Stiven Wijaya (tengah) (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Stiven Wijaya lahir dalam sebuah keluarga sederhana dengan harapan-harapan yang besar. Dari kecil, dia tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta dan dididik untuk menghargai pendidikan. Meskipun terbatas secara finansial, Stiven selalu bersemangat untuk belajar, memiliki impian besar untuk mencapai kesuksesan dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dengan tekad yang kuat, Stiven mampu menyelesaikan pendidikan tingkat menengah atas dan melanjutkan studinya di San Jose State University di Amerika Serikat. Di sana, dia belajar keras dan menghadapi berbagai rintangan yang menguji ketangguhannya. Namun, semua usaha dan perjuangannya terbayar ketika dia lulus dengan gelar sarjana dan mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan terbesar di dunia, WYSE TECH, San Jose di bidang thin-client computing.
Kebahagiaan Stiven hanya bertahan sekejap karena mendapat kabar bahwa ayahnya yang tercinta jatuh sakit parah. Stiven dengan cepat mengambil keputusan berani untuk meninggalkan karir cemerlangnya dan kembali ke Indonesia demi merawat orang tuanya yang sedang berjuang dengan penyakitnya. Meskipun dia meninggalkan segalanya di belakang, Stiven tahu bahwa keluarga adalah prioritas utama dalam hidupnya.
"Bagi saya keluarga adalah segalanya," katanya, Rabu (6/9).
Tahun-tahun berlalu, Stiven merawat ayahnya dengan penuh kasih sayang. Namun, dalam perjalanan itu, nasib takdir berkata lain. Stiven sendiri jatuh sakit karena terkena Demam Berdarah. Kondisinya memburuk dengan cepat, dan nyawanya pun terancam. Di saat-saat yang kritis itu, Stiven berlutut dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Saya sempat sakit dengan kondisi yang sangat buruk," ucapnya.
Dengan penuh keyakinan dan tekad yang kuat, Stiven berdoa agar diberikan kesempatan untuk hidup kembali. Ia berjanji bahwa jika diberi kesempatan, ia akan menggunakan hidupnya untuk memberikan kontribusi dan perubahan positif bagi masyarakat sekitar.
"Dan Tuhan mengabulkan doa saya dan sembuh dari penyakit yang saya hampir merenggut nyawa saya dan saya merasa bahwa hidup saya diberikan kembali dengan tujuan yang jelas," ungkapnya.
Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Stiven berusaha mewujudkan janjinya untuk membuka sekolah formal yang bernama Stanford. Dia menghadapi berbagai tantangan, masa sulit, dan cobaan, termasuk saat dia hampir bangkrut ketika mencoba membuka sebuah sekolah formal.
Bahkan, dia hanya memiliki Rp 50.000 tersisa di kantongnya. Namun, prinsipnya untuk tidak menyerah dan keyakinannya yang teguh membawa dia melewati masa-masa sulit tersebut.
Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Stiven mulai membangun kembali dirinya dan proyek sekolahnya. Dia bekerja tanpa lelah, mencari dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mewujudkan mimpinya. Dalam perjalanan ini, Stiven menemukan inspirasi dan semangat dari kisah hidupnya sendiri.
Akhirnya, setelah melewati banyak perjuangan dan tantangan, Stiven berhasil membangun sebuah sekolah yang ia beri nama Carnegie School. Sekolah ini bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga sebagai wadah bagi generasi muda untuk memperoleh pendidikan berkualitas yang menitik beratkan kepada Pendidikan budi pekerti, moralitas, serta tanpa memandang latar belakang suku, agama, Ras dan Antar Golongan.
"Saya menunjukkan kepada para siswa bahwa dengan tekad dan semangat pantang menyerah, mereka juga dapat meraih mimpi mereka, meski dihadapkan pada keterbatasan dan tantangan," tandasnya.
Stiven selalu memberikan perhatian dan bimbingan kepada para siswa dengan penuh kasih sayang, menginspirasi mereka untuk meraih impian dan mencapai kesuksesan. Stiven tidak hanya memberikan kontribusi bagi masa depan generasi muda, tetapi juga membuka pintu-pintu harapan bagi masyarakat sekitar.
Stiven telah memberikan kontribusi yang berharga dan positif bagi masyarakat melalui sekolah Carnegie, memberikan pendidikan dan harapan bagi anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan. Dia adalah bukti nyata bahwa satu orang dengan tekad dan tujuan yang kuat dapat membuat perubahan yang besar dalam dunia ini.
Kisah hidup Stiven Wijaya mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi cobaan hidup. Jika kita tetap teguh pada nilai-nilai kita dan memiliki keyakinan dan tekad yang kuat, kepercayaan kepada Tuhan, keserderhanaan, keberanian, dan semangat untuk berbuat baik, kita dapat menciptakan perubahan yang positif kepada masyarakat sekitarnya, bahkan dari situasi yang paling sulit sekalipun.
(JW/CSP)