Lingkungan Sehat, Masyarakat Sejahtera Bersama Aqua

Lingkungan Sehat, Masyarakat Sejahtera Bersama Aqua
Manager Coorporate Communication Danone AQUA, Michael Liemena (lima dari kanan) menunjukkan selada hasil produksi sayur menggunakan pupuk organik kepada para petani di Kebun Sehat, Jalan Raya Binjai - Namu Ukur, Desa Pasar VI, Kwala Mencirim, Langkat (Analisadaily/Rizal R Surya)

SIANG itu cuaca terlihat cerah. Langit berwarna biru. Hanya terlihat sedikit awan seperti kapas yang terbang melayang secara perlahan ke sana dan ke mari dibawa angin. Kondisi ini membuat cahaya matahari dengan leluasa menerobos ke permukaan bumi tanpa halangan.

Namun teriknya sinar matahari tidak membuat Sutejo (52) menghentikan aktivitasnya. Tangannya yang hitam berotot terlihat mengkilat tertimpa sinar matahari yang basah oleh keringat. Tangan itu terlihat cekatan mencabuti rumput yang mulai tumbuh di sela tanaman sayuran. Sesekali tangannya membersihkan mata yang perih terkena keringat. Kaus yang dikenakan juga sudah basah kuyup.

“Mumpung lagi panas pak. Biasanya tengah hari hujan di sini,” ujarnya ketika menyadari penulis berdiri di sampingnya.

Memang dalam beberapa waktu terakhir cuaca di Sumatera Utara semakin tidak menentu. Biasanya, musim penghujan datang pada bulan-bulan yang berakhir dengan kata “ber” seperti September, Oktober, November dan Desember.

“Seingat saya, sejak awal tahun cuaca seperti ini. Pagi hari panas terik hingga menjelang siang. Tapi tiba-tiba hujan datang. Tapi sebaliknya, sejak malam hingga siang hujan, sore baru panas. Lucunya pak, di sini hujan tapi satu kilometer dari sini tidak,” lanjutnya.

“Ini mungkin akibat perubahan iklim atau pemanasan global seperti yang dikatakan para pakar itu,” ujarnya lirih seperti berkata pada dirinya sendiri.

Sutejo merasa bersyukur bisa mengenal cara bercocok tanam menggunakan pupuk organik. “Makanya kami di sini bersyukur bisa ikut membantu atau setidak-tidaknya tidak ikut merusak alam. Tanaman ini semuanya menggunakan pupuk organik pak,” katanya sambil menunjuk hamparan lahan seluas seluas 3200 meter persegi.

Di atas lahan tersebut, selain sayur mayur juga ada tanaman lain seperti, kacang tanah, kacang panjang, tomat, cabai, jagung dan palawija lainnya. Pupuk yang dipergunakan untuk menyuburkan tanaman yang ada di lahan tersebut adalah pupuk organik seperti kompos baik cair maupun butiran.

Lahan yang berada di tepi Jalan Raya Binjai - Namu Ukur, Desa Pasar VI, Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat itu bernama Kebun Sehat. Kebun Sehat dikelola oleh Kelompok Tani Sehat. Sutejo merupakan salah satu anggota Kelompok Tani Sehat.

Kelompok Tani Sehat terbentuk sejalan dengan pengenalan program pertanian ramah lingkungan untuk masyarakat Desa Pasar VI Kwala mencirim, Sei Bingai, Kabupaten Langkat oleh Pabrik AQUA Langkat dengan mitra pelaksana Sources of Indonesia (SOI) pada 2019.

Kelompok Tani Sehat merupakan pelopor penggunaan pupuk organik. Tidak hanya untuk sayur mayur dan palawija saja tapi juga tanaman padi. Tapi untuk “menyadarkan” masyarakat untuk menggunakan pupuk alami bukanlah pekerjaan yang mudah.

Hal itu diakui sendiri oleh Sutejo. “Saya tidak percaya pak hasil tanaman menggunakan pupuk alami secara kuantitatif bisa sama seperti menggunakan pupuk kimia.”

Pernyataan yang sama juga diungkapkan Ketua Kelompok Tani Sehat, Supriyanto. “Jangankan anggota. Saya saja mulanya tidak percaya. Setelah dibuktikan, saya baru percaya,” tegasnya.

Meyakinkan Petani

Apa yang dikatakan Sutejo dan Supriyanto benar. “Hal yang tersulit adalah bagaimana menyakinkan petani, tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik hasilnya tidak kalah dengan hasil tanaman yang dipupuk menggunakan pupuk kimia,” ungkap Direktur SOI Renta Morina E. Nababan ketika dihubungi melalui telepon, Rabu (25/10).

Hal senada diungkapkan Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUA Langkat Jimmi Simorangkir saat dihubungi, Kamis (26/10). Menurut Jimmi meski biaya produksi menggunakan pupuk organik lebih murah, tapi jika hasilnya (secara kuantitatif) lebih sedikit daripada tanaman yang menggunakan pupuk kimia, petani pasti tidak mau beralih menggunakan pupuk organik.

Maka menurut Iren panggilan akrab Renta Morina E. Nababan, upaya pertama yang harus dilakukan adalah “membuktikannya”. Pembuktiannya harus melalui implementasi di lapangan yaitu melalui pengenalan metode Sekolah Lapang dengan System of Rice Intensification (SRI).

Hasil yang diperoleh melalui pengenalan metode Sekolah Lapang dengan SRI justru menyamai hasil panen biasa dan cenderung meningkat. “Selain itu petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli pupuk yang saat ini cukup sulit diperoleh, dan saat pupuk tersedia harganya juga membuat kantong petani jebol,” ujarnya.

Setelah terbukti hasil panen menggunakan pupuk organik bisa menyamai hasil panen menggunakan pupuk organik, kata Iren, petani baru percaya dan mau mulai mencoba menggunakan pupuk organik.

Menggunakan Sekolah Lapang dengan SRI menurut Iren, bukanlah pekerjaan yang mudah. Mereka melibatkan para pakar dan ahli di bidang tersebut untuk terjun langsung bertemu dan berbicara dengan petani. Para pakar dan ahli tersebut didatangkan oleh Pabrik AQUA Langkat tidak hanya dari Sumatera Utara saja, tapi juga dari Jawa yang sudah lebih maju pertaniannya khususnya pertanian organik.

“Mereka belajar dan bertemu muka langsung dengan pakar dan ahlinya sehingga lebih percaya,” ungkap Iren.

Pada sisi lain Jimmi menambahkan, petani sudah melihat bukti bahwa penggunaan pupuk organik bisa memberi hasil panen yang sama dengan penggunaan pupuk kimia. “Setidaknya petani untung karena biaya produksi (menggunakan pupuk organik) lebih murah,” ungkapnya.

Dengan harga hasil panen yang sama saja, kata Jimmi, petani sudah “merasa” untung. Apalagi jika lebih mahal. “Padahal seperti kita ketahui, di pusat perbelanjaan di kota-kota besar, produk hasil panen yang menggunakan pupuk organik lebih mahal ketimbang hasil pertanian yang menggunakan pupuk organik,” ungkapnya.

Ke depan lanjut Jimmi, pihak akan menuju ke sana. Cuma sejauh ini memang masih ada kendala. “Produksi masih sedikit. Jadi kami belum berani menawarkannya ke pusat-pusat perbelanjaan. Di samping jumlah yang besar, mereka pasti minta jaminan kontinuitas pasokan,” ungkap Jimmi.

Bagaimana pun, produksi pertanian organik pasti terkait dengan ketersediaan pupuk organik. Ketersedian pupuk oraganik di kawasan tersebut sejauh ini baru mampu untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok tani.

Menurut Jimmi pihaknya bersama SOI selaku implementator di lapangan sedang berusaha memperluas pembuatan pupuk organik. Karena itu di Kebun Sehat, selain untuk bertaman juga ada demplot pembuatan pupuk organik. “Warga boleh datang untuk belajar bagaimana membuat pupuk organik”.

Lebih jauh Supriyanto menjelaskan, keberadaan Kelompok Tani Sehat dan Kebun Sehat. “Kami berkumpul di sini dua kali seminggu untuk belajar bersama bagaimana membuat pupuk organik dan mengelola tanaman secara organik pula," ujar Supriyanto.

Mereka lanjut Supriyanto, sering berkumpul, berdiskusi, dan belajar bersama bagaimana menjalankan sistem pertanian ramah lingkungan. Saling berbagi pengalaman dan pengetahuan sambil terus belajar bagaimana mengelola pertanian sehat, untuk kemudian diterapkan di lahan masing-masing.

"Sekarang kami tidak ragu lagi untuk bertani, karena melalui pertanian ramah lingkungan kami selalu mendapatkan keuntungan finansial. Dulu, banyak dana harus kami keluarkan untuk membeli pupuk kimia sebelum mulai bertani. Sesudah itu hasil pertanian kami justru malah tidak menutupi pengeluaran membeli pupuk kimia itu," ungkap Supriyanto dengan wajah berbinar.

Menurut Supriyanto, dulu mereka dengan pupuk kimia ikut mengurangi kesuburan tanah. Sekarang dengan menggunakan pupuk organik mereka dapat memperbaiki dan kembali menyuburkan tanah, sehingga hasil pertanian pun ikut meningkat.

Menurut Jimmi, program pemberdayaan masyarakat Pabrik AQUA Langkat melalui kegiatan pertanian ramah lingkungan ini diteruskan pada 2021 hingga saat ini dengan mendorong pertanian holtikultura dengan komoditas tomat, cabai, jagung, melon, dan lain-lain sebagai bahan belajar kelompok.

"Kegiatan pertanian ramah lingkungan ini bertujuan membantu masyarakat di sekitar Pabrik AQUA Langkat di Desa Pasar VI Kwala Mencirim dan Desa Namu Ukur Utara agar dapat meningkatkan perekonomian melalui peningkatan hasil pertanian yang dikelola secara ramah lingkungan. Hasil pertanian dari Kwala Mencirim ini pun jadi lebih sehat untuk dikonsumsi masyarakat."

Kebahagiaan tidak hanya dirasakan kaum bapak. Para ibu-ibu juga merasakannya. Salah satu contohnya, Erni. Erni saat ini kewalahan memenuhi permintaan konsumennya. “Tukang bakso langganan, sudah minta kirim selada. Tapi barang lagi kosong,” ungkapnya.

Untuk memudahkan penjualan atau distribusinya, Erni memanfaatkan media sosial. “Jadi cukup kirim WA, pesanan langsung diantar,” katanya. Erni saat ini sudah memiliki pelanggan yang cukup baik. Hasil panen yang dijual tidak semata miliknya, tapi juga anggota kelompoknya. Erni tergabung dalam Kelompok Pertanian Pekarangan Ramah Lingkungan yang didominasi oleh kaum perempuan.

Kelompok ini bernama Pekarangan Ibu Kreatif (PIK). PIK nerupakan program tersendiri Yayasan Sources of Indonesia. “Kami mengedukasi, mendampingi, dan membentuk PIK. Kelompok ini berdiri sejak 2020, mulanya kami hanya mengajak ibu-ibu mengelola sampah rumah tangga menjadi eco enzyim, yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pekarangan rumah mereka,” ujar Iren.

Iren mengatakan, hasil dari pekarangan rumah sendiri terbukti mampu membantu para ibu rumah tangga untuk menyediakan makanan yang lebih sehat di keluarga masing-masing. “Mereka ini, ibarat pepatah, “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”, dapat makanan sehat sekaligus mendapat penghasilan tambahan.

Terpisah, External Relations Danone-AQUA Wilayah Sumatera, Wirnos mengatakan, kedua program tersebut di atas jelas memperlihatkan bahwa Pabrik AQUA Langkat bukan hanya sibuk menghasilkan air minum dalam kemasan yang berkualitas tinggi yang bermanfaat untuk kesehatan, tapi juga menjalankan berbagai kegiatan yang membawa dampak positif untuk lingkungan sekitar dan sekaligus ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pendampingan Lebih Lanjut

Dua program PTDanone-AQUA khususnya Pabrik AQUA Langkat sudah memberikan hasil yang cukup baik khususnya untuk warga sekitarnya. Namun hasil yang sudah diperoleh saat ini masih bisa lebih dimaksimalkan lagi.

Pertama, cakupannya masih bisa diperluas lagi. Kalau saat ini program tersebut masih berjalan di satu atau dua desa maka bisa lebih diperluas lagi menjadi tingkat kecamatan, bahkan kabupaten. Dengan adanya perluasan areal tanaman dan jumlah petani yang dilibatkan atau terlibat, sudah tentu hasil yang diperoleh lebih maksimal.

Kedua, jaringan distribusi diperluas. Kalau selama ini distribusi hanya terbatas kepada komunitas warga setempat, bisa ditingkatkan hingga ke pusat perbelanjaan di Binjai atau ke Medan. Target ini bukanlah hal yang mustahil. Binjai dan Medan bukanlah jarak yang jauh. Jadi masih memungkinkan dijangkau.

Semua ini tentunya butuh pendampingan dari Danone-AQUA bersama mitranya Sources of Indonesia. Para petani belum bisa “dilepas”. Mareka masih butuh pedampingan untuk memperluas cakupan areal tanaman dan cakupan distribusi.

Masa depan ekonomi Indonesia khususnya dan ekonomi dunia adalah ekonomi hijau. Ekonomi hijau harus dimulai oleh masyarakat khususnya masyarakat desa salah satunya melalui pertanian organik.

Ingat kita jangan mewariskan bumi yang rusak kepada generasi mendatang. Mereka adalah anak cucu kita yang butuh tumbuh dan hidup sehat. Jaga bumi, jaga masa depan anak cucu kita. (Rizal R Surya)

(RRS/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi