Mengatasi Gastiris dengan Perasan Kunyit

Mengatasi Gastiris dengan Perasan Kunyit
Kunyit. (Analisadaily/Istimewa)

Oleh: Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS dan Putri Pameliyah Harahap, S.kep., Ns*

GASTIRIS atau lebih sering kita menyebutnya dengan penyakit maag adalah penyakit peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput lendir lambung Sebagian besar masyarakat masih menganggap gastritis sebagai penyakit yang ringan dan memiliki gejala yang sering banyak orang rasakan, dan sering disepelekan. Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap 8 negara dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, dimulai dari negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan persentase 43%, lalu beberapa lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan khususnya Indonesia 40,8% (Kemenkes RI, 2019).


Salah satu gejala terjadinya gastritis adalah nyeri pada ulu hati, selain itu juga bisa terjadi mual, muntah, lemas, nafsu makan menurun, wajah pucat, keluar keringat dingin, sering bersendawa dan pada kondisi yang parah
bisa terjadi muntah darah.


Kunyit yang merupakan tanaman rimpang sering digunakan sebagai rempah karena mudah didapatkan. Perasan air kunyit dapat menurunkan rasa nyeri pada penderita gastritis karena sifat anti radang dapat mengurangi terjadinya inflamasi.

Kandungan zat kurkuminoid dalam kunyit seperti kurkumin. Penyakit yang timbul akibat pola hidup manusia serta penularannya melalui bakteri, salah satunya adalah penyakit gastritis. Penyebab paling sering dari penyakit ini adalah penggunaan Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, pola hidup dengan tingkat stres tinggi, konsumsi alkohol, kopi dan merokok.

Gastritis apabila dibiarkan berlarut-larut tanpa ada upaya
pencegahan akan membuat kesehatan semakin parah dan dapat mengakibatkan kanker lambung bahkan kematian.

Akibat pengobatan farmakologi yang mengakibatkan efek samping, masyarakat sekarang mulai mengarah pada pengobatan nonfarmakologi. Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan keragaman hayati nomor 2 terbesar di dunia setelah Brazil.

Sekarang ini ada kecenderungan Masyarakat untuk mengkonsumsi obat tradisional karena adanya perubahan gaya hidup (back to nature), bisdesmetoksikurkumin, sedangkan minyak atsiri terdiri dari keton sesquiterpen,
desmetoksikumin, dan turmeron,tumeon, zingiberen, flandren, sabinen, borneol, dan sineil.

Kandungan kunyit lainnya berupa lemak, karbohidrat, protein, vitamin C , karoten, garam-gaeram mineral. Yang
berperan sebagai obat herbal yang dibuat dalam bentuk Perasan dengan 5 biji rimpang kunyit atau setara dengan 250 kg di parut dan ditambah air 60 ml perasan tersebut diminum pagi dan sore untuk menghilangkan rasa nyeri pada mukosa lambung yang terluka dan dapat menurunkan kadar asam lambung.

Perasan kunyit ini dapat mencegah kenaikan asam lambung. Reaksi yang terjadi yaitu antara lambung dengan zat yang terkandung di dalam kunyit kurkumine berfungsi untuk melapisi dinding didalam lambung akibat luka serta berfungsi dalam menurunkan kadar asam lambung di dalam lambung tersebut.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kurkumin dapat mengurangi stres oksidatif dan perubahan histologis yang terkait dengan gastritis kronis terkait H.pylori.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa terapi dengan kurkumin secara signifikan mengurangi penanda malondialdehyde dan glutathione peroksida pada pasien, dan meningkatkan kapasitas antioksidan total mukosa lambung (Khonche et al.,2019).

Dalam percobaan baru-baru ini, penambahan kurkumin pada pengobatan dapat memperbaiki stres oksidatif dan perubahan histopatologis pada infeksi H. pylori terkait gastritis kronis (Sarkar, De, & Mukhopadhyay, 2018; Jet al.,2019). Kesimpulannya, kurkumin dapat digunakan sebagai suplemen yang bermanfaat untuk meningkatkan efek perlindungan mukosa lambung terhadap peradangan kronis dan mencegah perubahan karsinogenik pada pasien dengan gastritis kronis yang berhubungan dengan H. pylor.

*Penulis adalah Program Studi Magister Ilmu Keperawatan USU.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi