Webinar “Lawan Kekerasan, Jaga Kesehatan Mental di Eta Digital” (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Jakarta – Perkembangan teknologi digital saat ini, menimbulkan berbagai manfaat sekaligus masalah-masalah baru yang dihadapi setiap masyarakat. Semakin maraknya kekerasan yang terjadi baik secara langsung maupun yang berada di sosial media, dikhawatirkan berdampak pada kesehatan mental seseorang.
Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Walisongo, Johan Arifin menjelaskan, untuk menghindari masalah kesehatan mental diharapkan dapat memahami dan mengelola masalah-masalah yang ada. Prilaku kekerasan juga suatu prilaku yang harus dicegah. Jika prilaku tersebut tidak dikontrol maka nantinya akan menjadikan sebuah kebiasaan yang wajar di masyarakat.
“Faktor-faktor yang memicu terjadinya tindak kekerasan adalah pola asuh yang salah, dimana tidak memberikan aturan yang tegas mengenai mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Anak milenial sekarang ini yang memiliki karakter emosi yang masih stabil sehingga tidak memikirkan dampak yang ada. Minimnya filterisiasi dan tersedianya ruang tayangan kekerasan yang mana semua orang bisa bebas mengakses melalui mdia digital. Serta kurangnya asupan literasi pada masyarakat salah stunya informasi terhadap hukum,” kata Arifin, dalam webinar dengan tema ‘Lawan Kekerasan, Jaga Kesehatan Mental di Eta Digital’ Selasa (28/2).
Dalam webinar tersebut Arifin juga berpesan, “Jangan memandang enteng sebuah nyawa dan jiwa. Bersinergilah bersama-sama untuk melawan kekerasan serta berakhlaklah dalam menggunakan sosial media.”
Tokoh Masyarakat dan Aktifis NU, Irham Shodiq mengatakan, jumlah pengguna aktif sosial media di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tingginya pengguna media digital mengakibatkan meningkatnya dampak negatif di dunia maya salah satunya mengenai bullying (cyberbullying) serta kekerasan di media sosial.
“Dampak negatif yang dapat muncul di media sosial adalah munculnya radikalisme, disintegrasi, banyaknya provokasi sehingga memicu konflik, banyaknya berita hoaks, bullying, fitnah, sara, pelecehan seksual, tidak kekerasan, pencurian data, penipuan, prostitusi, pornografi, serta banyak dampak negatif yang muncul akibat teknologi digital ini,” tutur Irham.
Untuk mengatasi banyaknya hal-hal negatif yang ditimbulkan teknologi digital. Pemerintah memblokir 11 situs yang nantinya dampat menimbulkan dampak buruk yakni voa-islam.com, nahimunkar.com, kiblat.net, bisyarah.com, dakwahtangerang.com, islampos.com, suaranews.com, izzamedia.com, gensyiah.com, muqawamah.com, dan abuzubair.net.
Pengaruh-pengaruh negatif dari media sosial seperti kekerasan yang muncul di TV, internet, serta platfrom media lainnya dapat menjadikan contoh buruk yang bisa menginspirasi sesorang untuk melakukan kekerasan tanpa alasan yang jelas. Dalam riset Cox Communication Inc., National Center for Missing and Exploited Children & Advokat Anak John Wals 47% remaja tidak khawatir orang lain akan menggunakan informasi pribadi mereka untuk tujuan buruk serta 49% remaja tidak berpikir info yang mereka sebar di internet akan berdampak negatif di masa depan.
Dalam hal tersebut Irham juga berpesan, “Kita sebagai masyarakat terkhusus para remaja sekarang harus memiliki kesadaran lebih mengenai hal-hal yang ada di media sosial akan berdampak pada kita di kemudian hari dengan meningkatkan literasi sehingga dapat meminimalisir tindak kekerasan. Serta harus bijak dalam menggunakan media sosial dan mengetahui dampak maupun resiko dalam menyebarkan berita agar senantiasa berhati-hati.”
Menurut Anggota Komisi I DPR RI, Muhamad Arwani Thomafi berbicara mengenai kekerasan di era digital kekerasan tidak hanya secara verbal tetapi juga non-verbal. Meningkatnya teknologi yang ada mengakibatkan sekarang banyak anak muda yang mudha tersulut emosi yang diakibatkan literasi yang rendah. Sehingga, tradisi tabayyun berkurang serta terkikisnya tradisi musyawarah.
“Ada beberapa hal yang berkaitan antara digital dan kekerasan yakni hilangnya etika komunikasi di platform digital sehingga orang dengan gampang memaki, mengolok-olok, dan membully pihak lain. Bebasnya unggahan tayangan yang berbau kekerasan tidak ada mekanisme sensor. Dan permainan digital yang secara tidak langsung menginspirasi tindak aksi kekerasan khususnya anak-anak.” Ungkap Arwani pada webinar ini.
Adanya dampak yang begitu besar yang dapat berpengaruh terhadap sikap sesorang di ranah digital. Yang mana posisi kita yang mulai bergantung terhadap media sosial. Sehingga, kita harus menjaga mental di dunia sosial media dengan cara meningkatkan literasi digital, menggunakan gadget serta media digital sesuai keperluan, dan meyakini bahwa digital tidak menggatikan 100% interaksi secara langsung tetapi hanya untuk membantu.
Di akhir pemaparan, Arwani berpesan bahwa kita harus selalu mengingatkan serta memberitahu pentingnya memahami etika-etika yang dilakukan untuk menggunakan media digital dengan baik.
Dalam hal ini, perkembangan teknologi yang memiliki pengaruh besar pada masyarakat terutama mengenai kekerasan dan kesehatan mental di dunia digital. Dengan dampak-dampak negatif yang ada serta pengaruh yang besar, sehingga pentingnya meningkatkan literasi digital, etika-etika yang ada di sosial media, dan memilah-milah informasi yang diterima.
(REL/RZD)