Prof Ridha (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Depok - Nasib bangsa ini ada di tangan para generasi muda. Untuk itu jadikan generasi ini sebagai generasi yang berkualitas yakni generasi pintar, sehat dan bermoralitas yang baik.
Hal itu dikumandangkan Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof.Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) saat menyambangi SMA Muhammadiyah 4 Depok dalam agenda roadshow 15 kota di Indonesia, pada Rabu (8/11).
"Anak-anak SMA harus sadar bahwa mereka ini adalah harapan bangsa. Untuk itu harus bisa menjadi generasi berkualitas. Karena saat ini pintar, sehat dan bermoral yang baik bukanlah pilihan tapi menjadi kewajiban," ujar Prof Ridha.
Bagaimana agar generasi berkualitas bisa tercipta? Salah satunya sebut Prof Ridha yakni bijak dalam penggunaan gadget.
Di mana penggunaan gadget yang tidak tepat akan berakibat terhadap kelumpuhan atau kecacatan. Alhasil, bonus demografi yang tengah dihadapi Indonesia saat ini justru bisa berujung menjadi bencana demografi.
Di mana diriinya menjelaskan ada dua faktor penyebab penggunaan gadget yang bisa mengakibatkan dampak negatif. Yakni, posisi dan durasi.
"Jika menggunakan gadget dengan posisi yang meyebabkan adanya tekukan pada leher, maka akan ada beban yang ditanggung. Semakin dalam tekukan itu, maka akan semakin berat beban yang ditanggung leher," terang Guru Besar Fakultas Kedokteran USU itu.
Jika ini berlangsung singkat atau hanya beberapa menit lanjut Prof Ridha, hal itu tidak begitu berdampak.
"Tapi jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar," ujarnya.
Dulunya gejala ini ungkap Prof Ridha, sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP bahkan anak SD.
"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," ucapnya lagi.
Kematian saraf ini ungkap Prof Ridha jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang.
"Jika seperti ini maka tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," sebutnya.
Sehingga yang terjadi, 5 hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat. Untuk itulah dirinya menganggap pentingnya gerakan gadget sehat hadir di Indonesia dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari situasi bonus demografi.
"Sekali lagi saya ajak agar memanfaatkan bonus demografi agar Indonesia bisa masuk jajaran lima besar dunia," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Paruliana Sari menyambut baik kedatangan Prof Ridha di sekolah mereka.
"Ini kebanggaan buat kami bisa dikunjungi oleh sosok penting sebagai insiator Gerakan Gadget Sehat, Prof Ridha yang jauh dari Medan khusus datang ke mari (SMA Muhammadiyah 4 Depok)," ucapnya.
Dirinya menilai, sosialisasi gadget sehat sangat penting bagi siswa didiknya karena sudah menjadi keseharian dalam kehidupan.
"Para anak-anak kami seraplah ilmu yang diberikan oleh Prof Ridha karena ini memang sangat penting bagi kalian yang selalu berinteraksi dengan gadget setiap harinya," harap Paruliana Sari mengakhiri sambutannya.
Selain mengunjungi SMA Muhammadiyah 4 Depok, Prof Ridha juga hadir di SD Pioneer Depok dalam rangkaian roadshow 15 kota di Indonesia.
Kegiatan sosialisasi di SMA Muhammadiyah 4 Depok itu juga turut dihadiri Wakil Kepala Sekolah, H. Ali Wartadinata dan juga Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, Rabiatul Awaliyah, SPd.
(JW/RZD)