Rizky saat menjadi bintang tamu di acara podcast Endorfin bersama Prof Ridha (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Berangkat dari kegalauan melihat sejumlah komunitas anak Medan yang bergeliat masing-masing, membuat Rizky Syahfitri Nasution berkeinginan menyatukannya dalam sebuah wadah.
Bersama rekannya Irfan, keduanya pun mulai memikirkan cara agar komunitas-komunitas tersebut bisa bersatu bak sebuah filosofi sapu lidi, saat satu mudah dipatahkan dan ketika bersatu akan menjadi kuat untuk membuat sebuah pergerakan.
"Pada 2011 masih muda kali lah saat itu, saya pun berstatus sebagai pegawai di perusahaan milik negara. Kita melihat anak muda Medan ini sebenarnya potensial, banyak kreatifitas yang bisa ditinjolkan dengam background masing-masing. Bahkan yang tidak memiliki pendidikan pun memiliki kreatifitas. Inilah yang ingin kita wadahi dan bergeraknya mulai dari situ," terang Rizky saat menjadi bintang tamu di acara podcast Endorfin bersama Prof Ridha, kemarin.
Rizky melihat Medan memiliki bandara internasional. Tentunya segala wisatawan dari berbagai penjuru bisa mengunjungi. Akan tetapi Medan tidak memiliki wisata kota. Kebanyakan hanya datang untuk menikmati kuliner dan makan durian.
"Bukan ini yang seharusnya kita jual, kita ingin menonjolkan kalau wisatawan ke Medan bukan sebagai wisata kuliner tapi wisatawan sejarah. Sehingga kita coba mempelajari dengan menemui akademisi dan praktisi untuk mengenal dan mencari tahu," tutur Rizky.
Selanjutnya, Rizky bertemu Rudolf Sitorus yang saat itu masih menjabat wakil sekretaris fakultas arsitek USU.
"Pak Rudolf menjadi dewan pembina kami dan nantangin kita satu nama yang gampang diingat orang, tercetus lah nama Medan Heritage. Tidak hanya sekedar seni dan situs budaya tapi heritage luas seperti warisan pusaka. Sehingga segala jenis komunitas bisa bergabung," katanya.
Dua tahun berlalu, tepat 2013, bermodalkan kekuatan media yang saat itu memanfaatkan Twitter, Rizky dan rekannya kerap membuat trending topik tentang situs sejarah di Kota Medan.
"Netizen sering bertanya-tanya, apa itu Medan Heritage? Di situlai kami mulai memunculkan ide untuk meramu launching besar. Kegalauan kita Medan tidak punya wisata selain kuliner kita rubah mindsetnya dengan melakukan campaign Medan wisata sejarah," ucapnya.
Medan Heritage pun terus bergerak dan berkolaborasi dengan sejumlah komunitas lain untuk mengajak anak-anak muda Medan untuk mengenal, mencintai dan menjaga serta mempromosikan situs-situs sejarah di Kota Medan.
"Kita para penggerak Medan Heritage adalah orang yang awalnya tidak tahu sejarah. Konsepnya adalah ayo bergabung dan mencari tahu. Bergerak dulu sebelum hilang situsnya. Kita libatkan akademi, sejarawan dan orang yang paham. Kita juga buat kelas-kelas sebagai media edukasi," ungkapnya.
Sebelum mengakhiri, Rizky mengungkapkan jika Medan terbentuk bukan dari penjajahan tapi politik industri. Banyak nilai sejarah yang tertinggal dan masih membekas di hati masyarakat Medan.
"Di mana Medan dulunya adalah sebuah perkampungan. Belanda melihat Medan berpotensi karena Tembakau Deli yang dianggap memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga membangun perkebunan di Medan. Melihat potensi itu, Presiden Soekarno pun memutuskan membangun sarana transportasi di Medan untuk perkebunan seperti kereta api," ujarnya.
"Dibangunlah kawasan lapangan Merdeka, ada kantor pos, ada balai kota, ada perbankan, ada hotel bahkan supermarket. Selain itu juga dibangun bandara Polonia yang didominasi orang Polandia. Pesawat itu untuk menyiram pupuk oerkebunan. Jadi Medan dulu sangat maju karena transportasinya lengkap ada pesawat dan kereta api," lanjutnya.
Dengan banyaknya situs sejarah yang harus dilestarikan di Kota Medan, Rizky dan kawan-kawan tak pernah lelah mengajak dan merangkul semua pihak untuk turut bersama menjaga dan melestarikannya.
Sehingga ke depan ketika wisatawan hadir tak hanya menilai Medan sebagai kota kuliner akan tetapi Medan sebagai kota penuh sejarah.
Melihat keuletan Rizky dan kawan-kawan dalam menjaga kelestarian Heritage kota Medan hingga membangun komunitas Medan Heritage menurut Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya layak diacungi dua jempol.
Inisiator Gerakan Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) itu melihat semangat anak muda menjaga kelestarian budayanya sudah sangat jarang ditemui saat ini.
"Masyarakat kota Medan khususnya para anak muda masih kurang peduli terhadap isu heritage yang terjadi. Bahkan banyak anak muda yang tidak tahu tentang sejarah kota dan budaya asli kota Medan, ditambah begitu cepatnya pengadaptasian budaya modern membuat para generasi muda kurang peduli akan heritage kota kelahirannya," ucap Prof Ridha.
Dirinya berharap Medan Heritage tetap melanjutkan misinya agar situs-situs sejarah Kota Medan bisa tetap terjaga dan kaum muda bisa mengenal, mencintai dan menjaga situs sejarah di kota kelahirannya.
(JW/RZD)