Pedagang Ayam (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Industri perunggasan yang dimotori oleh sejumlah perusahaan besar menyatakan, di kuartal pertama tahun 2023 ini penjualan unggas (ayam) masih belum mampu mengimbangi penjualan periode yang sama sebelum masa pandemi Covid-19.
Salah satu ungkapan tersebut disampaikan oleh Direktur Japfa Comfeed. Namun, menurut Ketua Tim Pemantau Harga Pangan, Gunawan Benjamin mengatakan, hal tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena justru bisa menjadi gambaran kualitas konsumsi masyarakat belakangan ini.
“Hasil survei di lapangan, khususnya di wilayah Sumut, sejak pandemi Covid-19 menekan daya beli masyarakat. Pagelaran pesta yang kerap menggunakan daging sapi sebagai salah satu menunya. Belakangan menu daging sapi banyak digantikan dengan daging ayam. Jadi semestinya memang ada peningkatan konsumsi daging ayam masyarakat,” sebutnya, Senin (10/4).
Disebutkan Gunawan, tren penjualan daging ayam yang dialami pedagang belakangan ini (awal tahun 2023) mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya. Penurunan angkanya 40 hingga 60 persen. Sementara untuk daging sapi sendiri, berdasarkan hasil survei di sejumlah rumah potong hewan di wilayah Sumut, terjadi penurunan berkisar 50 persen dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19.
Lalu, penjualan daging sapi sekitar 60 persennya dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bakso. Selebihnya dikonsumsi langsung masyarakat. Jadi, sebut Gunawan, jika mengutip pernyataan produsen unggas yang belum mampu mengimbangi penjualan sebelum masa pandemi, ini menunjukan bahwa ada pergeseran konsumsi masyarakat, dimana daya belinya tertekan sehingga kualitas konsumsinya mengalami penurunan.
“Dan temuan di lapangan saat ini, penjualan sayur mayur juga mengalami penurunan. Dugaan saya sementara ini bahwa masyarakat bisa saja berhemat dengan lebih mengedepankan lauk sebagai pendamping nasi, dan tidak memprioritaskan sayuran. Penurunan konsumsi ini sebaiknya mendapat perhatian lebih oleh pemerintah,” sebutnya.
Gunawan menilai, upaya pemerintah untuk memberikan bantuan sosial (bansos) dalam bentuk daging ayam memang sebaiknya bisa terlaksana segera. Konsumsi sumber protein ini penting bagi masyarakat, termasuk sebagai salah satu cara memerangi masalah gizi buruk dan stunting. Di Sumut sendiri, saat Ramadan ini harga daging ayam merosot hingga di bawah harga keekonomian pasar.
Sementara daging sapi tidak bergerak, hanya sempat naik di awal Ramadan, tetapi kembali normal setelahnya. Sayangnya penurunan harga daging ayam belakangan ini juga didorong oleh penurunan permintaan daging ayam masyarakat.
“Jadi sangat terlihat daya beli yang menurun, telah membuat kualitas konsumsi masyarakat juga mengalami penurunan,” tandasnya.
(REL/RZD)