Tolak Pembangunan Underpass Juanda, Pekerja Dalitan Coffee Unjuk Rasa

Tolak Pembangunan Underpass Juanda, Pekerja Dalitan Coffee Unjuk Rasa
Aksi unjuk rasa damai pegawai Delitan Coffe di depan Kantor Camat Medan Maimun, Selasa (18/7) (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Puluhan pekerja Dalitan Coffee di Jalan Juanda, Kota Medan menggelar unjuk rasa di Kantor Camat Medan Maimun, di Jalan Melati, Kota Medan, Selasa (18/7).

Aksi unjuk rasa berlangsung damai ini, menolak rencana pembangunan Underpass, dengan titik pembangunan pada Jalan Juanda Medan setelah Jembatan Sungai Deli Medan menuju Jalan Sisingamangaraja Medan dan melewati Jalan Brigjend Katamso Medan.

Pembangunan rencana Underpass ini, akan dilakukan Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Massa menilai akan memberikan dampak buruk bagi pelaku usaha di sekitar jalan Juanda seperti akan dialami Dalitan Coffee, akan tutup dan pekerjaan harus di PHK.

Aksi unjuk rasa ini, dipimpin oleh Kuasa Hukum dari Ir. Hj. Masra Chairani Dalimunthe pemilik Dalitan Coffee, H. Refman Basri, SH, MBA. Dengan membentang spanduk besar bertuliskan 'Sudah Ada Saluran MUDP di Bawah di Jalan Juanda Medan. Maka Underpass Jalan Juanda Medan Wajib Ditolak Karena Kolaborasi Akan Menghancurkan Usaha Di Sepanjang Jalan Juanda Medan. Walaupun Harus Pelebaran Maka Kiri dan Kanan Harus Sama Ya'.

Tidak lama menggelar aksi tersebut, massa langsung dijumpai oleh Lurah Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun, Darma. Dirinya mengatakan apa menjadi tuntutan massa akan disampaikan kepada pimpinan di Kecamatan maupun Pemko Medan.

"Nanti akan kita sampaikan," katanya.

Darma mengungkapkan Pemko Medan akan menggelar rapat membahas terkait dengan underpass tersebut, dengan melibatkan tenaga ahli dan tenaga teknis. Ia mengajak Refman Basri selaku kuasa hukum, untuk menyampaikan tuntutan dalam rapat tersebut.

"Diadakan pertemuan nanti sama-sama aja di situ disampaikan pak, apa tanggapan dari tim-tim teknis dan tim ahli yang menangani masalah pembangunan. Mungkin itu saja, tapi itu baru akan mau dibangun. Memang kabarnya pak ya, kalau kita ketahui sebagai begitu," ungkapnya.

Sementara itu, Kuasa Hukum dari Ir. Hj. Masra Chairani Dalimunthe pemilik Dalitan Coffee, H. Refman Basri menjelaskan bahwa aksi unjuk rasa damai ini, menuntut keadilan dengan Pemko Medan dan Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution.

Refman mengungkap jangan sampai underpass mengurangi kemacetan, tapi membuat hancur usaha masyarakat. Hal itu, dia mencontohkan pembangunan Underpass Titi Kuning di Jalan AH Nasution, Kota Medan. Banyak usaha dan tokoh-tokoh jadi tutup. Kemudian, di jalan tersebut, tetap saja terjadi kemacetan.

"Kolaborasi menghancurkan usaha kecil masyarakat di sepanjang jalan. Ya kita lihat juga underpass Titi Kuning juga itu. Tidak menghindari Kemacetan, malah tambah macet sampai di atas macet Titi Kuning," ungkapnya.

Refman menjelaskan Pemko Medan harus melakukan kajian ulang untuk mengurai kecamatan di Jalan Juanda, Medan. Ia menilai tidak meski untuk mengurangi kemacetan dengan membangun underpass, bisa dilakukan rekayasa jalan dengan menerapkan satu arah.

Sehingga tidak perlu mengeluarkan uang puluhan miliar untuk membangun underpass tersebut, yang harus dilakukan Pemko Medan, hanya untuk mengurangi kemacetan di jalan tersebut.

"Jadi, bukan jadi yang yang perlu kita lihat di sumber kemacetan. Jangan gara-gara orang orang lancar, kita jadi apa hancur kan gitu. Usaha usaha kecil semua di sana dan rata-rata itu adalah pribumi," jelasnya.

Refman sangat menyayangi pembangunan Underpass itu, hanya terkena pelebaran sebelah kiri dari Jalan Juanda menuju persimpangan Brigjen Katamso. Sedangkan bagian kanan alah sebalik tidak terkena pelebaran. Hal ini, pembangunan tidak menciptakan keadilan.

"Kenapa pelebaran jalan sebelah kiri saja, sebelah kanan nggak, ada apa atau ada apa ini atau apa ada hotel itu, hotel tuh ya kan? Itu pendapat saya pak pendapat saya bahwa pelebaran itu harusnya kiri kanan," ujarnya.

Dengan itu, Refman mengaku merasa terzolimi, karena usaha-usaha kecil yang menjadi korban pembangunan tersebut. Sedangkan, pengusaha besar seperti ada hotel hingga mall perlengkapan rumah tangga, tidak terkena imbas pembangunan Underpass tersebut.

"Nah pengukuran dilakukan selama ini, gak pernah sebelah kiri aja lah. Kan enggak ini, teknis. Saya akan pertanyakan nanti ilmu apa yang dipakainya, melebarkan jalan itu sama harusnya kan kiri dan kanan sama, ini tidak," ucapnya.

Refman mengkritik soal pembangunan patung di bundaran Jalan Juanda. Yang dinilai akan membuat macet di sekitar jalan tersebut.

"Nah harusnya jalan Juanda itu lebarkan. enggak perlu apa patung patung itu depan mesti ada patung," katanya.

Demi menyelamatkan 20 pekerja Dalitan Coffee. Refman mengungkap akan terus berjuang menuntut keadilan. Ia mendukung pembangunan di Kota Medan. Tapi, jangan usaha masyarakat jadi hancur.

"Kita harus perjuangkan dan saya kalau tidak dan tetap dilakukan. Saya akan gugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara," tuturnya.

Refman menuntut keadilan tersebut, pihaknya sudah menyurati Wali Kota Medan, Bobby Nasution, Presiden RI, Joko Widodo, DPR RI, Ombudsman untuk menolak pembangunan Underpass itu. Tapi, tidak mendapatkan respon baik.

"Enggak pernah ditanggapi soal saya. Mungkin ada kesibukan lain beliau, tapi kan saya merasa tidak dihiraukan gitu ya ya sudah. Saya tetap menolak dan akan terus berjuang," tambahnya.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi