Foto bersama usai melaksanakan diskusibIndependensi Media dan Demokrasi di Kota Medan (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Medan menggelar diskusi bertema 'Independensi Media dan Demokrasi' dalam rangka memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia di salah satu warung kopi di Jalan Sei Martebing Medan, Sabtu (6/5).
Dalam diskusi yang membedah peran media di era demokrasi dan tantangan pekerja pers di era digital ini, Dr Iskandar Zulkarnain, dari akademisi Fisip Universitas Sumatera Utara (USU) dan Pemimpin Redaksi Harian Mistar, Rika Suartiningsih, hadir sebagai pembicara.
Pada kesempatan itu, Iskandar, menyampaikan independensi media dan demokrasi saling terkait erat satu sama lain. Independensi media adalah kemampuan media untuk menjalankan tugasnya secara bebas, tanpa pengaruh dari pihak lain, termasuk pemerintah atau kepentingan politik tertentu.
"Dalam konteks Pemilu di Indonesia, independensi media sangat penting dalam menjaga keberlangsungan demokrasi yang sehat," ujar dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) di hadapan jurnalis, mahasiswa, dan aktivis.
Kata dia, media independen dapat memberikan informasi yang akurat dan berimbang tentang calon, partai politik, dan isu-isu yang berkaitan dengan Pemilu sehingga memungkinkan pemilih untuk membuat keputusan yang tepat.
Lebih dalam dia menjelaskan, independensi media masih menjadi masalah yang belum terselesaikan dengan baik. Beberapa media masih cenderung memihak pada pihak tertentu, terutama ketika ada kepentingan bisnis atau politik yang terlibat.
"Contoh kasus konkret di Indonesia terkait independensi media dan Pemilu adalah pada pemilihan presiden tahun 2019. Beberapa media dikritik karena memberitakan secara tendensius dan memihak pada salah satu calon," kata Iskandar.
Oleh sebab itu, tutur Iskandar, prinsip-prinsip jurnalistik secara filosofis sangat penting dalam menjaga independensi dan media demokrasi. Prinsip jurnalistik meliputi kebenaran, objektivitas, integritas, independensi dan akuntabilitas.
"Jadi supaya kita tidak dungu bagaimana? Ya literasinya ditingkatkan," tukasnya.
Rika Suartiningsih menambahkan media memang dituntut untuk merawat demokrasi, sebab salah satu fungsi media yakni sosial kontrol.
"Media punya fungsi untuk menyampaikan suara masyarakat yang benar bukan yang dibenar-benarkan," katanya.
Pesta demokrasi yang sebentar lagi akan tiba, lanjut Rika, dapat membuat media maupun jurnalis menjadi tidak independen.
"Banyak jadi partisan, apalagi ini menjelang pemilihan pemilu," tegasnya.
Rika menjelaskan dampak adanya media partisan ini membuat kepercayaan publik hilang. Belum lagi bermunculannya media abal-abal yang hanya berorientasi uang atau kepentingan, bukan kebenaran atau yang berpihak kepada masyarakat.
"Ada tantangan lain media saat ini yaitu begitu gampangnya membuat media massa ada puluhan ribu media yang tidak terverifikasi, media partisan, dampak dari ini hilanglah kepercayaan dari masyarakat," ungkapnya.
Carut marut kondisi yang mendera media semakin menjadi-jadi di era digital sekarang. Beberapa media menyadur mentah-mentah apa yang viral di media sosial.
"Bahkan berita viral-viral itu diambil dari media sosial, ada pelemahan pelaku-pelaku media mereka hanya mensadur mengambil dari media sosial gawat kan," katanya.
"Berikutnya adalah pemburu algoritma, yang penting banyak dibaca, buat judul suka-suka, judul yang seksi tapi apakah kebenarannya itu ada?" sambungnya.
Mirisnya, judul bombastis tidak sesuai dengan isi berita dan jelas mengabaikan etika jurnalistik.
"Di dalamnya tidak sesuai, ada yang menjadi budaknya algoritma,mengabaikan isi berita maka hilanglah independensi," ucapnya.
Pada akhirnya, Rika mengatakan masyarakat yang akan menyeleksi media mana yang berkualitas dan sebaliknya.
"Media yang seperti itu lama kelamaan akan ditinggalkan oleh audiensnya. Maka bertahanlah media yang menjaga independensi dan kebenarannya," tambah Rika.
(CSP)