AS Desak Mali Investigasi Independen Pembantaian di Moura

AS Desak Mali Investigasi Independen Pembantaian di Moura
Arsip foto - Tentara Mali berpatroli bersama tentara dari pasukan Takuba baru di dekat perbatasan Niger di Lingkaran Dansongo, Mali, 23 Agustus 2021 (ANTARA/REUTERS/Paul Lorgerie)

Analisadaily.com, New York - Amerika Serikat pada Senin (15/5) mendesak pemerintah transisi Mali untuk melakukan investigasi yang independen, tidak memihak, efisien, lengkap serta transparan untuk mengadili pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pembantaian ratusan warga Moura.

"AS sangat terkejut dengan pengabaian nyawa manusia yang ditunjukkan unsur-unsur dari Angkatan Bersenjata Mali yang bekerja sama dengan Wagner Group dukungan Kremlin, organisasi kejahatan internasional, selama beroperasi di Moura," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller, mengutip Antara, melansir Reuters, Selasa (16/5).

Tentara Mali dan kelompok yang diidentifikasi sebagai "orang kulit putih bersenjata" diyakini telah mengeksekusi sedikitnya 500 orang selama operasi lima hari di Desa Moura tahun lalu, menurut Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Urusan Hak Asasi Manusia.

Para tentara dan pria-pria kulit putih itu juga pada periode yang sama diyakini telah serta melakukan pelecehan seksual atau penyiksaan terhadap puluhan orang di desa di Mali tengah itu, kata kantor tersebut pada Jumat lalu (12/5).

Seif Magango, juru bicara regional Kantor PBB urusan Hak Asasi Manusia mengakui bahwa masih belum jelas pihak mana yang diidentifikasi sebagai orang-orang kulit putih tersebut.

Namun, negara-negara Barat sebelumnya memang sudah menyampaikan keprihatinan mereka terhadap aktivitas tentara bayaran Wagner Group asal Rusia tersebut di Mali sejak 2021, termasuk keterlibatan dalam operasi di Moura.

Mali, negara yang para pemimpinnya meraih kekuasaan melalui kudeta pada 2021, dan Rusia sebelumnya bersikeras bahwa pasukan Rusia di sana bukanlah tentara bayaran.

Mereka bersikukuh bahwa pasukan itu merupakan para pelatih yang membantu tentara setempat agar mampu menggunakan peralatan yang dibeli dari Rusia.

Maria Molodtsova, duta besar Rusia untuk PBB, mengatakan dalam sebuah pertemuan HAM PBB di Jenewa awal bulan ini bahwa mereka yang tewas di Moura adalah kelompok militan.

Sang dubes Rusia juga mengatakan bahwa operasi militer tersebut "berkontribusi terhadap perdamaian dan ketenangan."

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi