Mualaf Center Tak Pungkiri Teknologi Ambil Peran dalam Dakwah

Mualaf Center Tak Pungkiri Teknologi Ambil Peran dalam Dakwah
Mualaf Center Tak Pungkiri Teknologi Ambil Peran dalam Dakwah (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Menebar kebaikan tak mengenal ruang dan waktu. Eksistensi menjadi kunci keberhasilan. Dakwah adalah salah satu cara yang dilakukan. Namun, tak dipungkiri bahwa teknologi di tengah perkembangan zaman berperan penting dalam prosesnya.

Hal itu disampaikan Ketua Mualaf Center Aditya saat hadir menjadi bintang tamu dalam acara podcast Endorfin yang dipandu langsung Prof Ridha Dharmajaya.

"Alhamdulillah teknologi tidak kita pungkiri menjadi salah satu peran terbesar dalam setiap dakwah Mualaf Center khususnya. Bagaiman mereka mengenal Islam dari dakwah yang semakin mudah didapatkan," ujar Aditya, Rabu (24/1).

Dirinya menyebutkan jika dulunya sebelum berkembangnya teknologi, untuk mendengarkan kajian agama harus ke masjid atau juga melihat televisi.

"Seiring berjalannya waktu, mereka dimudahkan mendapatkan informasi ceramah-ceramah agama yang muncul melalui handphone mereka. Inilah yang kemudian mereka semakin mencari tentang keindahan agama Islam itu," ujar Aditya yang mengakui jika Mualaf Center tak hanya membimbing untuk proses masuk agama Islam saja tapi juga turut melakukan pendampingan dan advokasi.

Aditya juga bilang, siapapun akan mudah untuk menemukan jawaban-jawaban terkait sesuatu urusan yang berkaitan dengan Islam melalui informasi teknologi.

"Yang akhirnya mereka akan mencari tahu di mana lembaga yang mendampingi seseorang yang ingin masuk Islam. Lagi-lagi mereka akan kembali kepada teknologi digital ini," ucapnya.

Kendati belum begitu memanfaatkan konten, Mualaf Center menyiasatinya dengan menghadiri undangan-undangan podcast.

"Seperti podcast hari ini kita manfaatkan untuk syiar Mualaf Center. Selebihnya kita hanya berbagi informasi berupa foto dan keterangan yang kita share di Instagram kita di akun @mualafcenterpedulimedan," katanya.

"Terkhusus, kita juga melakukan pertemuan secara offline, meskipun online banyak informasi agama yang bisa kita peroleh, pertemuan tatap muka juga penting dalam memberi keberkahan," ucapnya melanjutkan.

Pendampingan offline sebut Aditya masih menjadi prioritas dibandingkan konten-konten di media sosial dalam upaya menjaga keimanan.

"Walau semakin maju teknolog, tetap offline tidak kita tinggalkan karena begitulah Rasulullah dan para sahabat itu memperkenalkan agama Islam itu kepada kita semua," ungkapnya.

Menyikapi hal itu, Prof Ridha sebagai inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) yang konsen menyuarakan pengaruh gadget melihat kemanfaatan akan teknologi dalam pengembangan dakwah seperti yang dilakukan Mualaf Center.

"Kita melihat tentu pengembangan dakwah didukung oleh pengembangan teknologi memberi manfaat luar biasa. Penyampaian-penyampaian informasi dakwah, penyampaian hal materi dakwahnya bahkan juga misalnya sesuatu yang tadinya secara verbalnya bisa dikatakan tapi tentu dengan pengembangan teknologi bisa dicontohkan dengan gerakan nah jadi itu banyak sekali yang bisa dilakukan bahkan juga interaktif tanya jawab bisa dilakukan," ujar pria yang juga memiliki segudang gelar di bidang akademis itu.

Sebagai guru besar fakultas kedokteran USU, Prof Ridha juga melihat sejumlah ustaz menyampaikan dakwahnya dengan sangat baik sebagai pengembangan dari aplikasi yang ada.

"Tentu sebagai hal yang baik kita berharap ini terus dikembangkan menjadi hal-hal yang dilihat dari sisi positif, membayangkan banyak hal negatif yang berkecamuk dalam pemanfaatan teknolgi. Sedangkan dalam kondisi saat ini hal positif sebenarnya jauh lebih banyak untuk dimanfaatkan," tuturnya.

Mualaf Center merupakan komunitas yang hadir untuk menjawab keresahan masyarakat yang ingin memeluk Islam namun tidak memiliki wadah perkumpulan dan pendampingan.

Tak sampai di situ, Mualaf Center juga melakukan pendampingan hingga advokasi, karena tak jarang terjadi konflik dalam prosesnya karena hadirnya penolakan dari keluarga ataupun lingkungan sekitar.

Setidaknya sejak pertengahan 2022 sebanyak 200 orang di Medan memutuskan untuk memeluk Agama Islam. Bahkan enam di antaranya warga negara asing yang rata-rata melakukan pernikahan dengan orang Medan.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi