Ilustrasi - Bayi (Pixabay)
Analisadaily.com, Jakarta - Dokter Spesialis Anak dr Akira Prayudijanto Sp.A menyebutkan diabetes yang tidak terkontrol adalah salah satu penyebab kelahiran prematur.
"Diabetes tidak terkontrol pada ibu dapat menyebabkan bayi lahir prematur karena kadar gula dalam ibu dan calon bayinya tinggi," kata dr. Akira dalam diskusi mengenai kesehatan bayi prematur, dilansir dari Antara, Kamis (6/4).
Akira mengatakan jika kadar gula seseorang tinggi, maka harus diatasi dengan memberikan hormon insulin agar kadar gulanya turun.
Hormon insulin mengikat gula dan menyalurkannya menjadi cadangan energi bagi tubuh manusia. Karena ibu dan calon bayinya tidak banyak melakukan aktivitas, maka cadangan energi yang tersimpan akan berubah lama kelamaan menjadi daging.
"Bayinya akan membesar dan akan menyebabkan kontraksi pada ibunya sehingga ada rasa ingin melahirkan padahal belum waktunya," kata dokter yang praktik di RSAB Harapan Kita itu.
Dia juga mengatakan dalam kasus ini biasanya bayi lahir dengan bobot yang lebih berat dari seharusnya meski bayi tersebut lahir secara prematur.
Bayi seperti ini biasanya kadar gulanya rendah karena gulanya sudah diikat dengan hormon insulin dari ibu. Apabila bayi lahir dalam kondisi kekurangan gula ada risiko kejang, tambah dia.
Dia juga mengatakan selain diabetes ada penyebab lain dari sisi medis dan non medis yang bisa menyebabkan bayi lahir secara prematur.
"Penyebab non medis seperti infrastruktur, masalah keterlambatan dalam perujukan, sedangkan dari sisi medis seperti infeksi, trauma, dan kekurangan fisik," kata dia.
Dia meyakinkan kepada orang tua agar tidak panik dan tidak khawatir karena pemerintah sudah menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPNM) terkait penanganan bayi prematur.
Kementerian Kesehatan melengkapi puskesmas dengan alat bantu USG (Ultrasonografi untuk bantu deteksi kehamilan). Dari 10 ribu puskesmas saat ini sudah sekitar dua ribu puskesmas yang sudah dilengkapi fasilitas USG, tambah dia.
"RJPNM menargetkan nol kematian bayi pada tahun 2024, alhamdulillah sejak tahun 2020 kita sudah berada di jalan yang tepat. Insya Allah target akan terpenuhi," kata ahli pediatri itu.
(RZD)