Muhtar Ardansah Munthe, S.Hut.,M.Sc. (Analisadaily/Istimewa)
Oleh: Muhtar Ardansah Munthe, S.Hut.,M.Sc*
Pemilihan umum baru saja selesai di Indonesia. Perjalanan panjang yang dilakukan oleh para calon dan tontonan yang beragam disaksikan oleh masyarakat. Mulai dari drama pencalonan, sesi debat yang kadang saling menjatuhkan, sampai masyarakat yang terpecah karena beda pilihan. Kira-kira bagaimana ya prasaan pendiri negeri kita melihat keadaan hari ini, terluka?
Sudah terlalu banyak narasi yang meceritakan tentang terlukanya hati masyarakat terkait keadaan ini, dan belum banyak narasi yang bicara terkait luka makhluk hidup diluar manusia, Pohon.
Pohon terluka di Pemilu Indonesia.
Bisakah kita bayangkan berapa jumlah pohon yang ditebang atau yang terluka demi terselenggaranya pemilu?
Setiap orang di negeri ini sepertinya pernah melihat foto para calon Presiden, DPR, atau DPD yang dipaku di batang Pohon. Bagi para calon, itu sebagai alat peraga agar masyarakat mengenal siapa mereka. Tapi seringnya mereka atau para timnya tidak bertanggung jawab terkait tindakannya. Banyak cara yang bisa dilakukan tanpa memasang alat peraga dengan memaku di batang pohon.
Jika manusia bisa mengerti bahasa komunikasi pohon. Kita akan mendengar rintihan mereka dalam setiap langkah kaki yang kita lalui setiap hari.
Setiap hari saya menempuh perjalanan 40 menit menggunakan motor dari rumah menuju kantor, dan di sepanjang jalan saya menyaksikan alat peraga. Hampir di setiap pohon di kiri kanan jalan ada gambar para calon. Para pohon merintih “Kenapa setiap pemilu aku terluka?”
Berbagai jenis penyakit pada pohon bisa muncul saat dia dipaku atau dilukai. Pohon bisa terinfeksi oleh bakteri, jamur atau virus melalui luka pada pohon, akibatnya jaringan pohon akan rusak dan menggangu pertumbuhannya. Pohon bisa terkena penyakit kanker karena bekas luka yang dalam dan luas pada batangnya yang dapat mengakibatkan terhambat aliran nutrisi dan air kepada seluruh jaringan pohon. Luka pada pohon juga menjadi pintu masuk penggerek kayu dan berbagai jenis serangga yang dapat menyebabkan hawar api, yaitu kerusakan pada jaringan kayu yang mengakibatkan kelemahan struktural pada pohon.
Dewi (2022) menyampaikan bahwa disparitas antara pohon sebagai makhluk irasional dan manusia sebagai makhluk rasional membuat jurang pemisah antara keduanya semakin lebar sehingga berdampak pada terciptanya
disekuilibrium ekosistem. Seharusnya sebagai manusia kita mengaktifkan sensibilitas emosional kita bahwa pohon juga memiliki rasa sakit jika dipaku, diikat dan dilukai.
Andrew Dobson (2004) menyampaikan bahwa istilah
citizenship (warga negara) tidak hanya tentang manusia, melainkan semua makhluk hidup lainnya seperti hewan dan pohon. Pohon di Indonesia telah mengambil peran besar dalam menjaga kondisi dan menangkal perubahan iklim global. Pohon telah mengambil perannya mengaktualisasikan amanah UUD 1945 yaitu menciptakan perdamaian dengan mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Seharusnya, pemerintah dan para calon harus memprioritaskan lingkungan dan memperhatikan hak-hak dan kondisi pohon.
Para calon Presiden, DPR, dan DPD seharusnya lebih mengoptimalkan media sosial dan teknologi untuk memperkenalkan diri dan programnya. Berani mencalonkan diri sebagai pemimpin harus diawali dengan rasa peduli terhadap lingkungan. Hal yang paling sederhana adalah jangan menempelkan wajah di batang pohon. Para calon itu bukan yang menamam pohon terus apa haknya bisa menempelkan foto besar-besar di batang pohon.
Para Presiden, DPR, dan DPD yang terpilih, kedepannya seharus lebih memperhatikan pohon, dalam mengambil kebijakan tidak hanya mengandalkan rasional tapi juga sensibilitas emosional untuk bisa menjangkau kelangsungan hidup makhluk diluar manusia.
Pemilu memang sudah berakhir, tapi bekas luka pohon tidak sembuh begitu saja setelah dapat hasil pemilu.
*Penulis adalah Dosen Manajemen Hutan Universitas Satya Terra Bhinneka.(BR)