Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Nurul Hasanudin (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) triwulan I-2023 terhadap triwulan IV-2022 (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar 0,45 persen. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 2,70 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Nurul Hasanudin mengatakan, lapangan usaha yang memiliki peran penting terhadap perekonomian Sumut adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengalami kontraksi sebesar 0,10 persen; Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mengalami kontraksi sebesar 0,54 persen; Industri Pengolahan mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen; dan Konstruksi mengalami kontraksi sebesar 1,64 persen.
“Struktur PDRB Sumut menurut Lapangan Usaha atas dasar harga berlaku Triwulan I-2023 tidak menunjukkan perubahan berarti dibandingkan triwulan IV-2022,” kata Hasan, Jumat (5/5) kemarin.
Diterangkannya, perekonomian Sumut masih didominasi oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 23,68 persen; diikuti oleh Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 18,94 persen; Industri Pengolahan sebesar 18,65; dan Konstruksi sebesar 13,14 persen. Peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Sumut mencapai 74,41 persen.
Ekonomi Sumut triwulan I-2023 terhadap triwulan I-2022 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 4,87 persen. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,64 persen.
Sedangkan lapangan usaha yang memiliki peran penting terhadap perekonomian Sumut adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh sebesar 3,46 persen; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 5,56 persen; Industri Pengolahan sebesar 2,61 persen; dan Konstruksi sebesar 5,49 persen.
Disampaikan Hasan, ekonomi Sumut pada triwulan I-2023 terhadap triwulan IV-2022 mengalami kontraksi sebesar 0,45 persen. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang terjadi di beberapa komponen PDRB pengeluaran.
Komponen yang mengalami kontraksi yaitu Komponen PK-P sebesar 11,05 persen; Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 6,21 persen dan Komponen PMTB sebesar 1,01 persen. Sedangkan Komponen PK-LNPRT tumbuh sebesar 0,60 persen diikuti komponen PK-RT yang tumbuh sebesar 0,29 persen. Sementara Komponen Impor Barang Jasa yang merupakan komponen pengurang mengalami kontraksi sebesar 9,08 persen.
Untuk struktur PDRB Sumut menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan I-2023 tidak menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian Sumut masih didominasi oleh Komponen PK-RT sebesar 50,90 persen; Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 37,91 persen; Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 29,46 persen; Komponen PK-P sebesar 5,38 persen; Komponen Perubahan Inventori sebesar 1,97 persen; dan Komponen PK-LNPRT sebesar 0,86 persen.
“Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB memiliki peran sebesar 26,47 persen,” terang Hasan.
Dipaparkannya, ekonomi Sumut triwulan I-2023 dibanding triwulan I-2022 (y-on-y) tumbuh sebesar 4,87 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen PK-LNPRT yang tumbuh sebesar 7,46 persen; diikuti oleh Komponen PK-RT tumbuh sebesar 5,69 persen; Komponen PKP tumbuh sebesar 5,19 persen; Komponen PMTB tumbuh sebesar 3,37 persen dan Komponen Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 2,45 persen.
“Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa yang merupakan komponen pengurang dalam PDRB tumbuh sebesar sebesar 2,06 persen,” paparnya.
Secara spasial, struktur perekonomian Pulau Sumatera pada Triwulan I tahun 2023 didominasi oleh Provinsi Sumut sebesar 23,16 persen; Provinsi Riau dengan kontribusi sebesar 23,05 persen dan Provinsi Sumatera Selatan sebesar 13,89 persen.
Secara y-on-y, Provinsi Sumut tumbuh sebesar 4,87 persen, sedangkan Pulau Sumatera tumbuh sebesar 4,79 persen. Kepulauan Riau mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 6,51 persen; diikuti oleh Sumatera Selatan sebesar 5,11 persen; dan Jambi sebesar 5,00 persen.
(RZD)