Road Show Hari Ketiga di Solo, Prof Ridha Ungkap Peran Strategis Guru Selamatkan Bonus Demografi (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Solo - Sosok guru dinilai memiliki peran strategis dalam menciptakan generasi berkualitas yakni generasi pintar, sehat dan juga bermoralitas yang baik.
Guru juga menjadi garda terdepan dalam menentukan keberhasilan menyambut bonus demografi sebagaimana harapan bangsa ini melahirkan generasi emas menuju 2045 mendatang.
Pesan itu disampaikan Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof. Dr. dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) saat menyampaikan materinya di hadapan ratusan guru Muhammadiyah Kecamatan Baki Solo, Kamis (2/11).
"Ini merupakan momen sangat berharga bagi saya bisa berada di depan orang-orang terpenting yang akan menentukan nasib generasi muda dalam menghadapi situasi bonus demografi dengan usia produktifnya jauh lebih tinggi dari usia non produktifnya," ungkap Prof Ridha dalam pemaparannya pada acara penyuluhan gadget sehat yang berlangsung di Aula PCM Muhammadiyah, Baki Solo.
Dalam agenda road show hari ketiganya di Solo tersebut, Prof Ridha kembali mengingatkan akan bahaya penggunaan gadget yang tidak tepat akan berdampak buruk terhadap generasi muda saat ini.
Di mana penggunaan gadget yang tidak tepat berakibat terhadap kelumpuhan. Alhasil, mimpi mengggapai bonus demografi justru bisa berujung bencana demografi.
Prof Ridha pun menerangkan bahaya penggunaan gadget yang tidak tepat. Di mana ada dua faktor penyebab penggunaan gadget yang bisa mengakibatkan dampak negatif. Yakni, posisi dan durasi.
"Jika menggunakan gadget dengan posisi yang meyebabkan adanya tekukan pada leher, maka akan ada beban yang ditanggung. Semakin dalam tekukan itu, maka akan semakin berat beban yang ditanggung leher," terang Prof Ridha.
Jika ini berlangsung singkat atau hanya beberapa menit lanjut Prof Ridha, hal itu tidak begitu berdampak.
"Tapi jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar," ujarnya.
Dulunya gejala ini ungkap Prof Ridha, sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP bahkan anak SD.
"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," ucapnya lagi.
Kematian saraf ini ungkap Prof Ridha jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang.
"Jika seperti ini maka tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," sebutnya.
Sehingga yang terjadi, 5 hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat. Untuk itulah dirinya menganggap pentingnya gerakan gadget sehat hadir di Indonesia dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari situasi bonus demografi.
"Sekali lagi saya ajak agar memanfaatkan bonus demografi agar Indonesia bisa masuk jajaran lima besar dunia," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah, Baki, Solo, H. Muhammad Mahmudi S.Pd menyambut baik kedatang Prof Ridha di Solo.
"Dengan apa yang disampaikan Prof Ridha kita menyadari bahwa gadget memberikan dampak buruk baik itu dari konten maupun kesehatan penggunanya jika salah dalam penggunaan," ujar Mahmudi.
Sehingga sambungnya, anak muda zaman sekarang butuh edukasi dan informasi yang tepat agar lebih bijak dalam penggunaan gadget.
"Sehingga harapan kita melahirkan generasi berkualitas dalam menyambut bonus demografi bisa terwujud," tuturnya.
Kegiatan itu juga turut dihadiri Sekretaris PCM Baki, Ibnu Hambali S.Pd. MSi dan Majelis Dikdasmen dan PNF, Sri Haryanto.
Selain mengisi materi di PCM Baki Muhammadiyah, Prof Ridha juga hadir di Pondok Pesantren Al Mukmin, Grogol, Masjid Nur Mirah, Serengan dan Pesantren Al Kahfi Hidayatullah, Jebres.
(JW/RZD)