Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin (kiri), dalam Kuliah Umum di Gedung A Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Sabtu (11/11/2023). (ANTARA/HO-Kemenkes)
Analisadaily.com, Jakarta - Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menekankan konsep kesehatan yang benar adalah mencegah orang sehat agar tidak sakit, bukan mengobati orang yang sakit agar menjadi sehat
"Konsep kesehatan yang benar adalah menjaga kesehatan masyarakat," ucap Budi dilansir dari Antara, Senin (13/11).
Budi mengatakan hal tersebut penting dilakukan, sebab sebelum dirinya menjabat, sekitar 80 persen anggaran di Kemenkes digunakan untuk mengobati penyakit, mengurusi rumah sakit, peralatan, serta obat-obatan, bukan untuk mengurusi orang sehat.
Dia menilai hal tersebut merupakan konsep kesehatan yang salah.
"Yang menarik buat saya adalah to promote healthy life and well being, tidak ada kata-kata to cure people. Menjaga orang tetap sehat dan sejahtera, jadi tidak ada kata-kata mengobati orang sakit," ujarnya.
Mewujudkan hal tersebut, Budi mengungkapkan pihaknya telah menginisiasi Program Transformasi Kesehatan yang terdiri atas enam pilar utama, salah satunya adalah transformasi layanan primer.
Pada transformasi layanan primer, ungkapnya, Kemenkes telah melakukan revitalisasi Puskesmas, Puskesmas pembantu (Pustu), dan Posyandu yang seluruhnya juga tercantum dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (UU Kesehatan).
"Itu sebabnya di Undang-Undang yang baru, kita bikinnya revitalisasi layanan primer, itu gak berhenti di 10.000 Puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan. Kita ada 34 provinsi, 514 kabupaten/kota. Kita mau turunin ke 85.000 Puskesmas pembantu di level desa dan 300.000 di level dusun," paparnya.
Dia mengatakan pihaknya juga berusaha untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif kesehatan. Salah satunya melalui kerja sama yang dilakukan bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan memasukkan sejumlah kurikulum kesehatan yang tersebar dimulai dari tingkat PAUD hingga SMA/sederajat.
Ia menilai edukasi promosi kesehatan yang paling baik adalah yang dilakukan sedini mungkin. Untuk itu, sejumlah kurikulum kesehatan yang memuat berbagai informasi penyakit dan cara pencegahannya akan masuk ke dalam kurikulum resmi secara bertahap mulai tahun depan.
Budi berharap partisipasi masyarakat untuk dapat menguatkan promosi kesehatan, karena upaya promotif kesehatan tidak akan berhasil jika dilakukan secara eksklusif oleh pemerintah saja.
"Yang namanya promosi kesehatan itu sifatnya inklusif bukan eksklusif, harus dilakukan jadi gerakan," tambah Budi.
(CSP)