TPBIS Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam RPJMN 2020-2024

TPBIS Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam RPJMN 2020-2024
Foto bersama (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) adalah peningkatan peran dan fungsi perpustakaan melalui pelibatan masyarakat sebagai wahana belajar sepanjang hayat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pengguna perpustakaan.

"Program TPBIS adalah implementasi kebijakan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Negara (RPJMN) 2020-2024, yakni peningkatan sumber daya manusia (SDM) melalui penguatan budaya literasi dan kegiatan ini dilaksanakan perpustakaan nasional melibatkan pemerintah daerah untuk mengembangkan fungsi dan peran perpustakaan memberikan pelayanan sehingga meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan," jabar Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando saat menutup Bimbingan Teknis (Bimtek) Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi Komputer (SPP-TIK) Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial 2023 di Hotel Arabia, Banda Aceh, Rabu (17/5).

Menurutnya, metode yang digunakan dalam TPBIS yaitu peningkatan layanan informasi dengan penyelenggaraan Clcapacity building bagi pustakawan dan tenaga perpustakaan, sehingga perpustakaan desa dapat mendukung proses knowledge transfer.

Dalam capacity building, imbuhnya, SDM perpustakaan diberikan ilmu untuk melaksanakan advokasi kepada pihak-pihak yang berpotensi mendukung kegiatan perpustakaan dalam berbagai bentuk, baik material maupun nonmaterial.

Kemudian, SDM perpustakaan dibekali kemampuan dasar publikasi kegiatan TPBIS dari yang paling sederhana melalui media sosial (medsos) hingga media arus utama.

"Tujuan TPBIS ini secara umum terangkum dalam arah kebijakan Perpustakaan Nasional 2020-2024, yaitu, peningkatan budaya literasi melalui pemasyarakatan kegemaran membaca, penguatan konten literasi dan transformasi perpustakaan melalui peningkatan akses dan kualitas layanan berbasis inklusi sosial bagi terwujudnya masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif dan berkarakter. Secara spesifik, tujuan TPBIS terciptanya masyarakat sejahtera melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial," urainya.

Dikatakannya, TPBIS unsur pendukung prioritas pemerataan layanan pendidikan berkualitas. Oleh karena itu, perpustakaan memiliki peran strategis dan garda terdepan mendukung kegiatan prioritas penguatan literasi untuk kesejahteraan melalui kebijakan transformasi pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, yang berujung pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat melalui perpustakaan.

Syarif Bando menyampaikan, perpustakaan yang telah melaksanakan TPBIS dengan stimulan bersumber dari APBN melalui Perpustakaan Nasional RI hingga 2022 yaitu 33 perpustakaan provinsi, 296 perpustakaan kabupaten/kota dan 1.696 perpustakaan desa/kelurahan.

"Sampai Februari 2023, TPBIS telah direplikasi di 1.205 desa/kelurahan di 26 provinsi dengan sumber anggaran APBD dan/atau sumber lain. Tahun ini, 450 perpustakaan desa/kelurahan menjadi mitra baru TPBIS, beberapa mitra baru yang menjadi harapan baru juga bagi literasi Indonesia yaitu peserta bimtek," ungkapnya.

Bimtek SPP-TIK merupakan salah satu strategi TPBIS membekali pustakawan atau pengelola perpustakaan yang bertransformasi dengan materi capacity building. Menurut sensions, capacity building alat membantu pemerintah, komunitas dan individu-individu mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya dalam rangka pencapaian tujuan ditetapkan.

"Bimtek didesain untuk memperkuat kemampuan pengelola perpustakaan mengevaluasi pilihan kebijakan dan implementasi kebijakan secara efektif. Perpustakaan Nasional berharap, seluruh peserta menyerap ilmu yang diberikan, dan menerapkannya langsung dalam penyelenggaraan perpustakaan yang dikelola," harapnya.

Dia menyebut, TPBIS kebaruan yang dapat langsung terlihat dari implementasi paradigma perpustakaan terbaru, yaitu fokus kepada knowledge transfer.

"Perpustakaan dulu tercermin sebagai gudang buku yang senyap, kini didorong berkegiatan melibatkan masyarakat bahkan dengan pihak-pihak lain yang potensial mendorong peningkatan literasi masyarakat sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat," tambah Syarif Bando.

Dia mengakui, pelaksanaan TPBIS unik, yaitu setiap daerah di Indonesia memiliki tingkat kebutuhan literasi serta potensinya masing-masing. Maka perpustakaan desa sebagai wadah pembelajaran sepanjang hayat bagi masyarakat di lingkungan terkecil melaksanakan fungsinya sesuai kebutuhan dan potensi masyarakat.

Ada yang bergerak dengan mengajar baca tulis tambahan bagi siswa yang kesulitan belajar di sekolah, ada yang menyelenggarakan pelatihan komputer level dasar, ada pula yang menyelenggarakan pelatihan memanfaatkan sumber daya alam hingga dikemas secara baik dan siap jual.

"Setiap daerah yang unik menyebabkan kegiatan pelibatan masyarakat di perpustakaan yang bertransformasi pun unik mempunyai kekhasan sesuai ciri khas budaya lokal, selaras langkah masyarakat setempat menuju kemajuan," lanjutnya.

Pihaknya berharap, selama mengikuti kegiatan bimtek mampu menambah ilmu untuk meningkatkan kompetensi dan pada akhirnya menjadi bekal mengimplementasikan program TPBIS sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

"Selain itu, kami mohon masukan dari peserta terkait pelaksanaan bimtek untuk perbaikan penyelenggaraan di masa mendatang. Semoga karya dan peran aktif peserta menjadi motivasi dan informasi bagi pengelola perpustakaan lainnya untuk semangat berkarya dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan rasa bahagia dan suka cita demi bangsa dan negara. Tugas mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia bukan perkara perorangan atau satu instansi, melainkan seluruh lapisan. Kita semua bisa ambil peran mentransformasi perpustakaan menjadi hidup dan terang di tengah masyarakat untuk Indonesia yang lebih berdaya dan sejahtera," pungkasnya.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Banda Aceh, Edi Yandra, saat membuka kegiatan, Minggu (14/5) mengatakan, kegiatan terlaksana di 15 kabupaten/kota Aceh Besar, Bener Meriah, Aceh Tengah, Nagan Raya, Aceh Barat, Bireuen, Aceh Timur, Gayo Lues, Langsa, Aceh Utara, Lhokseumawe, Pidie Jaya, Pidie, Aceh Barat Daya, Subulussalam serta desa-desa di 15 kabupaten/kota tersebut.

Kegiatan ditutup pemberian hadiah kepada peserta yang dinilai paling aktif serta foto bersama.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi