Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres saat konferensi tingkat tinggi PBB untuk para kepala badan antiterorisme dari negara-negara anggota (Xinhua)
Analisadaily.com, PBB - Masyarakat internasional harus fokus pada pencegahan sebagai pendekatan paling efektif untuk mengakhiri ancaman terorisme global, kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (19/6).
"Pencegahan berarti lebih dari sekadar menggagalkan serangan dan menginterupsi rencana," katanya dalam konferensi tingkat tinggi PBB untuk para kepala badan antiterorisme dari negara-negara anggota, seperti dilansir dari Antara, mengutip Xinhua.
Itu berarti mengatasi kondisi mendasar yang dapat mengarah pada terorisme, seperti kemiskinan, diskriminasi, ketidakpuasan, infrastruktur dan institusi yang lemah, serta pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia (HAM), kata Guterres.
Pencegahan juga berarti inklusi dan "menempatkan HAM dan supremasi hukum sebagai inti dari semua yang kita lakukan," imbuhnya.
Sekjen PBB tersebut juga menguraikan area-area fokus lainnya untuk meningkatkan upaya antiterorisme, termasuk kurangnya dana.
PBB menghadapi krisis pendanaan yang semakin memburuk, dengan adanya kasus di mana biaya keanggotaan PBB berdasarkan penilaian (assessed contributions) tidak dibayarkan, katanya. "Kekurangan ini akan memiliki implikasi serius, baik bagi upaya penjagaan perdamaian kami maupun bagi Kantor Penanggulangan Terorisme PBB."
Dia meminta semua negara anggota untuk memenuhi komitmen pendanaan mereka dan memastikan bahwa "kami memiliki sumber daya untuk membantu menghadapi tantangan bersama ini."
Terorisme memengaruhi setiap kawasan, dan berkembang dalam krisis kompleks yang melanda dunia, tutur Guterres.
"Saat berbicara soal memerangi terorisme, kita harus berdiri sebagai satu kesatuan untuk melawan ancaman global ini," katanya.
"Atas nama semua orang yang telah menderita dan masih terus menderita, dan atas nama semua korban dan para penyintas, mari tingkatkan upaya kita untuk menciptakan masa depan tanpa terorisme." demikian Guterres.
(RZD)