Ketua DPD Partai Demokrat Sumatera Utara, Lokot Nasution bersama Kepala Bakomstrada Sumut, Chairil Huda, Ketua Bappilu DPD Demokrat Sumut Khairul Mukmin Tambunan dan beberapa pengurus lainnya saat ngopi sore bersama jurnalis di Democratic Cafe, Jalan Sudi (Analisadaily/Jafar Wijaya)
Analisadaily.com, Medan - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sumatera Utara, Lokot Nasution, mengatakan hal itu menjadi bentuk kemunduran dari sistem pemilu terbuka yang diperjuangkan lewat darah dan air mata pada saat reformasi.
"Kalau isunya adalah karena biaya mahal jika menerapkan proporsional terbuka. Maka menurut kami itu adalah alasan yang tidak tepat. Sebab, pada saat reformasi 98, ada nyawa yang dikorbankan. Jadi nggak bisa dibandingkan biaya dengan nyawa," kata Lokot, Senin (27/2).
Kata dia, sejauh ini Partai Demokrat melihat sistem proporsional terbuka merupakan yang terbaik bagi rakyat Indonesia. Karena dengan sistem ini, masyarakat memiliki kebebasan dalam menentukan sosok yang diinginkan untuk menjadi wakilnya kelak di parlemen.
"Berbanding terbalik jika negara menerapkan sistem proporsional tertutup di mana rakyat hanya diberi kesempatan untuk mencoblos partai. Partai kemudian akan menentukan siapa yang akan menduduki kursi yang diperoleh berdasarkan suara yang dikonversi menjadi kursi di parlemen," tuturnya.
Bagi Lokot, jika hal tersebut dilakukan sama saja ibarat memilih kucing dalam karung.
"Ini kan namanya memilih kucing dalam karung. Sosok yang ditetapkan partai nantinya untuk duduk, tidak tertutup kemungkinan adalah bekas koruptor, bekas pembunuh dan lain. Itu kan tidak kita harapkan," tegasnya.
Lokot mengaku sangat miris dengan cara berfikir dari para pihak yang berupaya mengubah kembali sistem pemilu menjadi proporsional tertutup. Padahal, hal ini menjadi bentuk kemunduran dari sistem pemilu terbuka yang diperjuangkan lewat darah dan air mata pada saat reformasi.
"Kalau isunya adalah karena biaya mahal jika menerapkan proporsional terbuka. Maka menurut kami itu adalah alasan yang tidak tepat. Sebab, pada saat reformasi 98, ada nyawa yang dikorbankan. Jadi nggak bisa dibandingkan biaya dengan nyawa," ungkapnya.
Lantas apakah Demokrat takut dengan sistem proporsional tertutup? Lokot memastikan tidak. Sebab, Partai Demokrat memiliki sosok-sosok dengan elektabilitas yang mumpuni.
"Kita nggak takut, hanya saja kita harus memperjuangkan sistem yang menurut kita terbaik bagi rakyat Indonesia," pungkasnya.
(JW/CSP)