Kaum Ibu Diajak Bentengi Anak dari Candu Gadget (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof. Dr. dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) terus bergerak menyapa masyarakat Sumatera Utara (Sumut) terkhusus Kota Medan dalam mengampanyekan gerakan gadget sehat.
Dirinya tak ingin melihat para generasi muda Indonesia terpuruk akibat kelumpuhan dikarenakan penggunaan gadget yang tidak tepat.
Pada kesempatan kali ini, Prof Ridha menyambangi PAUD Nusantara di kawasan Jalan Karya Bakti II, pada Kamis (21/12).
Pria yang juga menjabat sebagai guru besar Fakultas Kedokteran USU itu mengajak para ibu yang anaknya mengenyam pendidikan di PAUD Nusantara agar membentengi dan tak pernah lelah mendampingi anaknya dari kecanduan gadget.
"Buat para ibu, jangan lelah mendampingi anaknya agar tidak kecanduan gadget. Karena banyak dampak buruk yang timbul jika salah dalam penggunaannya," ujar Prof Ridha.
Dirinya mengungkap fakta banyaknya temuan pada akhir 2022 generasi muda mengalami saraf kejepit keher akibat gunakan gadget yang tidak tepat.
Hal itu ditenggarai para peserta didik lebih banyak menggunakan gadget karena kewajiban daring di masa pandemi.
"Saraf kejepit ini gejalanya tangan kesemutan, pegal di pundak, kepala sering sakit, dan tidak segar saat bangun tidur. Padahal ini dialami kaum jelita atau jelang lima puluh tahun. Tapi saat ini banyak dialami anak SD, SMP dan SMA," ucapnya.
Berarti sambung Prof Ridha ada penuaan dini pada tulang bagian belakang lehernya. Jika ini dibiarkan maka yang terjadi fatal yakni kematian saraf.
"Fatal jika sarafnya mati, gejala tangan dan kaki lumpuh, buang air kecil loss gak terasa dan seksual bagi lelaki tidak berfungsi. Saraf ini tidak beregenerasi bu, tidak tumbuh lagi. Sehingga mereka cacat selamanya. Tidak ada obat menyembuhkan dan tidak ada operasi yang mengembalikan," ungkap Prof Ridha.
Temuan lain selama perjalanan GGSI sebut Prof Ridha, anak 0-4 tahun disuguhi handphone oleh orang tuanya hanya untuk aladan agar si anak tenang. Padahal tanpa disadari orang tua bahwa itu akan berdampak buruk bagi anak yakni mengakibatkan speech dellay atau motorik bicaranya lambat.
"Karena tontonan si anak di gadget dalam hal ini handphone tidak merangsang anak berbicara. Gadget hanya merangsang mereka mendengar dan melihat. Selain lambat berbicara, saat usia sekolahnya si anak juga akan sulit konsentrasi dengan pelajarannya akibat kecanduan gadget karena lebih fokus ke tontonannnya di aplikasi gadget," ungkap Prof Ridha.
Ditambah lagi, hadirnya bahaya judi online yang kian digandrungi kaum remaja. Selain akan berujung terhadap perbuatan kriminal juga bermuara ke pinjaman online untuk modalnya.
"Kalau sudah pinjol gak sanggup bayar ujung-ujungnya frustasi dan akhirnya bisa bunuh diri," katanya.
Untuk itu Prof Ridha mengajak para orang tua terutama kaum ibu agar mengawasi dan mendampingi anak-anaknya agar tidak kecanduan gadget yang tidak tepat.
"Indonesia dalam situasi bonus demografi dimana usia produktifnya jauh lebih tinggi dari non produktif. Bagaimana anak kita bisa bersaing jika mereka lumpuh karena gadget. Untuk itu tetap awasi dan dampingi anak-anak kita dan arahkan mereka menjadi generasi berkualitas yakni pintar, sehat dan bermoral yang baik. Agar ke depannya mereka mampu bersaing tak hanya dalam negeri tapi juga bersaing dengan dunia luar di era globalisasi saat ini," tuturnya.
Kehadiran Prof Ridha pun mendapat sambutan hangat dari Kepala PAUD Nusantara, Shofa Malini, M.PSi.
Dirinya berharap, para orang tua mendapat ilmu baru dan bisa melindungi buah hatinya dari ancaman gadget baik secara fisik maupun konten.
"Ini ilmu yang cukup bermanfaat, semoga para orang tua khususnya para ibu bisa memahami dampak dari bahaya gadget yang tidak tepat bisa mengancam ananda kita menghadapi masa depannya nanti," ungkapnya mengakhiri.
(JW/RZD)