Prof.Dr.dr. Ridha Dharmajaya, Sp BS (K) bersama peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Mulia, Senin (11/9) (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Ridha Dharmajaya, mengajak puluhan siswa SMK Kejuruan Mulia persiapkan diri sambut bonus demografi.
Di tengah tingginya angka usia produktif (15-64 tahun) yang berkisar 70 persen dari jumlah penduduk, Indonesia berpotensi menjadi negara lima besar di dunia jika menghasilkan generasi yang berkualitas. Selain Indonesia, India juga merupakan negara yang memiliki penduduk produktif.
Untuk itu, dia mengajak generasi muda terkhusus siswa didik Sekolah Menengah Kejuruan Mulia untuk memanfaatkan kesempatan tersebut.
"Saat ini hanya dua negara yang mengalami situasi bonus demografi di dunia, yakni Indonesia dan India. Sedangkan negara lainnya lebih banyak penduduknya yang berusia lanjut," ucapnya saat menyampaikan materi Gadget Sehat di SMK Kejuruan Mulia, Jalan Tanjung Sari, Medan, Senin (11/9).
Namun, ada satu ancaman yang harus diwaspadai oleh generasi muda agar bonus demografi tak menjadi bencana. Yakni saraf leher kejepit yang disebabkan posisi penggunaan gadget yang salah.
"Penggunaan gadget yang salah bisa menyebabkan saraf leher kejepit. Dan ini diawali dengan sakit di pundak, kepala pusing, tangan kesemutan, pegel, dan pundak berat," ujarnya.
Gejala awal ini, sambung Ridha, biasanya dirasakan usia 50 an ke atas. Tapi saat ini kondisi tersebut juga sering dialami generasi muda akibat penggunaan gadget yang salah.
"Jika ini berlanjut maka akan menjadi sangat mengerikan karena menjadi penyebab kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang, buang air besar dan kecil tak terasa atau loss, dan lainnya. Tentu tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang mengembalikan yang akhirnya berujung kelumpuhan dan tak menutup kemungkinan berujung kematian," katanya.
Jika hal itu terjadi maka Indonesia justru akan memanen orang-orang cacat. Bonus demografi yang harusnya bisa menjadikan negara Indonesia maju dan berkembang tapi berubah jadi bencana. Untuk itulah Prof Ridha mengajak para siswa sidik untuk lebih bijak menggunakan gadgetnya.
Belum lagi, hadirnya persaingan yang semakin tinggi. Orang asing bisa masuk dan banyak hal mulai dikerjakan oleh mesin. Sehingga pekerjaan akan semakin sulit didapat.
"Untuk itu adik-adik harus mempersiapkan diri sejak saat ini. Karena adik-adik nanti tidak lagi bersaing dengan manusia saja tapi juga mesin. Untuk itu mari kita lahirkan generasi-generasi muda berkualitas," ajaknya.
(JW/CSP)