Rayakan Lunar New Year

Festival Budaya Jadi Momen Pembentukan Karakter Siswa Sampoerna Academy

Festival Budaya Jadi Momen Pembentukan Karakter Siswa Sampoerna Academy
Festival budaya menjadi momen pembentukan karakter peserta didik agar dapat memiliki kecakapan abad 21 (Analisadaily/Reza Perdana)

Analisadaily.com, Medan – Sebagai sekolah interkultural, Sampoerna Academy berkomitmen untuk mendorong lahirnya generasi masa depan yang memiliki kompetensi abad 21, berkarakter kuat, dan berjiwa kepemimpinan inklusif.

Oleh karena itu, selain menerapkan pedagogi Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics (STEAM) di metode pembelajaran formal, Sampoerna Academy juga berfokus pada pengembangan karakter peserta didik melalui berbagai kegiatan non-formal.

Salah satunya adalah dengan menggunakan momentum perayaan Lunar New Year sebagai upaya mengembangkan kecakapan abad 21, khususnya terkait kecerdasan budaya dan kompetensi bahasa

Principal Sampoerna Academy Medan, Mary Jane Luyon-Fajardo menjelaskan, Sampoerna Academy berfokus pada pendekatan STEAM untuk mengembangkan kompetensi 5C pada murid, yaitu Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Character. Selain itu, juga menggunakan metode pembelajaran trilingual atau 3 bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, dan Mandarin.

“Tentunya selain menggunakan kurikulum berstandar internasional yang diterapkan di dalam kelas, kami juga berupaya mengembangkan kecakapan abad 21 melalui beragam kegiatan non-formal, seperti United Nations Day atau melalui perayaan Lunar New Year hari ini,” ungkapnya, Jumat (20/1).

Dalam perayaan Lunar New Year, Sampoerna Academy Medan mengangkat tema “The Twelve Zodiac Signs Make The Spring Festival”, dimana anak murid akan menampilkan berbagai pertunjukan, seperti tarian, musik, martial art, hingga wushu. Selain itu, digelar juga cultural workshop seperti pelatihan menulis kaligrafi huruf Cina, melukis kipas dan layang-layang, serta pameran bazaar.

Bagi siswa-siswa dengan tingkatan usia lebih kecil, ada lomba permainan tradisional, seperti mengambil kelereng dengan sumpit atau berjalan dengan mangkuk di kepala. Seluruh program ini merepresentasikan kemeriahan masyarakat Asia saat menyambut Festival Tahun Baru Lunar yang juga berarti dimulainya musim semi.

Menariknya, seluruh pertunjukan perayaan Lunar New Year ini ditampilkan dan dipersembahkan oleh para murid. Hal ini merupakan contoh nyata pembelajaran menggunakan STEAM, dimana murid didorong untuk berpikir kritis dan memahami lebih mendalam, serta diberi kesempatan untuk mengeksplorasi seluruh kemampuannya dalam mencari solusi atau cara baru.

Perayaan Lunar New Year juga merupakan upaya menanamkan di peserta didik mengenai tatanan nilai-nilai budaya Asia yang mengedepankan keharmonisan, toleransi, dan saling menghargai. Harapannya, siswa dapat mengembangkan pola pikir global melalui kurikulum internasional yang dipelajari, sambil tetap menjunjung falsafah luhur Asia, tempat mereka lahir atau tinggal.

Tentunya pola pikir ini menjadi buah dari upaya pengembangan kecerdasan budaya yang ditanamkan sejak dini. Seperti dijelaskan Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana di Webinar Cultural Intelligence: An Essential Skill Set for 21st Century yang diadakan oleh Sampoerna Academy, “Kecerdasan budaya mengacu pada kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dalam konteks beragam budaya, yang tentunya berkaitan dengan kompetensi kognitif atau berfikir, mengelola emosi, dan berperilaku saat berhadapan dengan orang lain.”

“Apabila anak cerdas budaya, mereka akan lebih luwes dalam bergaul, memiliki kecakapan komunikasi lebih baik, fleksibel dalam pikir atau open minded, serta mampu menjalin hubungan lebih harmonis dan minim konflik dengan orang-orang di sekitarnya,” jelasnya.

Vera juga menambahkan selain peran sekolah, pengembangan karakter dan kemampuan cerdas budaya pada anak sebaiknya juga dilakukan di keluarga atau rumah.

“Ada berbagai cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk melatih kecakapan ini. Mulailah dengan memperkenalkan budaya sendiri kepada anak, setelah itu mengajak anak melihat atau memperhatikan budaya lain yang ada. Ajarkan anak untuk berempati terhadap budaya lain yang mungkin berbeda dengan budaya sendiri. Para orang tua juga bisa melibatkan anak dalam perilaku atau gestur yang menghargai budaya lain, atau bisa juga dengan memperkenalkan bahasa baru,” jelas Vera lebih lanjut.

“Harapan kami melalui perayaan Lunar New Year tahun ini, kecerdasan budaya dan kompetensi bahasa para peserta didik menjadi lebih terasah, sehingga pada akhirnya mereka bisa memiliki jiwa kepimpinan inklusif, serta mampu beradaptasi lebih cepat saat menghadapi tantangan global. Melalui acara ini, Sampoerna Academy juga mengucapkan Selamat Tahun Baru Lunar, semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat dan sejahtera,” tutup Mary Jane dalam sesi bersama media.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi