Piala Dunia U20. (Analisadaily/Istimewa)
FIFA World Cup Under 20 merupakan kejuaraan FIFA kedua terbesar setelah FIFA World Cup Senior. FIFA World Cup Under 20 diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Kejuaraan ini diikuti oleh setiap negara yang lolos dari masing-masing konfederasi sepakbola regionalnya. Kejuaraan ini diikuti oleh para pemuda kelompok umur 20 tahun ke bawah.
FIFA World Cup under 20 ini pertama kali digelar pada Tahun 1977. Menurut catatan sejarah Diego Armando Maradona merupakan alumni FIFA World Cup under 20 pada edisi FIFA World Cup under 20 Tahun 1979 yang kala itu masih bernama FIFA World Youth Championships.
Di era modern, Lionel Messi merupakan alumni FIFA World Cup under 20 Tahun 2005 yang kala itu mampu membawa Tim Nasional Argentina under 20 keluar sebagai juara. Selain Leo Messi, ada sederet nama-nama top pesepakbola profesional dunia yang merupakan jebolan FIFA World Cup under 20, seperti Sergio Aguero, Dani Alves, hingga Paul Pogba. Bukan hanya beberapa nama tersebut, tentu masih banyak lagi pesepakbola profesional dunia yang merupakan jebolan FIFA World Cup under 20 ini.
Timnas Indonesia sendiri sudah pernah bertanding di kejuaraan FIFA World Cup under 20 edisi Tahun 1979 kala itu masih bernama FIFA World Youth Championships. Saat itu, Indonesia satu grup dengan Argentina. Indonesia menjadi juru kunci grup dan gagal lolos ke babak 16 besar.
Hampir setengah abad yang lalu, Bangsa Indonesia merasakan atmosfir kejuaraan dunia khususnya kelompok usia dibawah 20 Tahun. Harapan bermain di kejuaraan dunia FIFA kelompok usia 20 tahun hidup kembali. Setelah FIFA menunjuk Indonesia sebagai Tuan Rumah atau
host kejuaraan tersebut pada 24 November 2019 di Shanghai Cina pada saat kegiatan FIFA
council meeting. Indonesia ditetapkan sebagai Tuan Rumah atau
host FIFA World Cup under 20 Tahun untuk edisi penyelenggaraan 2021. Namun, kondisi pademi Covid-19 mengharuskan kejuaraan ini diundur hingga 2023. Keberhasilan Indonesia menyisihkan beberapa kandidat merupakan hadiah terbaik bagi Bangsa Indonesia di usianya yang telah memasuki usia ke-76 Tahun ditambah pencapaian ini menjadi kado terbaik bagi seluruh masyarakat Indonesia yang diterpa pandemi Covid-19. Keberhasilan ini tentu sedikit membawa kegembiraan bagi masyarakat yang terkenal fanatik terhadap sepakbola. Seperti yang pernah diungkap berbagai media asing bahwa Indonesia memiliki intensitas fanatisme sepakbola yang sungguh luar biasa. Keberhasilan Indonesia menjadi
host tentunya merupakan kesempatan kedua tampir di kejuaraan dunia FIFA Under 20.
Indonesia terpilih sebagai
host yang memastikan 1 tempat di putaran final FIFA World Cup under 20 Tahun 2021 (disebabkan pandemi Covid-!9 diundur ke Tahun 2023).
Host tentunya memiliki keistimewaan dalam setiap perhelatan kejuaraan sepakbola, karena otomatis memperoleh 1 tempat di putaran grup. Selain itu, Timnas Indonesia merupakan satu-satunya wakil Asean Football Confederation (Konfederasi Sepakbola Asean) di FIFA World Cup under 20 Tahun 2023 ini. Seluruh wakil-wakil konfederasi berasal dari semifinalis kompetisi atau kejuaraan regionalnya (konfederasi) masing-masing. Termasuk Timnas Israel yang memastikan menjadi yang terbaik dari Piala Eropa Under 19 Tahun di Slovakia tahun lalu. Oleh karenanya, Timnas Israel otomatis melaju ke FIFA World Cup under 20 di Indonesia.
Lolosnya Timnas Israel ke FIFA World Cup under 20 di Indonesia menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan, mulai dari
public figure , elit politik, partai politik, ormas-ormas dan lainnya. Tentu pro dan kontra itu menyangkut kajian secara politik.
FIFA sebagai induk organisasi sepak bola dunia memiliki peran yang netral dan mengayomi seluruh anggotanya. FIFA di dalam Statutanya, tepatnya pada Bab 1 Pasal 4 Tentang
Non-discrimination, equality and neutrality. Statutanya secara tegas mengatakan bahwa FIFA bersikap netral terhadap isu-isu politik dan keagamaan.
FIFA remains neutral in matters of politics and religion. Exceptions may be made with regard to matters affected by FIFA’s statitory objectives.”
FIFA tetap netral dalam urusan politik dan agama. Pengecualian mungkin dibuat sehubungan dengan hal-hal yang dipengaruhi oleh tujuan Undang-undang FIFA.
Isu-isu krusial dalam memperjuangkan kemerdekaan suatu bangsa dari penjajahan di atas dunia memang amanat konstitusi yang tidak bisa diganggugugat. Perjuangan menentang penjajahan tentu harus disesuaikan situasi dan kondisinya. Israel merupakan aktor kolonialis atas Bangsa Palestina. Israel telah melalukan kejahatan kemanusiaan di Jalur Gaza, Tepi Barat Palestina dan beberapa tempat lainnya yang berbatasan langsung dengan Israel. Israel sendiri tidak memiliki
diplomatic relationships dengan Indonesia. Akibatnya, segala aktivitas internasional tidak bisa mempertemukan kedua negara yakni Israel dan Indonesia. Hal tersebut merupakan hal yang wajar, sebagai bangsa yang menentang penjajah harus melakukan sikap demikian.
International Parliamantry Union (IPU) di Bali sukses terselenggara beberapa waktu lalu. Ironisnya, Israel yang tidak punya hubungan diplomatik tetap hadir sebagaimana peserta lainnya. Selain itu, beberapa kegiatan cabang olahraga lainnya yang digelar di Indonesia pernah juga diikuti oleh Israel dan tetap hadir di Indonesia, tetapi pembahasan tidak sepanas sekarang ini dikala Indonesia menjadi
host FIFA World Cup under 20. Hal-hal semacam ini sangat disayangkan sekali. Tentu, Indonesia menjadi buah bibir di kancah internasional, dikarenakan diberikan amanah menjadi
host tetapi tidak dijalankan dengan baik. Ironisnya malah mencampuradukkan sepakbola dengan isu politik.
Patut diingat bahwa kendatipun Timnas Israel bertanding di Indonesia, tidak akan serta-merta mengurangi eksistensi Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina atas penjajahan Bangsa Israel.
Namun, ibarat pepatah
mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, pepatah tersebut layak menggambarkan kondisi yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini. FIFA secara resmi telah mencabut status
host FIFA World Cup under 20 dari Indonesia dan akan menentukan pengganti Indonesia sebagai penyelenggara (
host).
Segelintir orang dan kelompok melakukan aksi-aksi yang sangat tidak tepat. Mengapa dikatakan demikian? Aksi-aksi itu berbuntut panjang. Disamping gagal sebagai penyelenggara
event, Indonesia dikucilkan dari dunia sepakbola internasional dan juga dianggap melalaikan kepercayaan yang telah diberi oleh FIFA menjadi
host. Indonesia juga akan mendapat sanksi FIFA yang akan diputuskan setelah FIFA menggelar
executive committee (Exco)
meeting beberapa waktu mendatang.
Akibat ego sektoral berbuntut merugikan bangsanya sendiri. Dicabutnya status
host, menyebabkan persiapan di bidang infrastruktur penunjang event ini terkesan sia-sia. Seharusnya dengan digelarnya event ini akan mendatangkan keuntungan di bidang pariwisata dan menunjang aspek ekonomi nasional. Perlu diingat bahwa sepantasnya sepakbola itu tidak dicampuradukkan dengan isu politik. FIFA sendiri sangat membenci sebuah negara anggotanya dalam kegiatan sepakbola mencampuradukkan sepakbola dengan simbol-simbol atau narasi politik.
Penolakan Israel datang ke Indonesia dinilai telah mendatangkan malapetaka. Akibatnya mengubur harapan anak bangsa untuk berlaga diajang FIFA World Cup under 20. Kesempatan bermain di FIFA World Cup sudah didepan mata, kini sirna dengan adanya ulah-ulah oknum yang tidak paham sepakbola. Mereka mengubur mimpi anak bangsa. Ini seharusnya jadi kesempatan emas. Karena Jalur kualifikasi di Piala AFC U-19 belum tentu mampu berjalan mulus hingga babak semifinal.
Kondisi ini merupakan malapetaka dan situasi berkabung bagi insan pecinta sepakbola nasional. Kondisi ini juga mengubur mimpi bangsa ini untuk menjadi
host FIFA World Cup senior, Olimpiade dan kompetisi internasional lainnya. Kepercayaan internasional terhadap Indonesia tentu sudah tercoreng.
(BR)