Para Ibu Diharapkan Tak Lelah Dampingi Buah Hati (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof.Dr.dr. Ridha Dharmajaya ingatkan para ibu agar tidak lelah untuk terus mendampingi buah hatinya.
Kendati anaknya memiliki latar belakang yang sangat buruk sekalipun Prof Ridha yakin setiap anak memiliki masa depan yang putih dan suci.
"Seburuk apapun masa lalu mereka jangan tinggalkan mereka dan tetap dampingi. Karena masa depan mereka masih putih dan suci. Mereka bebas menulis tulisan indah di kertas putih masa depan mereka," tutur Prof Ridha saat menyampaikan seminar parenting gadget sehat dalam upaya penyelamatan generasi bangsa bersama ibu-ibu Darmawanita Persatuan Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan, Selasa (14/11).
Prof Ridha menyampaikan pesan moril tersebut di tengah kekhawatirannya akan dampak penggunaan gadget yang tidak tepat baik secara posisi dan juga durasi. Sebagai dokter ahli bedah saraf, dirinya memgaku banyak menemukan kasus saraf kejepit pada bagian leher yang dialami generasi muda.
"Awal 2022 kita banyak menerima pasien dengan gejala saraf kejepit pada leher. Gejalanya yakni sering sakit kepala, lemas, sulit menggerakan tangan dan kaki, pundak serasa berat dan leher sakit. Normalnya itu dirasakan usia 50 tahun ke atas. Namun, pada akhir 2022 kita temukan juga banyak dialami anak SMA, SMP bahkan SD," ujarnya.
Hal itu tak lain dikarenakan banyak anak sekolah saat masa pendemi Covid 19 mengerjakan tugas rumahnya menggunakan gadget. Sehingga banyak temuan gejala itu dialami remaja dan anak-anak.
"Hal itu dikarenakan posisi penggunaan yang tidak tepat. Di mana terjadinya tekukan pada leher. Semakin dalam tekukan maka akan semakin berat beban terhadap leher yang menjadi pemicu saraf kejepit," ungkapnya.
Masalahnya bilang Prof Ridha, mereka memegang gadgetnya bukan hanya 10 atau 15 menit tapi bisa berjam-jam.
"Setiap hari, berhulan bertahun, yang terjadi struktur tulang belakangnya akan mengalami perubahan dan mulai membentuk sudut. Kalau masih seperti ini masih bisa dioperasi untuk meluruskan kembali lehernya, ya walaupun geraknya di luar ruangan akan terbatas. Dia tidak cacat," ucapnya.
"Nah ananda kita banyak yang tidak tahu telah terjadi perubahan pada tulang belakang lehernya. Jika itu dibiarkan dan masih terus bermain gadgetnya maka dampak paling bahaya adalah kematian saraf," sambung Prof Ridha.
Ini gejalanya bilang Prof Ridha yakni kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil dan besar loss, fungsi seksual terutama lelaki akan hilang serta otot pernafasan akan terganggu.
"Jika ini yang dirasakan maka akan terjadi kelumpuhan. Tentu kita tidak ingin generasi muda yang kita besarkan akan menjadi cacat. Ini adalah alasan utama hadirnya gerakan gadget sehat. Jika selama ini banyak yang lebih konsen ke kontennya saja. Maka kami sampai saat ini masih kencang berteriak pada dampak fisiknya," ucap guru besar Fakultas Kedokteran USU itu.
Berbicara tentang generasi, sebut Prof Ridha, jumlah penduduk Indonesia berkisar 270 juta dan 70 persennya adalah usia produktif (15-64 tahun). Setidaknya, 5-10 tahun ke depan akan ada sekitar 20 juta masyarakat dengan usia produktif.
"Inilah yang dinamakan bonus demografi. Jika ini bisa kita manfaatkan maka kita akan meraih puncak menuju Indonesia Emas 2045," katanya.
Apalagi, generasi kita mendatang tidak hanya bersaing dengan masyarakat lokal tapi juha global karena Indonesia sudah masuk era globalisasi.
"Jika mereka tidak mampu bersaing maka bukan bonus demografi yang kita dapat maka yang terjadi adalah bencana demografi. Ketika generasi yang kita hasilkan adalah generasi berkualitas yakni generasi sehat, pintar dan berahlak yang baik, maka kita akan menikmati bonus demografi itu," ucapnya sembari mengingatkan jika masa depan generasi muda juga akan menghadapi persaingan dengan mesin.
Dirinya pun memberikan solusi mengenai penggunaan gadget sehat. Yakni dengan modifikasi posisi dengan cara memindahkan data dari gadget ke tablet, PC ataupun laptop. Setelah itu sejajarkan layar dengan mata.
"Kedua durasi. Jika menggunakan lebih dua jam maka setiap satu jam gunakan waktu break time atau istirahat dengan lakukan aktifitas lain dan bisa juga dengan gerakan pemanasan yang ringan. Ini adalah solusi agar gadget tidak menimbulkan negatif terhadap fisik," ungkapnya.
Sebelum mengakhiri, Prof Ridha juga mengingatkan kepada para ibu-ibu yang hadir agar mengawasi anaknya agar tidak terjebak judi online.
"Ini juga berbahaya akan buat adiksi atau kecanduan. Ujungnya jadi kriminil, atau bahkan melakukan pinjol. Jika terjebak pinjol dan tidak mampu membayar maka akhirnya akan mendapat teror hingga frustasi dan berujung negatif pastinya," ucapnya lagi.
Dalam kesempatan itu juga, ketua Darmawanita Persatuan RSUD Dr Pirngadi Medan, Muzdalifah Suhartono mengaku senang akan kesediaan waktu Prof Ridha yang telah menyempatkan waktunya mengisi materi gadget sehat kepada mereka.
"Mari kita manfaatkan kesempatan ini agar seminar parenting gadget sehat dalam upaya penyelamatan generasi bangsa yang kita lakukan hari ini bisa terwujud. Sehingga kita juga bisa menghasilkan generasi berkualitas menuju Indonesia Emas 2045 nantinya," tutupnya.
(JW/RZD)