FOTO: Aksi Kamisan Medan

FOTO: Aksi Kamisan Medan
Peserta Aksi Kamisan Medan membentangkan poster yang berisi sejumlah kritikan terhadap penyelenggaraan negara termasuk menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, saat unjuk rasa di pelataran parkir Pos Bloc Medan, Kamis (8/2). (Analisadaily/Cristison Sondang Pane)

Analisadaily.com, Medan - Puluhan peserta Aksi Kamisan Medan menyampaikan tuntutan saat menggelar unjuk rasa di pelataran parkir Pos Bloc Medan, Kamis (8/2). Protes mereka sampaikan tidak hanya melalui pengeras suara, tapi juga membentangkan sejumlah poster bertuliskan berbagai macam kritikan.

Salah seorang peserta, Adi Yoga Kemit, mengatakan Aksi Kamisan Medan menolak semua calon pemimpin yang melanggar, mengkhianati reformasi dan telah melumpuhkan demokrasi.

“Menolak segala bentuk pengkhianatan konstitusi. Kami juga menuntut agar segera mengadili pelanggar Hak Asasi Manusia. Kembalikan demokrasi itu untuk rakyat. Demokrasi sudah direbut dari rakyat dan diberikan kepada oligarki,” kata Ady di sela-sela aksi.

Jadi, Ady lanjut bercerita, praktik demokrasi seharusnya demokrasi yang berkeberlanjutan untuk rakyat.

“Rakyat harus dijadikan subjek, jangan jadi objek. Minimum ada partisipasi bermakna, suara kita dengar dan dipertimbangkan. Jadi kalau itu tidak tercapai, bohong apa yang dilakukan pemimpin,” tegasnya.

Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden serta legislatif, Rabu 14 Februari 2024, sejumlah guru besar dari beberapa kampus di Indonesia menyatakan keprihatinan melihat demokrasi dan perpolitikan di tanah air yang menyimpang dari penyelenggaraan negara.

“Itu adalah langkah berani dan harus dilakukan semua para akademisi. Selain gerakan yang dilakukan masyarakat sipil, akademisi juga turun gunung dengan berlandaskan kajian, data dan fakta. Kehadiran profesor, guru besar dapat melakukan penyadaran,” ucap mahasiswa Fakulta Hukum (FH) Universitas Sumatera Utara (USU) ini.

Dia menambahkan, Aksi Kamisan ini adalah wadah kampanye, akan tetap berdiri setiap hari Kamis menyuarakan berbagai isu-isu yang menyangkut kepentingan publik. Tujuannya bukan hanya ingin merubah, tapi yang pertama itu adalah mengedukasi, memberitahukan kepada masyarakat agar menolak lupa, dan harus diingatkan.

Editor:  Christison Sondang Pane

Baca Juga

Rekomendasi