Gerakan Ustaz di Siantar, Kampung Jadi Bersih dengan Sedekah Sampah

Gerakan Ustaz di Siantar, Kampung Jadi Bersih dengan Sedekah Sampah
Ustaz Armansyah Pasaribu menunjukkan sedekah sampah warga di Bank Sampah Bantan Berseri Abadi. (Analisadaily/Nirwansyah Sukartara)

Dari kebiasaan membuang sampah, ia sulap menjadi sesuatu yang bernilai. Sampah dijual, kemudian ditabung. Dari menabung, ia ubah lagi kebiasaan warga menjadi bersedekah. Dari sedekah ia bisa membantu anak putus sekolah. Perilaku berubah, amal dapat, ekonomi tumbuh dan lingkungan pun jadi bersih.

SORE menjelang magrib, cuaca di Kota Pematangsiantar masih gerimis. Meski demikian, Ustaz Armansyah Pasaribu (49) tetap menyempatkan waktu untuk datang ke Bank Sampah Bantan Berseri Abadi yang terletak di Jalan Seram, Kelurahan Bantan, Kecamatan Siantar Barat. Ia tak sendirian, namun ditemani dua petugas lainnya yang juga menjadi relawan di bank sampah tersebut.

Dengan mobil pick-up tahun 1990-an miliknya, ia dan dua relawan bank sampah menurunkan beberapa tong sampah bertuliskan “Sedekah Sampah Jadi Ibadah, Botol dan Gelas Plastik”. Sampah-sampah itu selanjutnya dikumpulkan di gudang agar selanjutnya disortir. “Beginilah kondisinya. Ini baru saja saya ambil dari beberapa rumah warga,” ujar Ustaz Armansyah yang Selasa (24/10/2023) sore itu baru saja pulang dari pengajian.

Bank Sampah Bantan Berseri Abadi sendiri berdiri sejak 22 Oktober 2019 lalu. Ini sudah tahun keempat bank sampah tersebut berdiri. Awal mendirikannya juga cukup unik. Arman melihat setiap habis pengajian, ibu-ibu majelis taklim maupun bapak-bapak yang ada di Kota Pematangsiantar membuang sampah sembarangan. Terutama sampah-sampah botol minuman plastik. Bukan hanya itu, ia juga melihat perilaku masyarakat di Kota Pematangsiantar untuk peduli dengan lingkungan juga masih rendah.

“Ini alasannya kenapa bank sampah ini berdiri. Salah satu program Bank Sampah Bantan Berseri ini bagaimana sampah itu tidak jadi masalah, melainkan menjadi ibadah,” ujarnya.

Ada tiga konsep yang ia tawarkan kepada masyarakat, yakni membeli sampah, menabung sampah dan sedekah sampah. Jika membeli sampah, maka sampah-sampah warga ditukar dengan vocher bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. Penukaran vocher ini bekerja sama dengan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal (FT) Pematangsiantar. Alasannya agar masyarakat tertarik untuk mengumpulkan sampahnya, lalu menjual ke bank sampah dan nantinya mereka mendapatkan vocher BBM. Vochernya juga bervariasi, mulai dari Rp5 ribu, Rp10 ribu sampai dengan Rp50 ribu.

“Ini kita siapkan vochernya sampai Rp4 juta. Nantinya vocher BBM ini mereka tukar ke SPBU yang ditunjuk,” ujar pria bergelar Sarjana Ilmu Sosial Islam tersebut.

Dengan adanya voucher, masyarakat menjadi tertarik menjual sampahnya ke Bank Sampah Bantan Berseri Abadi. Selain membeli sampah, masyarakat juga boleh menabung sampah. Terakhir adalah sedekah sampah. Belakangan, sedekah sampah ini menjadi konsep yang favorit di Bank Sampah Bantan Berseri Abadi. Masyarakat yang awalnya semangat menjual sampah dan menukarnya dengan voucher, kini justru beralih ingin bersedekah sampah. Mereka sudah secara sukarela memberikan sampahnya kepada Bank Sampah Bantan Berseri Abadi tanpa imbalan apapun. “Alhamdulilah perilaku mereka sekarang sudah berubah. Jadi sedekah sampah,” ujarnya.

Salah seorang warga saat menyedekahkan sampah plastik yang ia kumpulkan.
Sampah Jadi Briket, Conblok dan Keset Kaki

Kenapa konsepnya sedekah sampah? Dan apa yang membuat warga tertarik dengan konsep sedekah sampah ini? Ustaz Armansyah membuktikannya dengan cara yang unik. Dari sampah-sampah yang disedekahkan warga, ia gunakan hasil penjualan sampahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dari sampah yang disedekahkan itu, ia sortir dan kemudian diolah menjadi briket.

Untuk pengolahan sampah menjadi briket, bank sampah miliknya mendapat bantuan mesin briket dari PT Pertamina Patra Niaga FT Pematangsiantar lewat program Coorporate Social Responsibility (CSR)-nya. Selain briket, dari sampah yang disedekahkan warga itu juga diolahnya menjadi conblok.

“Untuk pembuatan conblok ini kita ada dua petugas. Mereka mengolah sampah menjadi conblok lewat bantuan mesin conblok yang juga diberikan Pertamina FT Pematangsiantar,” ujarnya.

Pembuatan conblok ini juga tergantung jumlah pesanan. Baru-baru ini mereka bisa memproduksi 1.500 sampai 2.000 unit conblok. Pesanan ini didapat dari salah satu masjid di Pematangsiantar. Sebelumnya mereka juga mendapatkan pesanan conblok dari warga sekitar. “Dari kita, jualnya Rp2000 per unitnya. Sementara upah untuk petugas, satu conblok diberi upah Rp400. Untuk keuntungan ke bank sampah per unitnya kita ambil Rp500,” ujarnya.

Tak hanya conblok, keuntungan dari pengolahan sampah juga didapat dari penjualan keset kaki. Keset kaki ini juga mereka olah dari sedekah sampah para warga. Ada dua warga sekitar yang diberdayakan untuk membuat keset kaki tersebut. Untuk proses pembuatannya, mereka juga mendapat pelatihan dari PT Pertamina FT Pematangsiantar.

Hingga saat ini, produksi keset kakinya bisa dikatakan belum menentu. “Masih produksi di angka 100 sampai 150 unit. Ini kita jual sama ibu-ibu pengajian majelis taklim. Harga pengambilan keset kaki dari kita Rp20 ribu, kemudian mereka menjual keset kakinya di majelis taklim jadi Rp25 ribu. Rp5 ribu itu yang masuk ke kas kita,” kata pria yang juga aktif di Forum Penyuluh Agama Islam tersebut.

Untuk sampah yang lewat dari proses sortiran, terkadang mereka jual juga ke pengepul. Biasanya diupahi perkilogram. Dalam sebulan, sampah yang dijual ke pengepul ini bisa mencapai Rp1,5 juta. Jika dikumpulkan setahun bisa mencapai Rp16 juta-Rp18 juta.

Berbagi ke Duafa

Keuntungan ekonomi yang didapat dari penjualan briket, conblok, keset kaki sampai dengan penjualan sampah ke pengepul inilah yang dimanfaatkan Ustaz Armansyah untuk membantu kaum duafa di Kota Pematangsiantar. Beberapa program yang saat ini terus dijalani oleh mereka, pertama berbagi sembako kepada kaum duafa. Pembagian sembako ini dilakukan setiap Jumat. Mereka bekerja sama dengan kelurahan dan beberapa masjid untuk membagikan sembako ini.

“Jadi setiap Jumat wajib kita salurkan. Uangnya dari sedekah sampah warga tadi,” ujarnya.

Selain pembagian sembako, uang dari sedekah sampah para warga juga dimanfaatkan Ustaz Arman dan relawan lainnya di bank sampah untuk membantu anak yang nyaris putus sekolah di Pematangsiantar karena tidak bisa membayar uang sekolah. Baru-baru ini mereka membantu membayar uang sekolah tujuh orang anak di Kecamatan Siantar Barat.

“Ada dari mereka yang belum membayar uang sekolah selama 7 bulan. Itu langsung kita bayarkan. Kalau ada yang belum membayar dua bulan, juga langsung kita bayarkan ke sekolahnya. Ya dari sedekah sampah tadi,” jelasnya.

Ada juga sedekah kain. Selain sampah plastik, Bank Sampah Bantan Berseri Abadi juga menerima sedekah kain atau pakaian. Pakaian bekas yang diberikan warga ini juga dibagikan untuk warga yang kurang mampu. Dan kain yang tak terpakai, mereka buat untuk bahan keset kaki.

Bantuan alat cetak conblok dari PT Pertamina Patra Niaga FT Pematangsiantar lewat program Coorporate Social Responsibility (CSR)-nya.
Sampah Cegah Stunting

Ide Ustaz Arman untuk terus mengajak warga Siantar agar peduli dengan lingkungan tak hanya sebatas kampanye sedekah sampah menjadi ibadah. Lelaki yang acap kali memakai peci hitam ini terus melakukan inovasi.

Upaya yang dilakukan Ustaz Arman selanjutnya adalah bekerja sama dengan tiga puskesmas yang ada di Pematangsiantar yakni Puskesmas Singosari, Puskesmas Raya dan Puskesmas Kartini. Bentuk kerja sama yang dilakukan adalah para kader posyandu mengumpulkan sampah plastik di tong “sedekah sampah” yang diletakan di tiga puskesmas tersebut. Sampah itu nantinya ditukar tiga puskesmas tersebut ke bank sampah menjadi pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita.

“Mereka kasih kita sampah, dan kita tukar jadi makanan tambahan. Ini sesuai program pemerintah untuk mencegah stunting,” sebutnya.

Program tersebut sudah berjalan sejak tahun 2022 lalu. Program Bank Sampah Bantan Berseri Abadi ini juga mendapat respons positif dari Walikota Pematangsiantar, Susanti Dewayani. Ia turun langsung saat kerja sama tersebut dilakukan. Menurutnya program tersebut bagian dari kampanye program Sampah Menjadi Ibadah (Saji) Peduli Lingkungan dan PMT.

Sampai saat ini, gerakan ini terus diperlebar. Akan ada beberapa puskesmas lagi di Pematangsiantar yang akan bekerja sama dengan Bank Sampah Bantan Berseri Abadi tersebut. Bukan hanya puskesmas, bahkan kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pematangsiantar, Dedi T Setiawan, Bank Sampah Bantan Berseri Abadi ini menjadi icon dan contoh untuk kelurahan dan kecamatan lainnya di Pematangsiantar.

“Kita mengapresiasi apa yang dilakukan Pak Armansyah. Ke depan arahan Bu Wali, bank sampah ini harus ada di setiap kelurahan. Minimal di kecamatan. Ini yang harus terus kita dorong,” katanya.

Kini dari gerakan Bank Sampah Bantan Berseri Abadi telah lahir 5 sampai 6 bank sampah di kecamatan yang ada di Pematangsiantar. Walaupun belum sampai pada tingkat kelurahan, Pemko Pematangsiantar terus mendorong agar paling tidak di setiap kecamatan yang ada di Pematangsiantar sudah memiliki bank sampah. Total jumlah kecamatan yang ada di Pematangsiantar yakni delapan. Artinya masih ada dua kecamatan lagi yang belum memiliki bank sampah. Sementara jumlah kelurahan ada 53 kelurahan. Dan yang baru memiliki bank sampah baru satu kelurahan. Ada 52 kelurahan lagi yang harus didorong Pemko Pematangsiantar agar memiliki bank sampah.

Dalam sehari, kata Dedi, Kota Pematangsiantar bisa menghasilkan sampah 200 ton. Dengan hadirnya Bank Sampah Bantan Berseri Abadi, paling tidak jumlah volume sampah dari Kelurahan Bantan sudah berkurang. “Berkurang ada, meskipun begitu tetap perlu upaya yang massif untuk mengubah perilaku warga agar terus peduli lingkungan,” jelasnya.

Mengacu pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa yang paling bertanggungjawab terhadap sampah adalah penghasilnya. “Jadi penyadaran perilaku ini harus terus kita dorong. Pemko sangat siap memfasilitasi pendirian bank sampah jika warga tergerak untuk bisa mengurusnya,” sebutnya.

Bantuan Pertamina

Kesuksesan Bank Sampah Bantan Berseri Abadi sendiri tidak terlepas dari peran FT Pertamina Pematangsiantar. Sejak 2020 sampai dengan 2023, Pertamina terus mendampingi dan membina bank sampah yang dikelola Ustaz Armansyah tersebut. Fuel Terminal Manager FT Pematangsiantar, Muhammad Setiawady menyebutkan bahwa pemberian CSR kepada Bank Sampah Bantan Berseri Abadi dilakukan setelah melewati proses penelitian (social mapping) terlebih dahulu. Dari proses itu kemudian mereka pilih dan selanjutnya dilakukan pembinaan.

FT Pertamina Pematangsiantar sejak 2020 sampai 2023 terus mendampingi dan membina bank sampah yang dikelola Ustaz Armansyah.
Dari 2020 dibina, Bank Sampah Bantan Berseri Abadi terus menunjukan perkembangan yang baik. “2020 itu kita kasih voucher BBM jenis pertalite sama alat mesin briket. Kemudian 2021 kita berikan CSR berupa pelatihan,’ ujar Setiawady.

Di tahun ketiga, mereka kembali memberikan bantuan mesin conblok dan pelatihan di puskesmas. Dan tahun ini merupakan tahun terakhir mereka mendampingi Bank Sampah Bantan Berseri Abadi. Pertamina menilai bahwa bank sampah tersebut sudah mandiri. “Alhamdulilah mereka sudah mandiri. Kita sangat merasakan ada perubahan perilaku di masyarakat. Kelurahan Bantan juga lebih bersih. Ditambah lagi sudah tidak mengharapkan voucher lagi. Mereka sudah sadar memberikan sampah secara sukarela lewat bersedekah,” ujarnya.

Perubahan perilaku ini yang diharapkan Pertamina bisa menyasar lebih banyak lagi masyarakat di Pematangsiantar, bahkan di Sumatera Utara. Berangkat dari kelurahan, tapi bisa menyasar perubahan perilaku sampai tingkat provinsi. Sosok-sosok seperti Ustaz Armansyah juga diharapkan banyak lahir di daerah lainnya. Dengan kepeduliannya terhadap sampah, Ustaz Armansyah bisa menjadi contoh dalam memberikan kontribusi positif terhadap daerahnya.

Berita kiriman dari: Bambang Riyanto, Nirwansyah Sukartara

Baca Juga

Rekomendasi