Nazira C Noer (Dokumentasi Pribadi)
Analisadaily.com, Medan - Nama Nazira C Noer tak lagi asing bagi industri film di Tanah Air, aktris yang juga founder Publisis Film bernama Poplicist ini menemui jalan sunyinya untuk menggeluti pekerjaannya sebagai publisis film.
Lalu kenapa tiba-tiba aktris yang akrab disapa Bubu ini jadi publisis film? “Awalnya tuh dari umur 20-an, tepatnya di usia 27 tahun, aku tuh merasa, wah jadi publisis itu bisnis keren ya, mempresentasikan sesuatu dimana di dalam industri ini adalah film as a brand,” katanya dalam bincang bersama Emira P. Pattiradjawane, yang juga berprofesi sebagai publisis film, tayang dalam program Dua Sineas, di kanal YouTube Festival Film Indonesia.
Namun mimpi usia 20 tahun itu terlupa, karena akhirnya seiring waktu setelah menamatkan kuliahnya di IKJ, ibu tiga anak ini sempat bekerja di industry F&B, hospitality, bahkan di corporate. “Jadi mimpi itu kelupaan, padahal aku lulus dari IKJ tuh di jurusan film penyutradaraan. Jadi nggak ada hubungannya sama publikasi dan marketing film sama sekali,” imbuh putri sulung dari pasangan sutradara Arifin C. Noer dan aktris Jajang C. Noer ini,
Seraya perjalanan waktu ketika dia berada di dunia coorporate selama 3 tahun, Bubu lantas tiba-tiba merasa ‘begah’. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk resign dari pekerjaannya di coorporate. “Dan nggak tahu kenapa, saat itu bawaannya tuh kayak pingin ada panggilan diri untuk mencoba publisis,” akunya.
Panggilan itu juga yang membawanya sampai menghubungi dan mengirimkan pesan via WhatsApp kepada Sineas Mira Lesmana, juga menghubungi Sineas Joko Anwar. “Aku ngajakin ketemuan, dan bilang aku mau jadi publisis, dan juga Bang Joko Anwar, meskipun kita dekat, tapi gak bisa bawa aku gitu aja kan, aku tetap cari jalanku sendiri,” ungkap Bubu.
Tahun 2016, untuk pertama kali jalan itu terbuka, adalah Mira Lesmana menghubungi Bubu via WhatsApp, dan bertanya soal kesungguhannya ingin menjadi publisis, lalu Film Athirah adalah film pertama yang menjadi jalan Bubu menjadi publisis.
"Dengan tidak ada text book atau apapun, itu benar-benar belajar otodidak. Cuman kalau kita sudah mendapatkan guru yang terbaik ya, jadi ya otomatis langsung belajar sambil jalan gitu," sahut Bubu.
Jalan semakin terbuka, setelah film Athirah, kemudian pada 2017 dia menangani film Posesif, lalu ada film Galih dan Ratna. “Saat itu mikirnya setiap 6 bulan sekali ada satu film yang harus ditangani, tapi pas bulan depannya, malah sudah masuk 3 film,” tambahnya.
Memang saat itu dia hanya berjalan bertiga sama rekannya, dan kala itu juga bendera POPLICIST Publicist belum ada. Justru kata Bubu, nama POPLICIST Publicist sendiri muncul saat dia menggarap film 'Aruna dan Lidahnya' pada tahun 2018.
"Dan Alhamdulillah sejak itu ada 12 film per tahunnya untuk ditanganai POPLICIST Publicist," sebutnya seraya tersenyum.
Proses untuk berprofesi di bidang publisis film Indonesia bukanlah jalan yang mulus sebut Bubu, buktinya saat menggarap film Athira pada tahun 2016, dia sempat mengalami sakit tipus, bahkan sempat dirawat di rumah sakit kala itu.
Serunya bekerja di bidang publisis film menurut Bubu salah satunya adalah meluasnya jaringan, ditambah lagi menjadi sebuah kepuasan tersendiri ketika klien merasa puas dengan hasil kerja yang didapatkan.
“Profesi ini sendiri adalah mereka yang bertanggung jawab mengkomunikasikan pesan film sebagai sebuah brand secara relevan dan efektif kepada publik. Sederhananya peran publisis ini adalah mengkomunikasikan pesan film itu yang secara teknis banyak turunannya, seperti menghandle sosial media, sponsorshif, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Benang merahnya adalah komunikasi, namun ditegaskan Bubu, Publisis adalah bagian dari Marketing Film tapi bukan satu-satunya marketing, ia menjadi pihak komunikator untuk seluruh aspek yang berkaitan dengan publisis film.
Termasuk mendampingi aktris dan aktor tatkala menjalani press conference dengan awak media, Bubu harus sigap menjadi jembatan komunikasi untuk kedua belah pihak. Salah satunya ketika launching film Sri Asih ke Kota Medan beberapa waktu lalu, Bubu hadir mendampingi aktor Reza Rahadian dalam sesi wawancara dengan awak media saat itu.
Sisi lain Bubu juga menjabat sebagai Humas Acara di FFI, dan di sini dia bertugas untuk menangani empat acara yang diselenggarakan FFI yakni launching (peluncuran) FFI, malam nominasi, press conference, dan malam anugerah. Dalam artian sudah menjadi tugas Bubu untuk menyuarakan empat acara tersebut secara efektif kepada publik, lewat media, sosmed dan juga platform-platform lainnya.
"Kedepannya aku berharap publisis baru semakin bertumbuh dan berkembang, aku juga ingin asosiasi publisis segera lahir di Indonesia, apalagi sekarang sudah banyak PH dan produser yang memahami bahwa publisis itu bukan hal yang bisa digampangin," pungkas Bubu.
Berita kiriman dari: Adelina Savitri Lubis