 pada September.

Sayangnya, lanjut Gunawan, laju tekanan inflasi paling besar justru di rasakan pada bulan desember yang menyentuh 1.5%. Selanjutnya di tahun 2023, harga CPO justru berada di bawah 4.000 ringgit per ton, dikisaraan 3800-an ringgit saat ini. Padahal akhir tahun 2022 sempat berada di level 4.175 ringgit per ton. Harga beras juga dalam tren naik dalam 3 bulan terakhir. Inflasi masih akan bertahan tinggi di tahun 2023 ini setidaknya sampai kuartal pertama 2023.

“Jadi ancaman penambahan jumlah angka kemiskinan hingga maret 2023 sangat terlihat. Dan bisa diperburuk dengan kemungkinan kenaikan harga komoditas cabai. Sumut belakangan diselamatkan dengan kenaikan harga komoditas seperti sawit yang membuat industrinya tetap hidup, dan NTP petaninya masih diatas 100,” terangnya.

“Namun hal tersebut tidak menjadi garansi lagi, periode September ke Desember kemarin fenomena karyawan kontrak di rumahkan sempat terjadi di wilayah ini,” tandasnya.

(RZD/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi