Analisadaily.com, Medan - Pasang air laut membuat warga di Jalan Young Panah Hijau, Gang Bali, Lingkungan IV, Kelurahan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, diambang kecemasan. Tidak hanya khawatir akan berdampak buruk pada fisik tempat tinggal, tetapi juga memiliki efek negatif bagi kondisi kesehatan.
Salah seorang warga, Juliati, menceritakan perbedaan yang sebelum-sebelumnya dengan sekarang ketika terjadi pasang air laut. Kata dia, dulu daratan masih ada, airnya tidak sampai masuk ke rumah, jalan tidak tergenang seperti saat ini.
“Sejak empat tahun terakhir ini, airnya terus bertambah. Dulu nggak kayak gini parahnya,” tutur perempuan berusia 46 tahun itu disaat air laut menutupi lantai rumahnya, Kamis (31/8).
Dia meyakini, penimbunan di wilayah Belawan membuat air laut yang ada di sana beralih ke Gang Bali. Kendati begitu, Juliati sudah melakukan berbagai upaya, termasuk dengan menaikkan tanah ke rumahnya agar air tidak masuk, tetapi tak kunjung teratasi.
Keadaan itu kemudian hari memiliki dampak buruk, tidak hanya rumahnya yang mengalami kerusakan, tetapi juga pada kesehatan Juliati. Dia menjelaskan, dampak paling buruk, yaitu berdagang payah, nggak bisa ke mana-mana karena rumah terus teredam, memasak susah, semen rumah retak-retak, barang elektronik juga rusak.
“Bila kita tidak waspada, peralatan rumah tangga bisa terbawa air, belum lagi sampah plastik terbawa ke sini. Lalu bagian tangan, kaki saya gatal-gatal, sudah setahun seperti ini. Sudah berobat ke dokter, tapi belum sembuh. Teman saya juga ada yang kena gatal-gatal, sampai luka-luka,” ucap Juliati sambil menusuk-nusuk sate untuk dijual.
Sampai saat ini, Pemerintah belum memberikan perhatian yang lebih serius untuk memberikan solusi jangka panjang terhadap pemukiman warga yang terdampak pasang air laut di Jalan Young Panah Hijau, Medan Marelan. Juliati meminta, benteng yang sebelumnya rusak supaya dibangun lagi, karena itu sangat bermanfaat untuk menahan air.
“Dulu di sini ada bendungan, tapi pecah sehingga air pasang masuk ke sini, karena kami yang paling pinggir, kami lah yang paling parah. Saya berharap pada Pemerintah, perhatikanlah kami rakyat-rakyat yang susah ini,” tambah Juliati, yang sudah bermukim selama 15 tahun di Gang Bali.