Roadshow di SMKN 5 Bandung, Prof Ridha: Generasi Muda Rentan Terhadap Problem Gadget

Roadshow di SMKN 5 Bandung, Prof Ridha: Generasi Muda Rentan Terhadap Problem Gadget
Roadshow di SMKN 5 Bandung, Prof Ridha: Generasi Muda Rentan Terhadap Problem Gadget (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Bandung - Melanjutkan perjalanan roadshow 15 kota di Indonesia, kali ini Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof. Dr. dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) hadir di SMK Negeri 5 Bandung.

Dalam kesempatan kali ini, Prof Ridha tak hanya mengingatkan dampak negatif penggunaan gadget secara fisik tapi juga dampak sosial yang dirasakan para generasi muda termasuk jenjang pelajar.

"Insya Allah kehadiran kita memberikan pencerahan kepada siswa didik. Mereka ini sangat rentan terhadap problem gadget baik fisik dan sosialnya," ujar Prof Ridha di hadapan 300 siswa SMKN 5 Bandung, Selasa (7/11).

Masih menurut Prof Ridha, efek gadget secara fisik yang menghantui generasi muda termasuk pelajar yakni penjepitan saraf leher.

"Namun non fisik tak jauh lebih berbahaya yakni judi online yang akhirnya menjadi korban pinjol. Ini kan sangat berbahaya bagi generasi muda terhadap dampak sosial dan efek yang ditimbulkan tentunya akan berat nantinya," ungkap Prof Ridha.

Kehadirannya di Bandung lanjut Prof Ridha, agar para generasi muda termasuk pelajar bisa bangkit dan menjadi generasi emas menuju 2045 mendatang.

Dalam kesempatan itu juga Prof Ridha turut memaparkan penggunaan gadget yang tidak tepat secara fisik. Guru besar Fakultas Kedokteran USU itu menjelaskan ada dua faktor yakni posisi dan durasi.

Menurut Prof Ridha, posisi penggunaan gadget yang kurang tepat dan juga durasi yang berlebihan, akan mengakibatkan banyak generasi muda mengalami saraf kejepit pada bagian leher.

"Gejalanya ini sering kesemutan pada tangan dan kaki, kepala pusing, pundak berat, leher sakit, dan bangun tidur tidak segar. Dan ini biasanya sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas. Tapi sekarang kondisi ini sudah mulai dirasakan generasi muda dari tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," ucapnya.

Tentu saja sebagai dokter ahli bedah saraf, Prof Ridha mengaku khawair akan fenomena yang mulai ditemuinya sejak pandemi Covid-19 2020 silam.

Berangkat dari kekhawatiran itu jugalah alasan GGSI hadir di Indonesia dan diawali dari Medan sebagai kota tempat tinggalnya.

"Kita merasa khawatir generasi muda kita ke depan akan terancam akibat penggunaan gadget yang tidak tepat tadi. Apalagi jika gejala awal yang tadi disebutkan dibiarkan saja tanpa dicegah bahkan terus berlangsung untuk waktu yang lama maka akan berdampak terhadap kematian saraf," ujarnya.

Jika kondisi itu menimpa generasi muda, maka yang terjadi adalah kelumpuhan.

"Ini horor ananda sekalian. Jika saraf sudah mati maka yang terjadi adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil dan besar tidak terasa atau loss dan seksual bagi lelaki hilang. Tidak ada lagi obat yang bisa menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan," tuturnya.

Padahal, sambung Prof Ridha, Indonesia saat ini mengalami situasi bonus demografi dimana usia produktifnya jauh lebih besar dari usia non produktif.

Jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan membiarkan perilaku penggunaan gadget yang salah terus menerus, maka menurut Prof Ridha, bonus demografi yang dinantikan justru akan menjadi bencana demografi dengan melahirkan generasi cacat.

"Tentu saja cita-cita bangsa ini melahirkan generasi emas menuju 2045 akan sia-sia," ungkapnya.

Untuk itu Prof Ridha mengajak seluruh peserta didik SMKN 5 Bandung agar menggunakan gadgetnya sesuai fungsi dan kebutuhannya.

Dirinya juga berpesan, agar gadget tidak menjadi alat yang bisa mempengaruhi dan menjurus ke arah negatif.

"Jangan karena gadget justru mempengaruhi kesehatan mental dan jiwa adinda sekalian. Jadikanlah gadget sebagai media ke arah positif dan berguna bagi bangsa dan negara. Sehingga keinginan mulia kita melahirkan generasi berkualitas yakni generasi sehat, pintar dan bermoralitas yang baik bisa diraih. Dan kunci generasi emas menuju 2045 dapat terwujud," harapnya.

Sebelum mengakhiri Prof Ridha tak sungkan merespon antusias yang ditunjukkan pihak SMKN 5 Bandung.

"Sambutannya di sini (SMKN 5 Bandung) cukup baik. Bahkan, mereka juga berharap penyuluhan gadget sehat ini juga disampaikan kepada para guru dan seluruh peserta didik mereka. Sayang waktu kita terbatas dan ke depan ini bisa dilanjutkan dengan penyuluhan secara online," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Pembina Kesiswaan, Neng Westi Okti Megawati, M.Pd tak menampik jika para generasi muda termasuk siswa didiknya banyak yang sudah kecanduan akan gadget.

"Bahkan mau tidur dan bangun tidur yang dipegang pertama kali adalah gadget. Tak jarang juga rela begadang karena bermain gadget. Sehingga mendatangkan Prof Ridha dari Medan sebagai langkah tepat," ucapnya.

Dirinya pun berharap sisiwa didiknya bisa mendapatkan manfaat dari sosialiasi dan penyuluhan Gerakan Gadget Sehat Indonesia oleh Prof Ridha.

"Ini menjadi kesempatan langka. Jadi manfaatkan ini dan jadikan gadget sebagai media yang bermanfaat," harapnya.

Selain hadir di SMKN 5 Bandung, Prof Ridha juga hadir di SMK IBC Cinta Teknika dan juga SMPN 1 Bandung dalam agenda roadshow mengampanyekan Gerakan Gadget Sehat Indonesia di 15 kota.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi