Sastra Indonesia FIB USU Gelar Kuliah Umum Leksikografi dengan Narasumber dari Badan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek

Sastra Indonesia FIB USU Gelar Kuliah Umum Leksikografi dengan Narasumber dari Badan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek
Kuliah Umum Leksikografi dengan Narasumber dari Badan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) secara marathon menggelar serangkaian acara. Setelah sebelumnya menggelar dua bimbingan teknis bersama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Balai Bahasa Sumatera Utara (BBSU) dan CV Ninestar, kini Prodi Sastra Indonesia USU menggelar kuliah umum terkait mata kuliah Leksikografi dengan menghadirkan pembicara dari Badan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, Dr. Dora Amalia, S.S., M.Hum, Rabu (20/3/2024).

Ketua Program Studi Sastra Indonesia FIB USU, Dr. Dwi Widayati, M.Hum., didampingi Sekretaris Prodi Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., mengatakan sebagai cabang linguistik terapan yang fokus pada kosakata (kata, frasa, dan ekspresi) suatu bahasa, mata kuiah leksikografi ini mempelajari teknik pengumpulan, penyusunan, dan penyajian informasi tentang kosakata dalam bentuk kamus.

“Leksikografi bukan bidang ilmu yang berdiri sendiri, leksikografi ini melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti linguistik, etimologi, fonetik, dan semantik. Leksikografi terus berkembang dengan teknologi digital. Kamus elektronik dan daring semakin populer dengan fitur multimedia dan akses yang mudah,” ujarnya.
Jadi, imbuhnya, Leksikografi memainkan peran penting dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa. Kamus yang berkualitas mencerminkan kekayaan budaya dan identitas suatu bangsa.

“Semoga dengan kuliah umum ini, para mahasiswa dapat memperdalam wawasan terkait dengan penyusunan kamus dalam perkuliahan Leksikografi sebagai bentuk pendokumentasian bahasa,” ujarnya.

Dr. Dora Amalia, S.S., M.Hum., dalam pemapara materinya antara lain menjelaskan tentang sejarah ringkas perkamusan Indonesia bermula hanya dari daftar kata, kemudian dari kamus dwibahasa ke kamus ekabahasa.

“Perkamusan pada zaman kolonial terbatas pada orang asing saja, kamus yang disusun umumnya berupa kamus bahasa asing-bahasa di Indonesia atau kamus bahasa di Indonesia-asing. Kamus dwibahasa pertama: Baoesastra Melajoe-Djawa karya R. Sastrasoeganda (1916),” urainya.

Secara umum, Dr. Amalisa mengatakan, ada tiga jenis kamus, yaitu cakupan (range), perspektif, dan penyajian (presentation). “Penyusun kamus harus memiliki pengetahuan linguistik. Unsur linguistik yang harus dikuasai dalam leksikografi: fonetik/fonologi, morfologi dan sintaksis, semantik leksikal dan fraseologi, serta linguistik korpus,” katanya.

Kuliah umum ini dipandu Dra. Rosliana Lubis, M.Si., yang merupakan dosen pengampu Leksikografi di Prodi Sastra Indonesia FIB USU yang berharap ke depan semakin banyak mahasiswa yang menyukai mata kuliah ini dan melakukan penelitian-penelitian ilmiah terkait mata kuliah Leksikografi.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi