Sosialisasi Gadget Sehat di Masjid Ar Rohaniyah, Prof Ridha: Jangan Biarkan Anak Hadapi Persoalan Sendiri (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) terus bergerak mengampanyekan bahaya dan dampak penggunaan gadget yang tidak tepat baik secara posisi maupun durasi.
Usai roadshow di 15 kota di Indonesia, Prof Ridha kembali melakukan penyuluhan gadget sehat di Kota Medan.
Kesempatan kali ini, sang inisiator GGSI, Prof Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) mengunjungi Masjid Ar Rohaniyah, Medan Amplas, pada Minggu (12/11).
Prof Ridha pun menyampaikan pesan moril kepada para peserta yang hadir dari pengajian muslimah Al Wasliyah.
Dirinya mengingatkan kepada para orang tua pengajian yang hadir, agar tidak membiarkan anak-anaknya menghadapi problematikanya seorang diri.
"Jangan biarkan mereka menghadapi persoalannya sendiri dan para orang tua jangan putus asa. Seburuk apapun masa lalu mereka, masa depan mereka masih suci. Biarkan mereka melukis masa depannya di atas kertas yang putih dengan indah," tutur Prof Ridha.
Dalam kesempatan itu Prof Ridha mengingatkan salah satu persoalan yang dihadapi kaum muda saat ini yakni penggunaan gadget yang tidak tepat secara posisi dan juga durasi.
Sebagai ahli bedah syaraf, Prof Ridha mengaku banyak menemukan kasus syaraf terjepit pada bagian leher. Rata-rata disebabkan oleh penggunaan gadget yang tidak tepat yakni adanya tekukan leher.
"Saat menggunakan gadget, kita umumnya akan menanggung beban lima kilogram saat posisi leher 0 derajat. Saat tekukan leher menjadi 30 derajat beban yang kita tanggung bertambah menjadi 18 kilogram, dan ketika tekukan mencapai 60 derajat maka beban yang ditanggung mencapai 27 kg," ujar Prof Ridha.
"Tekukan leher yang semakin dalam akan menanggung beban yang semakin berat. Jika dilakukan dalam waktu singkat itu tidak begitu terpengaruh, tapi jika durasinya lama maka yang terjadi adalah saraf kejepit pada leher,” terang Prof Ridha melanjutkan.
Yang paling sering terjadi dari dampak syaraf terjepit di leher, jelas Prof Ridha, yakni leher sakit, pusing, tangan kesemutan, pegel, dan pundak berat.
"Itu baru awal. Tapi jika ini terus dilakukan dan dalam waktu yang lama hingga bertahun lamanya, maka yang terjadi adalah kelumpuhan saraf. Ini horor, karena akan mengakibatkan kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang bagi kaum pria serta buang air besar dan kecil tak terasa atau loss. Tentunya tak ada operasi yang bisa mengembalikan dan tak ada obat yang bisa menyembuhkan," ungkapnya.
Itulah alasan kenapa GGSI terus meneriaki dampak negatif penggunaan gadget yang tidak tepat.
"Kita gak mau generasi muda di Indonesia dengan jumlah yang cukup tinggi untuk usia produktifnya mencapai 70 persen dari jumlah penduduk harus rusak akibat penggunaan gadget yang salah," tegas Prof Ridha.
Apalagi tingginya jumlah usia produktif menjadi bonus demografi bagi Indonesia yang harus dimanfaatkan dengan sebaiknya jika tidak ingin melahirkan generasi cacat.
Prof Ridha turut menyampaikan beberapa pencegahan agar generasi muda bisa selamat dari ancaman tersebut.
"Yakni dengan disiplin penggunaan gadget. Mau berhasil itu kesungguhan kita dan izin Allah. Gunakanlah pada saat perlu (2 jam per hari). Jika kerja menggunakan hp, pindahkan data ke personal computer (PC), tablet ataupun laptop dan layarnya ratakan dengan wajah. Pastikan satu jam sekali break time," ucapnya mengakhiri.
Selain hadir di Masjid Ar Rohaniyah, Prof Ridha juga memberikan edukasi penggunaan Gadget Sehat di Klinik Iman Medan Labuhan.
Tak sampai di situ, Prof Ridha juga akan melanjutkan kampanye gerakan gadget sehat di Aceh dalam lanjutan roadshow kota ke 16, setelah sebelumnya telah menyelesaikan roadshow di 15 kota di Indonesia.
(JW/RZD)