Akibat Kemarau, Lahan Persawahan di Asahan Kekeringan dan Mati

Akibat Kemarau, Lahan Persawahan di Asahan Kekeringan dan Mati
Tanaman padi yang mengalami kekringan terlihat kering dan sudah berwarna kuning akibat kemarau yang berkepanjangan, Jumat (1/3). (Analisadaily/Awaluddin)

Analisadaily.com, Asahan - Areal persawahan yang berada di wilayah Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan mengalami kekeringan sehingga mengakibatkan beberapa hektar milik masyarakat mati.

"Musim kemarau kali ini, sangat memberatkan bagi petani padi, sawah kering sehingga padi banyak yang mati," ungkap salah seorang petani kepada Analisadaily.com, Jumat (1/3).

Persawahan yang berada di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan masih memiliki sistem tadah hujan, sehingga kemarau yang berkepanjangan ini sangat menyusahkan petani.

Seperti yg terjadi di Dusun 8 Desa Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga, sawah mengalami kekeringan dan tanaman padi yg sudah mati beberapa hektar dan ini akan mengancam kerawanan pangan.

Para petani itu sudah sangat mengharapkan bendung dan saluran suplesi yang dibangun oleh pemerintah di Sei Silau Kecamatan Buntu Pane itu bisa dilanjutkan pembangunannya sehingga dapat terkoneksi dan sesuai dengan rencana pembangunan. "Sangat disayangkan uang negara sudah ratusan milyar, namun tidak dapat dirasakan oleh masyarakat," ungkap Situmorang yang juga seorang petani di desa itu.

Bahkan kata Situmorang, bukan tidak mungkin kerusakan tanaman padi akan bertambah luasan, mengingat musim kemarau masih terus berlanjut. "Ini sangat akan menjadi ancaman bagi perekonomian petani," ungkapnya lagi.

Kabid SDA Dinas PUPR Kabupaten Asahan Herianto Sijabat, saat ditemui mengatakan tidak dapat memberikan jawaban kapan proyek bendung dan saluran suplesi itu bisa terkoneksi dengan Sungai Bunut. "Saya tidak mampu memberikan jawaban, karena ini adalah proyek pusat," ungkapnya.

Padahal dimulainya proyek bendung dan saluran suplesi itu sangat disambut positif oleh masyarakat, karena disadari akan mampu menghidupkan perekonomian petani karena akan mampu menjaga ketersediaan air untuk mengairi persawahan khususnya yang berada di Meranti di Rawang Panca Arga. "Proyek ini sangat dibutuhkan masyarakat, tapi kami tidak tahu kapan proyek ini bisa berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat," ungkapnya lagi.

Karena bendung ini akan menambah debit air Sungai Bunut, sehingga seluruh areal persawahan yang ada di Kecamatan Meranti dan Rawang Panca Arga dapat terairi sepanjang tahun.

Ketika musim kemarau melanda seperti saat ini, penambahan debit Sungai Bunut ini diproyeksikan akan mampu mengairi areal persawahan ±10.000 hektar.

Namun sayang walaupun proyek itu telah selesai dibangun pada tahun 2021 namun penambahan debit Sungai Bunut tak juga kunjung terealisasi, karena belum terkoneksi, karena konflik kepemilikan lahan yang akan difungsikan sebagai saluran suplesi dari Sungai Silau menuju Sungai Bunut antara masyarakat dan PTPN III.

Persoalan ini tak kunjung selesai, akibatnya saluran suplesi tersebut tak dapat diselesaikan. "Untuk mengatasi hal ini perlu adanya keseriusan dari Pemerintah Kabupaten Asahan, dan Kementerian PUPR untuk menyelesaikannya," ungkap Ketua Wahana Masyarakat Aliran Sungai Awaluddin yang didampingi Sekretaris Sumantri

Awal mengatakan sudah cukup lama persoalan ini dibiarkan begitu saja, tanpa ada tindak lanjut yang berarti. Bangunan Bendung yang bernilai 200 milyar lebih tak ada fungsinya hanya akibat persoalan konflik lahan yang hanya 3 hektar saja. "Ironis, di saat mahalnya harga beras akibat krisis pangan, bangunan yg diharapkan mampu mendongkrak hasil panen petani malah diabaikan begitu saja," ungkapnya lagi.

(ALN/CSP)

Baca Juga

Rekomendasi