Peneliti: Kebiasaan Ngupil Berisiko Lebih Besar Tertular COVID-19

Peneliti: Kebiasaan Ngupil Berisiko Lebih Besar Tertular COVID-19
Peneliti: Kebiasaan Ngupil Berisiko Lebih Besar Tertular COVID-19 (detikcom)

Analisadaily.com, Jakarta - Mengupil atau dikenal rhinotillexis, telah dianggap sebagai kebiasaan yang buruk. Selain tak sopan, mengupil juga kerap dihubungkan dengan kondisi kesehatan, salah satunya disebut lebih berisiko tertular COVID-19.

Hubungan antara kebiasaan mengupil dengan COVID-19 ini didapat setelah peneliti dari Vrije Universiteit Amsterdam di Belanda melakukan studi terhadap petugas kesehatan yang berisiko lebih besar tertular virus SARS-CoV-2.

Studi tersebut juga mengamati bagaimana faktor-faktor seperti mengupil atau memakai kacamata dapat memengaruhi risiko itu.

Melansir dari detikcom yang mengutip dari Science Alert, Senin (7/8/2023), dalam studi ini, peneliti meminta sebanyak 219 profesional kesehatan menyelesaikan survei penelitian. Hasil survei menunjukkan mereka yang mengaku mengupil lebih mungkin berisiko tertular atau terinfeksi COVID-19 selama enam bulan.

Tingkat infeksi COVID yang ditimbulkan adalah 17 persen ketika kebiasaan mengorek hidung dilakukan jika dibandingkan dengan 5,9 persen dengan yang tidak melakukan.

Meski begitu, hasil studi ini tidak membuktikan bahwa mengupil menyebabkan infeksi. Itu hanya menyoroti hubungan kecil. Namun, para peneliti berpendapat bahwa tindakan mengorek hidung dapat memindahkan virus yang tidak sehat ke mukosa (atau selaput lunak) di dalam hidung.

"Dapat dihipotesiskan bahwa sering mengupil di lingkungan dengan tingkat sirkulasi virus yang tinggi memungkinkan transfer virus ke mukosa hidung atau mulut," tulis para peneliti dalam makalah mereka.

Kebiasaan ini menurut peneliti juga dapat menyebabkan orang lain tertular virus. Itu terjadi saat mereka menyentuh permukaan benda lalu tanpa sengaja mengupil dan memindahkan virus tersebut ke hidung yang kemudian menginfeksi orang tersebut.

Meskipun studi ini hanya didasarkan pada pelaporan mandiri dan akan membutuhkan lebih banyak eksperimen terkontrol untuk mendukungnya, hal tersebut memperluas pemikiran kita tentang bagaimana COVID-19 dapat menular, terutama di lingkungan perawatan kesehatan. Infeksi SARS-CoV-2 belum sepenuhnya hilang.

Bagi banyak orang, gejalanya dapat bertahan selama beberapa bulan atau lebih, sehingga para ilmuwan masih tertarik untuk mempelajari bagaimana COVID-19 menyebar.

"Mengupil belum pernah dilaporkan sebelumnya sebagai faktor risiko tertular SARS-CoV-2. Temuan ini menyoroti pentingnya rongga hidung sebagai tempat transit utama untuk SARS-CoV-2," tambah para peneliti.

Adapun yang menunjukkan hubungan kebiasaan mengupil dan risiko tertular COVID-19 ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi