Roadshow di STID Mohammad Natsir Jakarta, Prof Ridha Minta Generasi Muda Miliki Semangat Juang

Roadshow di STID Mohammad Natsir Jakarta, Prof Ridha Minta Generasi Muda Miliki Semangat Juang
Roadshow di STID Mohammad Natsir Jakarta, Prof Ridha Minta Generasi Muda Miliki Semangat Juang (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Masih dalam rangkaian roadshow 15 kota di Indonesia, kali ini Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof. Dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) menyambangi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir Jakarta.

Hadir di kampus putri tersebut, Prof Ridha kembali mengingatkan akan pentingnya gadget sehat dan dampak penggunaan gadget yang tidak tepat.

Hal ini tak lain dalam upayanya menyelamatkan generasi muda agar menjadi generasi yang berkualitas yakni generasi sehat, pintar dan bermoralitas yang baik.

"Ya, sebagai generasi penerus yang menyandang nama pahlawan besar dan juga tokoh Islam, bapak Mohammad Natsir, mereka harus mampu mengambil semangat beliau (Mohammad Natsir) dalam memperjuangkan dan memajukan bangsa Indonesia," ajak Prof Ridha di hadapan sekitar 200-an mahaiswi STID Mohammad Natsir, Senin (6/11).

Namun sambung Prof Ridha, untuk menjadi generasi yang memiliki daya juang adalah generasi yang berkualitas tentunya.

"Agar bisa mengambil semangat juang bapak Mohammad Natsir, adinda harus menjadi generasi yang berkualitas. Bukan generasi lemah akibat penggunaan gadget yang tidak tepat," tutur Prof Ridha.

Penggunaan gadget yang tidak tepat ungkap Guru besar Fakultas Kedokteran USU ditenggarai dua faktor yakni posisi dan durasi.

Menurut Prof Ridha, posisi penggunaan gadget yang kurang tepat dan juga durasi yang berlebihan, akan mengakibatkan banyak generasi muda mengalami saraf kejepit pada bagian leher.

"Gejalanya ini sering kesemutan pada tangan dan kaki, kepala pusing, pundak berat, leher sakit, dan bangun tidur tidak segar. Dan ini biasanya sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas. Tapi sekarang kondisi ini sudah mulai dirasakan generasi muda dari tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," ucapnya.

Tentu saja sebagai dokter ahli bedah saraf, Prof Ridha mengaku khawair akan fenomena yang mulai ditemuinya sejak pandemi Covid-19 2020 silam.

Berangkat dari kekhawatiran itu jugalah alasan GGSI hadir di Indonesia dan diawali dari Medan sebagai kota tempat tinggalnya.

"Kita merasa khawatir generasi muda kita ke depan akan terancam akibat penggunaan gadget yang tidak tepat tadi. Apalagi jika gejala awal yang tadi disebutkan dibiarkan saja tanpa dicegah bahkan terus berlangsung untuk waktu yang lama maka akan berdampak terhadap kematian saraf," ujarnya.

Jika kondisi itu menimpa generasi muda, maka yang terjadi adalah kelumpuhan.

"Ini horor ananda sekalian. Jika saraf sudah mati maka yang terjadi adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil dan besar tidak terasa atau loss dan seksual bagi lelaki hilang. Tidak ada lagi obat yang bisa menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan," tuturnya.

Padahal sambung Prof Ridha, Indonesia saat ini mengalami situasi bonus demografi dimana usia produktifnya jauh lebih besar dari usia non produktif.

Jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan membiarkan perilaku penggunaan gadget yang salah terus menerus, maka menurut Prof Ridha, bonus demografi yang dinantikan justru akan menjadi bencana demografi dengan melahirkan generasi cacat.

"Tentu saja cita-cita bangsa ini melahirkan generasi emas menuju 2045 akan sia-sia," ungkapnya.

Untuk itu Prof Ridha mengajak seluruh mahasiswi STID agar menggunakan gadgetnya sesuai fungsi dan kebutuhannya. Dirinya juga berpesan, agar gadget tidak menjadi alat yang bisa mempengaruhi dan menjurus ke arah negatif.

"Jangan karena gadget justru mempengaruhi kesehatan mental dan jiwa adinda sekalian. Jadikanlah gadget sebagai media ke arah positif dan berguna bagi bangsa dan negara. Sehingga semangat sang pendiri bapak Mohammad Natsir bisa tertular dan keinginan mulia kita melahirkan generasi berkualitas yakni generasi sehat, pintar dan bermoralitas yang baik bisa diraih. Dan kunci generasi emas menuju 2045 dapat terwujud," harapnya.

Sementara itu Mudir STID Mohammad Natsir, Salman Al Farisi menyambut baik kedatangan Prof Ridha ke kampus mereka.

"Hari ini kita bersama-sama akan meminta ilmu pada beliau (Prof Ridha). Saya harapkan pada teman-teman sekalian karena memang dalam kehidupan sehari-hari kita ini, separuh waktu habis untuk bermain gadget sesuai judul hari ini adalah Gerakan Gadget Sehat Indonesia, menunjukan bahwa gadget sangat berpengaruh kepada kesehatan paling tidak, ada dua hal yang berpengaruh kepada kita yakni kesehatan jasmani dan rohani," ujarnya.

Masih menurut Salman, jika dilihat, gadget atau hp adalah media paling cepat mengakses apapun termasuk hal yang positif dan juga negatif.

"Misalnya hal negatif, gadget bisa menjadi ladang kemaksiatan termasuk juga kesehatan. Ulama imam Syafii pernah bertanya kenapa susah menghapal pelajaran? Ternyata karena faktor kemaksiatan. Maka tinggalkanlah kemaksiatan, itu artinya kemaksiatan akan sangat berpengaruh terhadap ilmu. Karena ilmu itu adalah cahaya, jadi kita sangat berharap kepada prof Ridha untuk menjelaskan bagaimana dampak gadget itu terhadap kesehatan jasmani dan rohani," ungkap Salman.

Jasmani bilang Salman bisa dirasakan langsung seperti mata dan kepala pusing lainnya.

"Tapi rohani ini sepanjang kehidupan kita mengakses sesuatu yang diharamkan oleh Allah akan mengendap penyakit pada tubuh kita, mengendap penyakit dalam hati kita. Mumpung itu belum kronis dan masih semester VII atau baru dua tahun megang handphone, Insya Allah penyakit masih sedikit. Semoga Prof Ridha bisa memberikan pencerahan kepada kita akan dampak gadget terhadap kesehatan. Kita semua ditherapi, Akhwan diterapi dan juga nantinya Akhwat akan diterapi," ucapnya mengakhiri.

Selain Kampus Putri STID Mohammad Natsir Jakarta, Prof Ridha juga akan mengunjungi Kampus Putra STID Mohammad Natsir Bekasi serta dilanjutkan ke Insan Mandiri Aquatics Sport dalam agenda kampanye gadget sehat di 15 kota.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi