Hadiri Festival Uttara Dhikara SMK Telkomsel, Prof Ridha Ingatkan Bahaya Penggunaan Gadget yang Salah (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) kembali mengingatkan akan bahaya penggunaan gadget yang salah secara fisik. Hal itu disampaikannya saat menghadiri acara festival Festival Uttara Dhikara, SMK Telkom 1 Medan, di Kawasan Jalan Jamin Ginting, Kamis (5/10).
"Gerakan gadget sehat ini didasari dari keprihatinan. Di mana pada 2022 kita temukan banyak kasus saraf kejepit di leher yang dialami anak SMA, SMP bahkan SD. Padahal penyakit ini biasanya dialami oleh orang tua usia 50 hingga 60 tahun. Tapi sekarang sudah mulai dialami oleh para remaja bahkan anak-anak," ujar pria yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis bedah syaraf itu.
Gejalanya itu biasanya diawali dengan pundak berat, kepala sering pusing, tangan kesemutan dan bangun tidur kurang segar. Kondisi itu sering diabaikan. Padahal bilang Prof Ridha hal itu akan berdampak fatal jika terus berlangsung yang berujung kelumpuhan secara permanen.
"Jika dibiarkan yang terjadi adalah kematian saraf. Jika sudah begini maka yang terjadi kelumpuhan pada tangan dan kaki, seksualitas tak berfungsi terkhusus kaum pria dan juga buang air kecil dan besar tak lagi terasa atau loss. Jika begini kondisinya maka tak ada obat yang menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan," tutur Prof Ridha.
Adapun penyebabnya adalah penggunaan gadget yang salah. Di mana terjadi tekukan pada leher saat memakai gadget yang menimbulkan beban berat.
"Jika tekukan lehernya semakin rendah maka semakin besar beban yang ditanggungnya. Kondisi ini tidak hanya berlangsung hitungan menit tapi juga hitungan jam. Bahkan berlangsung selama berhari, bulan, hingga tahunan dan menjadi penyebab kerusakan pada saraf tulang leher tadi," terangnya.
Tentu saja kondisi ini menjadi perhatian GGSI sebagai upaya mereka melahirkan generasi emas dalam menyambut bonus demografi.
"Indonesia saat ini dalam posisi bonus demografi di mana jumlah usia produktifnya jauh lebih tinggi dari non produktif atau berkisar 75 persen dari 200 juta lebih penduduk. Jika banyak generasi yang besar dalam kondisi lumpuh akibat penggunaan gadget yang salah, tentu saja ini justru akan menjadi bencana demografi," katanya.
Untuk itu dirinya mengingatkan kepada para siswa didik yang hadir agar lebih bijak menggunakan gadget agar harapan melahirkan generasi emas yang pintar, sehat dan berahlak mulia bisa tercapai.
"10 tahun ke depan persaingan akan semakin besar, bukan hanya dari negeri sendiri tapi juga negara luar. Begitu juga banyak tugas manusia yang mulai tergantikan mesin. Untuk itu, pintar dan sehat apalagi berahlakul karimah bukanlah pilihan tapi kewajiban dalam menghadapi persaingan yang semakin besar ke depannya," ucap Prof Ridha.
Kegiatan festival SMK Telkom kali ini sedikit berbeda dengan tema Uttara Dhikara yakni Bertumbuh Bersama Tradisi. Selain menampilkan lagu-lagu daerah juga turut menyediakan bazar dengan menjual produk makanan dan minuman tradisional. Kegiatan itu juga turut menampilkan sejumlah permainan tradisional yang mulai hilang ditelan zaman.
Dalam kesempatan itu, Kepala SMK Telkom 1 Medan, Adrianto M Hum berharap kegiatan ini bisa melahirkan kreasi siswa didik dalam menumbuhkan jiwa pemimpin dan meningkatkan managerialnya, serta menghargai tradisi yang ada di negeri ini.
"Anak-anak selama ini sibuk dengan gadget dan game onlinenya. Anak-anak harus tau kalau zaman dahulu ada permainan tradisional. Semoga dengan kegiatan hari ini akan muncul rasa cinta terhadap Sumatera Utara dan bangsa ini," ucapnya.
(JW/RZD)