Intelektual Muda Berperan Selamatkan Bonus Demografi

Intelektual Muda Berperan Selamatkan Bonus Demografi
Podcast Endorfin (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Berangkat dari rasa peduli untuk menjaga kelestarian budaya Jawa serta meningkatkan kualitas pendidikan generasi muda, menjadi alasan An Arafahan dan kawan-kawan membentuk komunitas Gerakan Mahasiswa Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Gema Pujakesuma).

An Arafahan yang diamanahkan menjabat Ketua Umum DPW Gema Pujakesuma Sumut itu mengaku jika awalnya ingin menepis anekdot yang kerap mengucilkan wong Jowo dengan sebutan Jawa kontrak, Jawa makan kutu dan sebagainya.

Jika dulunya, anak-anak Jawa kecendrungan berada di kebon tidak mendapatkan pendidikan yang layak, namun kini sudah banyak anak-anak muda Jawa yang mengenyam bangku kuliahan dan itu dibuktikan dengan berdirinya Gema Pujakesuma.

"Walaupun masih banyak kita temukan kasus seperti di Tanjung Pura, Langkat, tidak hanya Jawa namun suku lain banyak yang tidak tersentuh pendidikan, ini perlu kita beri pemahaman tentang pentingnya pendidikan. Inilah salah satu fungsi hadirnya Gema Pujakesuma. Karena pendidikan adalah prioritas sebagai upaya mencerdaskan anak bangsa," ujar Fahan saat hadir sebagai bintang tamu di Podcast Endorfin, Prof Ridha Dharmajaya, kemarin.

Masih menurut Fahan, jika dulunya mindset tak berani memiliki cita-cita karena kemiskinan sudah harus dihapus. "Cita-cita gratis ayo kita gantung tinggi-tinggi," ajaknya.

Gema Pujakesuma Sumut sendiri bilang Fahan masih terbilang muda karena dibentuk pertama kali di USU pada 2021-2022 lewat aspirasi rekan mahasiswa lainnya. Saat ini Gema Pujakesuma Sumut sudah terbentuk di 12 DPD kab Kota serta 5 Komisariat Kampus.

Organisasi tidak terkhusus suku Jawa. Karena di dalamnya ada Anggota Biasa (Suku Jawa) dan Anggota Khusus yang tidak memiliki darah Jawa tapi ingin memiliki kontribusi untuk melestarikan budaya.

Beberapa program pelestarian budaya Jawa pun menjadi fokus selain kegiatan sosial. "Kami fokus kesenian karena bergerak di bidang budaya, kami memiliki sanggar kesenian Jawa. Ada juga kegiatan Panoto Coro (MC). Kenapa itu penting? karena saat pemuda meninggalkan budayanya maka dia adalah pemuda yang merugi," tutur Fahan.

Gema Pujakesuma juga fokus bertransformasi dengan budaya agar lebih enak didengar dan diikuti. "Berharapnya Gema Pujakesuma menjadi pelopor kegiatan budaya di Sumut. Karena budaya juga bisa menjadi diplomasi internasional," ujarnya.

"Selain budaya, kami juga melakukan sejumlah kegiatan sosial dengan membagikan nasi gratis kepada orang yang kurang mampu dan ODGJ," sambungnya.

Semua itu lanjutnya sebagai upaya menumbuhkan rasa sosial dan Pancasila kepada kawan-kawan agar saling peduli. Untuk bidang pendidikan, Gema Pujakesuma Sumut bilang Fahan kerap menggelar diskusi dan bedah buku untuk menambah wawasan.

"Kita punya cita-cita untuk turun ke seluruh kabupaten kota dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan terutama dalam menyambut bonus demografi," ungkapnya.

Sebelum mengakhiri, Fahan mengaku memiliki keinginan Gema Puja Kesuma Sumut bisa membangun sebuah Universitas Pujakesuma yang bisa dimanfaatkan semua orang dengan biaya yang murah.

Menyahuti keinginan mulia tersebut, Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) yang bertindak sebagai host mengaku salut dengan perjuangan anak-anak muda yang tergabung dalam Gema Pujakesuma.

"Mereka (Gema Pujakesuma) menunjukkan eksistensi sebagai masyarakat suku Jawa. Mereka ingin menghilangkan image masyarakat Jawa di Sumatera Utra sebagai masyarakat pinggiran. Walaupun jumlahnya banyak, tapi mereka selalu diberikan julukan yang kurang baik, Jawa Kontrak, Jawa Makan Kutu dan Gema Puja Kesuma membalikkan itu semua," ungkap Prof Ridha.

Saat ini sebut Prof Ridha sudah banyak intelektual muda yang akan berkiprah membawa kemajuan masyarakat Jawa yang ada di Sumatera Utara khususnya. "Lebih dari itu mereka juga membangkitkan budaya Jawa yang hampir tengelam. Budaya bangkit akan meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan positif apakah itu pendidikan atau lainnya," katanya.

Dalam kesempatan itu juga Prof Ridha mengajak kaum intelektual muda untuk bergerak menyelamatkan bonus demografi dari bencana demografi. "Kita harus bergerak demi melahirkan generasi berkualitas. Apa yang disampaikan teman-teman Gema Pujakesuma tentu berkorelasi langsung dengan Gadget Sehat Indonesia dan harapan itu hadir dari generasi muda," ucapnya.

Menyinggung Budaya, menurut Prof Ridha bukan hanya berbicara satu sisi pendidikan saja tapi juga memperkaya keberagaman kita. "Memperkaya keberagaman berdampak terhadap turis. Bukan berarti budaya Jawa harus dilihat turis di Jawa, tapi juga bisa dilihat di Sumatera. Ini menunjukan kemajukan kita di Sumatera Utara sekaligus menegaskan jika kita dalam Unity, satu kesatuan negara Republik Indonesia," tutup Prof Ridha.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi