Ilustrasi (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis 0,6 persen pada minggu lalu tertopang saham-saham sektor energi yang menguat sebesar 5,4 persen, perindustrian 2,9,7 persen dan konsumer non-primer 2,6 persen. Secara umum semua sektor menguat pada minggu lalu, kecuali satu sektor yang melemah yakni sektor keuangan yang terkoreksi -0,3 persen.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino mengakui ada berjibun sentimen positif yang menopang kenaikan IHSG. Sentimen -sentimen positif tersebut adalah meredanya kekhawatiran akan risiko penyebaran krisis liquiditas perbankan regional di Amerika, ekspektasi Bank Sentral Amerika akan yang segera mengakhiri kenaikan suku bunga, kenaikan klaim penggangguran mingguan di Amerika, perpanjangan tarif nol persen impor batu bara oleh Tiongkok.
"Selain itu, sentimen postif lainnya adalah impor Tiongkok untuk batu bara thermal yang naik +81 persen , banyaknya rilis laporan keuangan beberapa emiten dan aksi beli investor asing," tegasnya, Senin (3/4).
Seperti halnya kondisi market yang kaya sentimen pada pekan lalu, terang Mino, pada minggu ini market juga tertopang banyak sentimen yang bakal menggerakkan IHSG. Sentimen-sentimen tersebut datang dari domestik dan eksternal.
Mino menjelaskan untuk sentimen domestik ada banyak laporan yang bakal rilis mulai dari data manufaktur, data inflasi, data cadangan devisa dan tentu saja ada sentimen terkait potensi berlanjutnya penguatan nilai tukar Rupiah.
"Pada Maret 2023 indeks manufaktur Indonesia tercatat mengalami kenaikan menjadi 51.9 dari sebelumnya 51.2 dan mengkonfirmasi bahwa sektor manufaktur masih dalam fase ekspansi untuk ke-19 sejak September 2021. Kenaikan indeks manufaktur tersebut seiring lebih tingginya output yang didorong oleh meningkatnya permintaan. Sementara itu akumulasi pekerjaaan yang tertuda juga membuat pembelian bahan baku dan perekrutan karyawan mengalami peningkatan," terangnya.
Terkait data inflasi, Mino menjelaskan pada Februari 2023 angka inflasi tercatat sebesar 5.47 persen lebih tinggi dari sebelumnya dan konsensus yang masing-masing sebesar 5.28 persen dan 5.42 persen. Sementara itu inflasi inti tercatat turun menjadi 3.09 persen dari sebelumnya 3.27 persen.
“Menurut konsensus inflasi Maret diprediksi akan naik +0.27 persen mom/+5.07 persen yoy. Jika sesuai dengan konsensus maka akan semakin menguatkan peluang kembali dipertahankannya suku bunga acuan di level 5.75 persen pada pertemuan BI 19 April nanti,” sebutnya.
Terkait data cadangan devisa, imbuhnya, pada Februari 2023 lalu jumlah cadangan devisa mengalami kenaikan tipis menjadi US$140.3 miliar dari sebelumnya US$139.4 miliar. Kenaikan tersebut karena adanya penerimaan pajak dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
"Semakin besar cadangan devisa tentunya akan sangat positif untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dan memperkuat alasan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan,” terangnya.
Terkait potensi penguatan nilai tukar Rupiah, Mino menegaskan angkanya cukup positif. "Kalau kita lihat data terakhir Rupiah di bawah Rp 15.000. Ini tidak terlepas dari nilai Dollar Index atau nilai tukar US Dollar terhadap mata uang utama lainnya. Trennya turun dan ini berkah bagi Rupiah karena nilai tukarnya menjadi menguat."
Sementara itu sejumlah sentimen eksternal yang bakal menggerakkan market pada pekan ini yakni pemangkasan produksi minyak mentah oleh OPEC+, data manukfaktur, klaim pengangguran pertama dan non-farm payrolls.
Mino menjelaskan pada Februari 2023 indeks manufaktur di Amerika masih berada pada area kontraksi untuk keempat kalinya secara berturut-turut yaitu berada pada level 47.7 persen, meskipun demikian angka tersebut dari sebelumnya 47.4 persen.
"Menurut konsensus ISM Manufacturing PMI pada bulan Maret akan turun ke level 47.5 sehingga berpeluang menguatkan ekspektasi tidak dinaikannya suku bunga acuan oleh The Fed pada pertemuan awal Mei nanti,” jelasnya.
Ditambahkan Mino terkait sentimen klaim penganguran pertama, pada periode yang berakhir pada 25 Maret 2023 jumlah klaim pengangguran pertama untuk jangka waktu mingguan tercatat sebanyak 198,000 naik sebanyak 7,000 dari sebelumnya. Klaim pengangguran tersebut juga lebih tinggi dari konsensus 196,000.
Sentimen terakhir dari eksternal yakni non-farm payrolls yang pada Februari 2023 tercatat bertambah sebanyak 311,000 turun cukup banyak dari sebelumnya 504,000. Sementara itu tingkat pengangguran meningkat menjadi 3.60 persen dari sebelumnya 3.40 persen karena meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja.
"Menurut konsensus pada bulan Maret hanya akan ada penambahan jumlah pekerja sebanyak 238,000 dengan tingkat pengangguran tetap di level 3.60 persen," terangnya.
Nah, tertopang berjibun sentimen domestik dan eksternal ini, Mino pun merekomendasikan buy untuk trading #CariBebasmu pada 19 saham selama 4 hari ke depan hingga 6 April 2023 karena terpotong libur peringatan Kenaikan Isa Almasih pada Jumat, 7 April 2023. Ke-19 saham yang direkomendasikan untuk trading tersebut adalah BRIS (Support: 1,615, Resistance: 1,745), BMRI (Support: 10,100, Resistance: 10,650), BBRI (Support: 4,650, Resistance: 4,850), ADRO (Support: 2,710, Resistance: 3,130), HRUM (Support: 1,390, Resistance: 1,540), ANTM (Support: 1,990, Resistance: 2,210), INCO(Support: 6,400, Resistance: 6,830), AALI (Support: 7,950, Resistance: 8,250), SIMP (Support: 390, Resistance: 410), JSMR (Support: 3,150, Resistance: 3,300), ASII (Support: 5,850, Resistance: 6,175), MAPI (Support: 1,425, Resistance: 1,600), ACES (Support: 450, Resistance: 505), ERAA (Support: 500, Resistance: 540), LPPF (Support: 4,700, Resistance: 5,150), CTRA (Support: 960, Resistance: 1,020), PWON (Support: 436, Resistance: 470), SIDO (Support: 840, Resistance: 900) dan BIRD (Support: 1,680, Resistance: 1,810).
(REL/RZD)