Jejak Sejarah Kerkhof di Tebingtinggi Diduga Sengaja Dipunahkan (Analisadaily/Chaidir Chandra)
Analisadaily.com, Tebingtinggi - Yayasan Zuriat Negeri Padang melakukan peninjauan dan peliputan tentang keadaan Kerkhof berlokasi di Jalan Cemara, Kelurahan Rambung, Kecamatan Tebingtinggi Kota, Kota Tebingtinggi.
Yayasan Zuriat Negeri Padang merupakan lembaga yang berkegiatan dalam pelestarian dan penyelamatan warisan budaya di Kota Tebingtinggi dan sekitarnya (Eks Wilayah Kerajaan Negeri Padang).
Dalam peninjauan, peliput terkejut. Awalnya lokasi Kerkhof itu dulunya kawasan tanah kosong, kini padat dan sempit karena dijadikan lokasi pemakaman bagi umat Kristiani. Tim yang dibentuk Yayasan Zuriat Negeri Padang hampir tidak menemukan lagi makam orang-orang Eropa yang ada di Kerkhof Tebingtinggi.
Datuk Rizki, selaku pengurus Yayasan mengakui areal Kerkhof ini pada awalnya memang dipersiapkan Pemerintah Kolonial Belanda sebagai pemakaman orang-orang Eropa yang beragama Kristen. Kerkhof berada di Kelurahan Rambung, sebagai bagian wilayah Gemeente masa itu.
“Mustahil kali kalau cuma dua makam Belanda di sini. Saat masih sekolah di Taman Siswa, dari dinding lokal masih menyaksikan banyak makam kuno bertuliskan bahasa asing dari balik dinding yang berbatasan langsung dengan Kerkhof ini. Warga sekitar juga menjelaskan, makam-makam Belanda yang tidak diziarahi lagi dan digantikan dengan makam-makam baru,” kata Rizki, Kamis (13/7).
Ridwan warga asli di Jalan Cemara yang juga tokoh masyarakat mengatakan, dahulu memang ada makam-makam orang Belanda yang berkubur di sini. Kemungkinan karena kurangnya lahan perkuburan yang disediakan Pemerintah. Khususnya, untuk ummat Kristiani. Maka, banyak makam-makam Belanda yang sudah tidak di ziarahi lagi. Kemudian, dibongkar dan digantikan dengan makam baru.
Pengurus yayasan sangat prihatin dengan kondisi Kerkhof Tebingtinggi saat ini. Dari padatnya pemakaman, hanya tersisa 2 makam yang dapat dipastikan sebagai makam orang Belanda. Dengan tahun pemakaman 1918 dan 1919.
Rizki menambahkan, Kerkhof ini salah satu dari sekian banyak jejak kolonial yang ada di Tebingtinggi. Jika membandingkan dengan daerah lain, seperti Kerkhof Peocut di Banda Aceh, kondisinya sangat terjaga. Sehingga selain bisa dijadikan objek studi sejarah, komplek Kerkhof peucut itu juga menjadi kunjungan wisata di Banda Aceh.
Sedang untuk komplek Kerkhof tertua di Indonesia berada di Komplek Moseum Prasasti Jakarta, yaitu Kerkhof Laan. Dan masih banyak komplek Kerkhof di Indonesia ini yang masih terjaga dan dilestarikan, baik oleh pemerintah setempat maupun swasta.
M Zuhri selaku masyarakat menyampaikan sudah saatnya dinas terkait seperti Bidang Kebudayaan Tebingtinggi untuk mulai membuka wawasannya dengan melakukan pendataan-pendataan terkait peninggalan-peninggalan jejak-jejak sejarah.
“Jika masih seperti ini pola kerja Bidang Kebudayaan Tebingtinggi, satu persatu peninggalan di kota ini akan hilang akibat dari pembiaran. Anak cucu kita tak bisa lagi menyaksikan secara faktual, akan sejarah kotanya sendiri,” sebutnya.
Kebudayaan bukan hanya soal tari-tarian, banyak hal yang bisa digali dari budaya itu. Jika kurang paham, ia rasa Yayasan Zuriat Negeri Padang tidak keberatan memberikan masukan dan informasi. Kepada Pemkab Tebingtinggi selaku OPD yang diduga menangani masalah perkuburan di kota ini.
Kedepannya, kiranya disarankan melakukan koordinasi lintas OPD dan juga kepada lembaga-lembaga yang berkompeten dalam hal sejarah dan budaya, seperti Yayasan Zuriat Negeri Padang.
(CHA/RZD)