Novak Djokovic (Sky Sports)
Analisadaily.com, Jakarta - Novak Djokovic menimbulkan kontroversi ketika menulis "Kosovo adalah jantung Serbia. Hentikan kekerasan" di depan kamera di French Open, Senin (29/5), saat ketegangan terjadi di Kosovo.
Superstar tenis kelahiran Beograd, Serbia, itu menulis pesan dalam bahasa Serbia setelah kemenangannya pada babak pertama atas Aleksandar Kovacevic di Roland Garros, Paris.
"Kosovo adalah tempat lahir kami, benteng kami, pusat dari hal terpenting bagi negara kami... Ada banyak alasan mengapa saya menulis itu di depan kamera," kata Djokovic, seperti disiarkan AFP, Selasa (30/5).
NATO, Senin, membubarkan pengunjuk rasa Serbia yang kembali bentrok dengan polisi di Kosovo utara. Para pengunjuk rasa menuntut pencopotan Wali Kota Albania yang baru terpilih di tengah ketegangan etnis di negara Balkan itu.
Sekitar 25 tentara dan lebih dari 50 demonstran terluka dalam bentrokan tersebut.
Warga Serbia di Kosovo telah memboikot pemilu bulan lalu di kota-kota utara, yang memungkinkan etnis Albania untuk mengambil kendali dewan lokal meskipun jumlah pemilih sangat kecil di bawah 3,5 persen.
Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti secara resmi melantik Wali Kota Albania pekan lalu, menentang seruan dari Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk meredakan ketegangan, yang sama-sama memperjuangkan kemerdekaan wilayah itu dari Serbia pada 2008.
"Saya bukan politisi dan saya tidak punya niat untuk terlibat dalam debat politik, itu adalah topik yang sangat sensitif," kata Djokovic.
"Tentu saja sangat menyakitkan saya sebagai orang Serbia melihat apa yang terjadi di Kosovo dan bagaimana orang-orang kami diusir dari kantor kota, jadi setidaknya yang bisa saya lakukan adalah ini."
"Sebagai figur publik, juga putra seorang pria yang lahir di Kosovo, saya merasakan tanggung jawab tambahan untuk mengungkapkan dukungan saya kepada rakyat kami dan Serbia secara keseluruhan."
"Saya tidak menyesal dan akan melakukannya lagi karena sikap saya jelas. Saya menentang perang, kekerasan, dan konflik dalam bentuk apa pun dan saya selalu menunjukkannya secara terbuka. Tentu saja saya bersimpati kepada semua orang, tetapi apa yang terjadi dengan Kosovo adalah preseden dalam hukum internasional," ujar Djokovic.
(RZD)