TUKAR SAMPAH: Warga Desa Gundaling I, Kecamatan Berastagi sedang menukar sampah dengan sembako di Bank Sampah Mela Melket, belum lama ini (Analisadaily/Istimewa)
MEMILAH dan memilih sampah merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan warga Kelurahan Gundaling I, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo dalam setahun terakhir ini. Mereka bukan pemulung.
Mereka tetaplah seorang petani seperti warga Tanah Karo pada umumnya atau memiliki pekerjaan atau profesi lainnya seperti Aparatur Sipil Negara (ASN), pegawai swasta, pekerja bangunan, ibu rumah tangga bahkan pelajar dan mahasiswa. Memilah dan memilih sampah hanya merupakan aktivitas "sampingan" untuk menambah penghasilan.
"Lumayan pak, sejak ada Bank Sampah, kami warga Kelurahan Gundaling I memperoleh penghasilan tambahan," ujar Haposan Hutahean ketika dihubungi, Rabu (1/11).
Haposan (53) merupakan pekerja bangunan. Ia mengumpulkan sampah di waktu luangnya. “Kadang pagi sebelum berangkat kerja. Kadang sore sepulang kerja. Kadang siang kalau lagi tidak ada kerjaan,” ujarnya.
Menurut Haposan, sampah yang dikumpulkan merupakan sampah domestik atau rumah tangga. “Sampah yang ada di rumah atau sekitar rumah dikumpul. Kemudian dipilah dan dipilih sesuai dengan jenisnya apakah sampah plastik atau non-plastik,” ungkapnya.
Sampah-sampah tersebut kemudian dijual ke Bank Sampah Mela Melket yang berada di kelurahan tersebut. Bank Sampah Mela Melket buka setiap Jumat pukul 14.00 hingga 18.00 WIB. Haposan menyetor sampah seminggu sekali atau dua minggu sekali.
"Tergantung berapa banyak sampah yang terkumpul. Kalau jumlahnya sudah cukup langsung disetor. Tapi kalau belum, masih tanggung, tunggu minggu berikutnya sekalian setor,” ujar Haposan.
Manfaat yang dirasakan dengan kehadiran Bank Sampah Mela Melket, menurut Haposan selain menambah penghasilan keluarga juga membuat lingkungan lebih bersih dibanding sebelumnya.
“Walau tidak besar yang pasti ada penghasilan tambahan yang bisa jadi simpanan,” ungkapnya.
Di samping itu lanjutnya, lingkungan tempat tinggalnya yang selama ini terkesan kotor karena banyak sampah berserakan, sekarang tidak. Tidak terlihat lagi sampah berserakan karena semua sampah bisa “disetor” ke Bank Sampah Mela Melket.
Ketika ditanya apa harapan terhadap keberadaan Bank Sampah Mela Melket, Haposan berharap agar Pabrik AQUA Berastagi tetap mempertahankan keberadaan bank sampah tersebut.
Kenapa AQUA? Haposan mengatakan, setahunya Bank Sampah Mela Melket dikelola Pabrik AQUA Berastagi (PT Tirta Sibayakindo).
Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan Tety Sebayang (53). Ibu tiga anak dan nenek empat cucu ini merupakan warga Kelurahan Gung Negeri, Kecamatan Kabanjahe.
Dalam waktu setahun terakhir, Tety memperoleh penghasilan tambahan dari menjual sampah tepatnya ke Bank Sampah Lestari Kateful yang berada di kelurahannya. Tety termasuk nasabah awal sejak bank sampah itu berdiri.
“Yang pasti rumah dan lingkungan jadi bersih. Bonusnya dapat penghasilan tambahan dari menjual sampah,” ungkapnya ketika dihubungi melalui telepon, Rabu (1/11).
Seperti Haposan, Tety menyetor sampah seminggu atau dua minggu sekali. Bedanya, kalau Bank Sampah Mela Melket buka setiap Jumat, Bank Sampah Lestari Kateful buka tiap Kamis pukul 13.00 hingga 17.00 WIB.
Tety mengungkapkan, pernah memiliki tabungan Rp250 ribu di bank sampah. "Saya tiap minggu bisa dapat Rp10 ribu. Sebulan dapat Rp40 ribu. Kalau setahun sudah berapa? Lumayan bisa untuk nambah penghasilan. Lebih lumayan lagi saat ada bazar. Saya bisa dapat sembako setengah harga dengan menukar sampah," katanya.
Menurut Tety, ia sudah mendarah daging dengan sampah. "Sampai-sampai saya pernah dimarahi anak karena setiap jumpa sampah langsung dipungut. Duit ini. Ingat sampah, bank sampah. Ingat bank sampah, ingat Aqua," katanya sambil terbahak.
Bagi Tety mengumpulkan sampah hanya sambilan. Ia punya kebun salak dan ternak. Harapannya kepada pemerintah untuk memperbanyak pendirian bank sampah.
"PT Tirta Sibayakindo (AQUA) sudah banyak berbuat. Kami warga mengucapkan banyak terima kasih. Seharusnya giliran pemerintah untuk lebih banyak menginisiasi pembangunan bank sampah," harapnya.
Apresiasi
Harapan dan apresiasi yang diberikan masyarakat terhadap program bank sampah dibenarkan oleh Murni dan Mitra Agustina. Murni merupakan Direktur Bank Sampah Mela Melket (47) dan Mitra (27) adalah Direktur Bank Sampah Lestari Kateful.
“Janganlah dipanggil bu direktur. Malu saya. Saya hanyalah seorang tenaga honorer bidang kebersihan Dinas Pariwisata Tanah Karo,” ujar Murni ketika disapa melalui telepon, Rabu (1/11).
Menurut Murni, warga Kelurahan Gundaling I tidak hanya menyambut positif, tapi juga memberikan apresiasi kepada Bank Sampah Mela Melket serta Pabrik Aqua Berastagi dan Cipta Fondasi Komunitas (CFK) yang telah menginisiasi berdirinya Bank Sampah Mela Melket di Kelurahan Gundaling I.
Selain lingkungan menjadi lebih bersih menurut Murni, warga mendapat pendapatan tambahan. “Lingkungan menjadi bersih, warga dapat penghasilan tambahan pula,” ujarnya riang.
Selama ini lanjutnya, banyak plastik asoi berserakan di lingkungan sekitarnya, karena plastik jenis ini tidak laku dijual ke lapak botot. Namun sejak ada Bank Sampah Mela Melket, plastik asoi tidak terlihat di lingkungan sekitar. “Semua jenis sampah diterima Bank Sampah Mela Melket,” tegasnya.
Ibu seorang putri ini bercerita, pengurus Bank Sampah Mela Melket ada lima orang termasuk dirinya. Kelimanya perempuan. Mereka kesulitan saat mengepak sampah sebelum dibawa ke tempat tujuan selanjutnya.
"Karena itu kami berharap bantuan dari pemerintah untuk membantu pengadaan mesin pres. Kenapa minta kepada pemerintah? Selama ini pembangunan bank sampah beserta peralatan pendukungnya sudah dibantu Aqua. Karena itu kali ini kami minta bantuan pemerintah. Kalau saat ini anggaran untuk itu belum ada. Ke depannya mungkin bisa dianggarkan biaya untuk membeli mesin pres,” harapnya.
Pernyataan yang sama disampaikan Mitra Agustina. Ibu sepasang anak yang sehari-hari bertanam sayur mayur ini menyatakan, warga setempat sangat mengapresiasi Pabrik Aqua Berastagi dan Cipta Fondasi Komunitas (CFK) yang telah menginisiasi berdirinya Bank Sampah Lestari Kateful.
“Bukan hanya membuat lingkungan jadi lebih bersih dan warga dapat penghasilan tambahan, bank sampah juga menghindari banjir. Selama ini sampah dibuang ke parit atau selokan. Sekarang tidak lagi. Jadi parit tidak tersumbat dan warga bebas banjir" ungkap Mitra.
*****
Bank Sampah Mela Melket yang berdiri 19 September 2022 dan Bank Sampah Lestari Kateful (berdiri Oktober 2022) merupakan dua dari enam bank sampah yang saat ini dikelola Pabrik Aqua Berastagi (PT Tirta Sibayakindo) di Kabupaten Tanah Karo.
Empat bank sampah lainnya, Bank Sampah (Solusi Integral Penenggulangan Akumulasi Sampah Plastik (Simpatik) Desa Sugihen Kecamatan Dolat Rakyat (berdiri 14 Juli 2021), Bank Sampah Ari Ersada Desa Penampen Kecamatan Barus Jahe (berdiri 9 September 2022), Bank Sampah Usahantas Ras Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat (berdiri 18 September 2022) dan Bank Sampah Radu Senang Desa Bulanjahe Kecamatan Barus Jahe (berdiri 18 September 2022).
Dua bank sampah yang disebut awal merupakan inisiasi murni Pabrik Aqua Berastagi bersama Cipta Fondasi Komunitas (CFK) selaku pendamping di lapangan. Sementara empat bank sampah lainnya bekerja sama dengan pihak lain saat pendiriannya.
Menurut Program manager Cipta Fondasi Komunitas (CFK) Lastiur Banjarnahor, Bank Sampah Simpatik awalnya diinisiasi Aqua, CFK bersama Lutheran World Relief (LWF) dan Starbucks Foundation.
LWF adalah organisasi non-pemerintah internasional yang berfokus pada proyek pembangunan berkelanjutan serta bantuan dan pemulihan bencana. Lembaga ini berpusat Baltimore, Maryland, USA. Lembaga ini turut memberikan bantuan saat Aceh dilanda tsunami.
Sedangkan Starbucks Foundation, pernah memfasilitasi kelompok tani di Sidamanik, Simalungun mulai pembibitan, membuat saung hingga mengetahui mengelola kopi yang baik.
Sementara Bank Sampah Ari Ersada, Bank Sampah Usahantas Ras dan Bank Sampah Radu Senang diinisiasi Pabrik Aqua Berastagi bersama LWF. Saat ini keenam bank sampah itu dikelola Pabrik Aqua Berastagi.
Lebih lanjut Lastiur mengungkapkan, sejak saat berdiri hingga kini keenam bank sampah tersebut telah memiliki ratusan nasabah dan berhasil mengumpulkan puluhan bahkan ratusan ton sampah.
Lebih terperinci diungkapkan, sejak berdiri hingga September 2023 tercatat Bank Sampah Ari Ersada memiliki 144 nasabah dan berhasil mengumpulkan 2.849,2 ton sampah plastik dan 5.785,1 ton sampah non-plastik. Bank Sampah Radu Senang Desa Bulanjahe (170 nasabah/4.334,2 ton plastik dan 9.730,8 ton non-plastik, Bank Sampah Usahantas Ras Desa Lingga (130 nasabah/5.782,7 plastik dan 9.671,35 ton non-plastik), Bank Sampah Simpatik (50 nasabah/(6.058,1 ton plastik dan 10.556,11 non-plastik), Bank Sampah Lestari Katepul (110 nasabah/2.066,7 ton plastik dan 5.234,28 ton non-plastik) dan Bank Sampah Mela Melket (215 nasabah/16.842,8 ton plastik dan 20.416,8 ton non-plastik).
"Sampah tersebut kemudian dibawa ke Belawan dan Lubuk Pakam untuk diolah lebih lanjut," ujar Lastiur.
*****
Sementara Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUA Berastagi, Esron Siringoringo menjelaskan, program bank sampah di Kabupaten Tanah Air merupakan bagian dari program AQUA secara nasional.
Dijelaskan, salah satu program corporate social responsibility (CSR) Aqua adalah Pilar Packaging. Pilar Pack adalah upaya mendaur ulang (recycle) botol jenis polyethylene terephthalate (PET).
"Jadi semua botol jenis PET dari AQUA atau merek lain harus kembali ke mitra bisnis kami. Botol itu dibawa ke pabrik pengolahan untuk dijadikan biji plastik," ungkapnya.
Pabrik pengolahan seperti itu sejauh ini baru ada di beberapa daerah di Jawa. Di Sumatera Utara atau di provinsi sumatera lainnya belum ada. "Ada upaya untuk mengirim botol PET ke Tanggerang. Tapi biaya pengiriman terlalu mahal," ujarnya.
Karena itu lanjut Esron, dimodifikasi lah program Pilar Packaging di Kabupaten Tanah Karo menjadi bank sampah. Awalnya Pabrik AQUA Berastagi menginisiasi pendirian bank sampah bersama lembaga lain. Saat ini semuanya (enam) bank sampah dikelola oleh Pabrik AQUA Berastagi.
Ke depan menurut Esron, target yang ingin dicapai adalah memasifkan bank sampah di tengah-tengah masyarakat Tanah Karo.
"Caranya, pertama memasukkan bank sampah ke kurikulum sekolah dasar (SD). Kalau bisa masuk ke kurikulum khususnya sejak SD tentu program bank sampah lebih masif sosialisasinya. Menanamkan kebiasaan tidak membuang sampah sembarangan paling efektif sejak usia dini," katanya.
Selanjutnya kedua menurut Esron, bagaimana mana memasukkan atau menyantelkan program bank sampah ke pemerintahan desa. "Bisa menjadi kegiatan BUMDes, Karang Taruna, atau kegiatan lain yang dikelola pemerintah desa. Jadi merupakan kegiatan atau program resmi pemerintah," terangnya.
Apa yang dikatakan Esron tidak berlebihan. Agar program bank sampah lebih memasyarakat maka perlu dukungan dari pemerintah agar memiliki legalitas atau kedudukan yang kuat di tengah-tengah masyarakat.
Kerja sama dengan perusahaan-perusahaan swasta bukanlah sebuah keniscayaan. Masih ada perusahaan seperti Pabrik AQUA Berastagi yang peduli terhadap isu lingkungan. Peduli terhadap pembangunan yang berkelanjutan.
Setidaknya saat ini di Tanah Karo, "Ingat bank sampah, ingat Pabrik AQUA Berastagi!" (
Rizal Rudi Surya)
(RRS/RZD)